BSE atau sapi gila sangat penting untuk mendapat perhatian karena begitu suatu
negara terjadi wabah BSE maka akan terkena sangsi perdagangan dunia, makalah
berikut membahas masalah tersebut di atas, adalah hasil terjemahan drh. Nur
Wahu Nugroho, Medik Veteriner Muda,
Pejabat Fungsional Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Perak Surabaya.
******
BOVINE
SPONGIFORM ENCEPHALOPATHY, MAD COW, BSE
(Terjemahan)
Oleh:
NUR
WAHYU NUGROHO
(Naskah Asli: Bovine Spongiform
Encephalopathy, Mad Cow Disease, BSE By: The Centre Food Security & Public
Health IOWA State University. College Of Veterinary Medicine Iowa State
University. Ames, Iowa 50011 Phone 5152941289 Fax 5152948259. cfsph@iastate.edu www.cfsph.iaste.edu.
Institute For International Cooperation in Animal Biologics. Iowa State
University. College Of Veterinary Medicine. www.cfsph.iaste.edu/ICAB/ Last
Updated: May 2012)
PENTING
Bovine
Spongioform Enchepalopathy (BSE) adalah penyakit fatal neurogeneratif yang
disebabkan oleh prion. Hospes utama penyakit ini adalah ternak, tetapi penyakit
ini juga menginfeksi kucing, primata non manusia, dan manusia. Pada kucing,
penyakit ini disebut feline spongioform encephalopathy (FSE), dan pada manusia
disebut Creutzfeldt-Jakob (vCJD). BSE adalah penyakit yang relatif baru dan
dilaporkan pertama kali di Inggris pada tahun 1980-an. Penularan penyakit ini
melalui oral (konsumsi makanan), hewan atau manusia dapat terinfeksi ketika
mereka secara tidak sengaja makan jaringan yang mengandung prion dari hewan
yang terinfeksi. Pemasakan dan prosedur desinfektan standart tidak
menghancurkan prion ini. Hewan atau manusia yang terinfeksi tidak akan sakit
selama bertahun-tahun, tapi penyakit ini selalu berjalan progresif dan fatal
setelah gejala berkembang.
Asal-usul
BSE tidak diketahui, tetapi pada tahun 1980-an dan 1990-an ditemukan prion pada
pakan ternak