VEKTOR PENULAR PENYAKIT

Penularan penyakit disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya melalui angin, makanan, vektor dll. Makalah berikut membahas mengenai penularan penyakit oleh vektor, hasil terjemahan drh. Dana Andryana, Medik Veteriner Madya, Pejabat Fungsional Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian.

******


VEKTOR PENYAKIT
 (Terjemahan)

Oleh:
drh. Maria Andryana


Ringkasan
Vektor penyakit telah menjadi momok manusia dan hewan sejak awal. Secara historis, ini adalah penyakit yang menyebabkan malapetaka besar seperti “Black Death” di Eropa pada abad ke 14 dan epidemi demam kuning yang melanda pembangunan pada Dunia Baru. Lainnya, seperti nagana, memberikan kontribusi terhadap kurangnya pembangunan di Afrika selama bertahun-tahun. Pada pergantian abad ke 20, vektor penyakit diantara masalah keshatan masyarakat dan hewan yang paling serius di dunia. Penyakit ini dikendalikan pada pertengahan abad ke 20 melalui penerapan pengetahuan tentang sejarah alam bersama dengan bijaksana pengguanaan DDT (dichloro diphenyl trichloro ethane) dan insektisida residu lain untuk mengganggu siklus transmisi antara anthropoda dan vertebrata. Kesuksesan ini dimulai pada periode tahun 1960 dan 1970an, yang mengakibatkan pengalihan dari pencegahan dan pengendalian penyakit vektor –borne. Tahun 1970-an juga merupakan waktu dimana ada perubahan besar kebijakan kesehatan masyarakat. Tren global, dikombinasikan dengan perubahan pada hewan peternakan, urbanisasi, transportasi modern dan globalisasi, telah menyebabkan munculnya kembali vektor borne mempengaruhi manusia dan hewan pada 30 tahun terakhir.

Kata Kunci
Arbovirus – Arthopoda – Vektor Arthopoda – Parasit – Tick – kompetensi Vektor – Zoonosis.

Sejarah
Walaupun pada awalnya para ahli mengakui hubungan antara serangga tertentu dan penyakit pada manusia dan hewan, konsep penularan penyakit oleh arthropoda relatif baru. Saat itu pada 1877 ketika Sir Patrick Manson pertama kali menunjukan bahwa parasit manusia, Wuchereria bancrofti , ditularkan diantara manusia oleh nyamuk, Pipiens Culex fatigans (Cx, pipiens quiquefasciatus). Pada tahun 1893, Texas demam ternak terbukti ditularkan oleh Boophilus annulatus, dan pada tahun 1898, malaria ditunjukan ditularkan oleh nyamuk anopheles. Sejak saat itu, banyak patogen penyakit penting manusia dan hewan telah terbukti pada menghisap darah anthropoda untuk menyelesaikan siklus penularan mereka.

Penularan Penyakit
Patogen ditularkan oleh arthropoda pada microorganisme: nematoda atau “cacing gelang”, protozoa, bakteri (termasuk rickettia dan Borrelia) dan virus. Beberapa parasit pada manusia (misalnya W. Bancrofti), namun sebagian besar zoonosis, lainnya hewan vertebrata.

Manusia dan hewan  domestik untuk vektor patogen, dan mereka berkontribusi  pada siklus penularan secara sementara, sebagai akibatnya, mereka biasanya tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup patogen di alam. Arthropoda dapat mengirimkan agen penyakit dari satu orang atau hewan lain dalam satu atau dua cara, seperti dibawah ini.

Transmisi Mekanik
Ini terdiri dari transfer sederhana organisme pada mulut yang terkontaminasi atau bagian tubuh lainnya. Tidak ada penambahan atau perubahan perkembangan patogen dalam arthropoda dalam jenis transmisi ini. Contoh patogen yang ditularkan dengan cara ini meliputi berbagai entero virus, bakteri dan protozoa yang memiliki siklus transmisi langsung fekal-oral. Serangga, seperti lalat rumah, bisa jadi terkontaminasi penyakit /patogen saat makan pada feses dan dapat membawa penyakit ke makanan manusia /pakan hewan. serangga tertentu seperti lalat (keluarga Tabanidae), dalam periode waktu yang singkat, dapat secara mekanis menularkan melalui darah ataupun luka terbuka.

Transmisi Biologi
Jenis yang paling penting dari penularan arthropoda adalah transmisi biologis. Seperti namanya, patogen harus menjalani beberapa jenis perkembangan biologis di tubuh vektor arthropoda untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Ada empat jenis transmisi biologis :

1. Transmisi Propagative
Transmisi propagative terjadi ketika organisme tertelan dengan makanan, darah mengalami perkalian dalam tubuh arthropoda tersebut. Arboviruses misalnya, meniru secara luas di berbagai jaringan nyamuk, lalat dan kutu ditularkan dalam cairan ludah dari arthropoda ketika dibutuhkan makan darah.

2. Transmisi Cyclopropagative
Jenis transmisi ini, patogen mengalami siklus perkembangan (perkembangan dari satu tahap ke tahap lainnya) serta perkalian dalam tubuh arthropoda tersebut. Contoh terbaik dari penyakit yang ditularkan dengan cara ini adalah malaria, dimana zigot tunggal dapat > 200.000 sporozoit.

3. Transmisi Cyclodevelopmental
Dalam transmisi cyclodevelopmental patogen mengalami perubahan perkembangan dari satu tahap ke tahap lainnya, tetapi tidak berkembang biak. Dengan filariae, karena misalnya, mikrofilaria tunggal dicerna oleh nyamuk, mungkin menghasilkan hanya satu tahap ketiga larva infektif. Dalam kebanyakan kasus, berapapun jumlah larva infektif adalah lebih rendah dari jumlah mikrofilaria tertelan dalam darah makanan.

4. Transmisi langsung dan vertikal
Beberapa virus dan riketsia yang dikirimkan dari induk betina arthropoda melalui telur kepada keturunannya. Jika patogen benar benar menginveksi telur yang berkembang, ini disebut “transmisi transovarial”. Dengan beberapa arbovirus, namun hanya selaput ovarial dan saluran telur yang terinfeksi, dan telur menjadi terinfeksi saat melewati bawah saluran telur dan diinseminasi. Tipe ini dibedakan dari transmisi transovarial dan disebut “transmisi vertikal”.

Dalam kedua kasus, arthropoda yang baru menetas baru tahap larva terinfeksi dengan patogen yang kemudian ditransmisikan ketahap selanjutnya dari arthropoda (“trasmisi trans-stadial”). Veneral penularan virus tertentu juga telah dididokumentasikan. Dengan demikian, nyamuk jantan yang menjadi transovarial terinfeksi atau secara vertikal dapat  mentransfer virus ke nyamuk betina yang tidak terinfeksi dalam cairan mani selama senggama. Akhirnya arbovirus tertentu telah terbukti menginfeksi kutu atau vektor nyamuk saat terinfeksi dan tidak terinfeksi artropoda makanan dalam jarak dekat satu sama lain pada vertebrata dengan tidak adanya pada viremia.

Virus ini rupanya tertarik pada nyamuk betina yang tidak terinfeksi arthropoda melalui respon kemo-taktik, untuk cairan ludah di suntikan pada luka gigitan. Jenis terakhir dari transmis memiliki epidemiologi pengting dalam infeksi utama dari manusia atau hewan lain dalam pemeliharaan patogen dialam.

Masa Inkubasi Ektrinsik
Dalam semua  jenis transmisi biologis, kebutuhan waktu patogen untuk mengembangkan dalam arthropoda maju dimana menuju tahap infektif dan dapat menular. Periode waktu yang diperlukan untuk hal ini terjadi disebut Masa Inkubasi Ekstrinsik, umumnya 7 sampai 14 hari, tergantung pada patogen, vektor dan berbagai faktor lingkungan, termasuk suhu. Dengan arbovirus, ini berarti infeksi dan replikasi di kelenjar ludah, dan dengan filarie berarti perkembangan cacing remaja ke infektif larva stadium 3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi
Kemampuan arthropoda mengirimkan penyakit tergantung pada banyak faktor yang kompleks. Sukses transmisi mekanik tergantung pada kontak serangga dengan vertebrata dan perilaku makan. Sebagai contoh lalat domestik  telah terbukti secara eksperimental  untuk menjadi  vektor mekanis untuk beberapa patogen usus, terutama karena keturunan serangga ini dalam jumlah besar, tinggal dengan manusia dan memiliki kebiasaan makan yang buruk baik kotoran dan makanan. Lalat Tabanit adalah vektor mekanis dari virus, bakteri dan protozoa karena mereka sering mengambil darah yang terinfeksi dari makanan hewan. Lalat tertentu juga mengirimkan bakteri yang menyebabkan frambusia dan penyakit tropis lainnya dari luka terbuka.

Kemampuan untuk mengirimkan patogen biologis sangat bervariasi diantara spesies anthropoda, dan bahkan dalam strain geografis dalam suatu spesies. Variasi yang signifikan  dalam kerentanan dalam kerentanan untuk menjadi terinfeksi dan selanjutnya untuk mengirimkan patogen telah dibuktikan dalam jumlah vektor anthropoda. Bagaimanapun juga telah dilakukan dengan nyamuk dan variasi dalam vektor serangga, seperti lalat dapat terkontaminasi dengan patogen ini sambil ,makan kotoran yang langsung bisa membawa ke makanan manusia. Serangga tertentu seperti horseflies (Keluarga Tabanidae), yang sering datang banyak dalam periode singkat, bisa  mekanisme melalui darah atau luka atau patogen sakit juga.

Sistematika
Pada Tabel I memperlihatkan ordo dan taxa lebih rendah dari phylum arthropoda yang diketahui melalui penularan penyakit patogen pada manusia dan binatang. Ordo diptera sangat penting pada penularan penyakit, terutama karena family culicidae .

Tabel I
Klasifikasi Phylum Arthropoda yang menularkan penyakit hewan dan manusia

Klas Insekta

Ordo
Famili
Gen Penting
Siphonaptera
Pulicidae
Pulex   
Xenopsylla Ctenocephalides

Ceratophyllidae
Nosopsyllus
Diamanus

Leptopsyllidae
Leptopsylla
Anoplura
Pediculidae
Pediculus
Hemiptera
Cimicidae              
Cimex

Reduviidae
Triatoma
Rhodnius Panstrongylus
Diptera
Ceratopogonidae
Culicoides

Psychodidae
Phlebotomus Lutzomyia Sergentomyia

Simuliidae
Simulium
Prosimulium Austrosimulium

Culicidae
Aedes
Anopheles
Culex
Mansonia Haemagogus Psorophora
Sabethes

Tabanidae
Tabanus
Chrysops

Glossinidae
Glossina

Muscidae
Musca
Fannia
Muscina

Chloropidae
Hippelates
Siphunculina

Calliphoridae
Calliphora
Lucilia
Phaenicia
Phormia
Chrysomya Cochliomyia

Sarcophagidae
Sarcophaga
Dictyoptera
Blattidae
Blatta
Periplaneta
Blattella

Klas Arachnida

Ordo
Famili
Gen Penting
Parasitiformes
Lxodidae
Ixodes
Amblyomma Haemaphysalis Hyalomma Dermacentor Rhipicephalus Boophilus

Argasidae
Argas
Ornithodoros
Otobius
Suborder Mesostigmata    

Dermanyssidae
Liponyssus Dermanyssus Ornithonyssus Pneumonyssus
Acariformes 


Suborder Prostigmata
Trombiculidae
Leptotrombidium


Table II
Vector-borne infections of man and animals
Pathogens
Disease
Animal reservoirs
Geographical distribution
Vector
Virus




Togaviridae





Chikungunya
Primates, humans
Africa, Asia
Mosquitoes

Ross River fever
Marsupials, humans
Australia, South Pacific
Mosquitoes

Mayaro
Birds
South America
Mosquitoes

Onyong-nyong fever
Not known
Africa
Mosquitoes

Sindbis fever
Birds
Asia, Africa, Australia, Europe, Americas
Mosquitoes

Eastern equine encephalomyelitis
Birds
Americas
Mosquitoes

Western equine encephalomyelitis
Birds, rabbits
Americas
Mosquitoes

Venezuelan equine encephalomyelitis
Rodents
Americas
Mosquitoes

Barmah Forest
Not known
Americas
Mosquitoes
Flaviviridae





Dengue fever (serotypes 1-4)
Primates, humans
Worldwide in tropics
Mosquitoes

Yellow fever
Primates, humans
Africa, South America
Mosquitoes

Kyasanur Forest disease
Primates, rodents, camels
India, Saudi Arabia
Ticks

Omsk haemorrhagic fever
Rodents
Asia
Ticks

Japanese encephalitis
Birds
Asia
Mosquitoes

Murray Valley encephalitis
Birds
Australia
Mosquitoes

Rocio
Birds
South America
Mosquitoes

St. Louis encephalitis
Birds
Americas
Mosquitoes

West Nile encephalitis
Birds
Asia, Africa, North America, Europe
Mosquitoes

Tick-borne encephalitis
Rodents
Europe, Asia
Ticks
Bunyaviridae





Sandfly fever
Not known
Europe, Africa, Asia
Sandflies

Rift Valley fever
Not known
Africa
Mosquitoes

La Crosse encephalitis
Rodents
North America
Mosquitoes

California encephalitis
Rodents
North America, Europe, Asia
Mosquitoes

Crimean-Congo haemorrhagic fever
Rodents, sheep
Europe, Asia, Africa
Ticks

Oropouche fever
Not known
Central and South America
Midges, mosquitoes
Rhabdoviridae




Vesicular
Vesicular stomatitis
Cattle, horses, pigs
Global
Phlebotomus flies,
stomatitis virus



mosquitoes

Bacteria
Yersinia pestis
Francisella
Plague
Tularaemia
Rodents
Rabbits, rodents
Global
North America, Europe, Asia
Fleas
Ticks, tabanid flies
tularensis




Rickettsia
0 fever
Ungulates
Global
Ticks
Rickettsia rickettsii
Rocky Mountain spotted fever
Rabbits, rodents, dogs
Western hemisphere
Ticks
Rickettsia typhi
Murine typhus
Rats
Global
Ticks
Rickettsia conori
Boutonneuse fever
Dogs, rodents
Europe, Africa
Ticks
Rickettsia australis
0ueensland  tick typhus
Rodents
Australia
Ticks
Rickettsia siberica
Siberian tick typhus
Rodents
Asia
Ticks
Orientia tsutsugamushi
Scrub typhus
Rodents
Asia, Australia
Mites
Borrelia species
Relapsing fever
Rodents
Global
Ticks and lice
Borrelia burgdorferi
Lyme disease
Rodents
North America, Europe
Ticks


Kepentingan
Secara kolektif, arthropods bereaksi pada ratusan juta penyakit pada manusia dan binatang setiap tahunnya (tabel II). Lebih dari 30 tahun yang lalu, darurat penyakit pada manusia dan binatang pada umumnya dan vector borne desease pada sebagian, dengan bertambahnya penyebaran epidemic dan menyebar di geografis. Sebuah masalah utama yaitu pentingnya vector borne desease terjadi di daerah tropis, biasanya didaerah dimana sumber yang terbatas dan kurangnya surveilance. Bagaimanapun penyusutan di dunia, dengan bertambahnya kegiatan manusia dan binatang karena perjalanan melalui udara dan globalisasi telah membuat penyakit ini bukan hanya masalah pada daerah tropis. Ia datang dengan kemungkinan masalah kesehatan yang besar dan ancaman keamanan pada saat ini. Penekanan diperlukanpada dokter dan dokter hewan pada daerah non endemik agar berhati hati pada vector borne desesase dan memiliki pengetahuan tentang dimana terjadi, bagaimana mengenali dan tindakannya.
 
Catatan:
Tulisan /Naskah Asli: Vector-borne Disease, by D.J. Gubler. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 2009, 28 (2), 583-588. OIE

Makalah terjemahan ini telah diarsipkan di Perpustakaan Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani dengan nomor katalog: 602.02.0000.PUSKH.I.2016. Diterjemahkan oleh: drh. Maria Adrianan, Medik Veteriner Madya, Pejabat Fungsional Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Dan Makalah ini telah di ajukan untuk penilaian angka kredit (DUPAK) di Badan Karantina Pertanian tahun 2016.

Tanpa mengurangi isinya karena alasan teknik penulisan, Makalah Terjemahan ini diselaraskan dan diedit ulang oleh drh Giyono Trisnadi.

******

PENTING UNTUK PETERNAKAN: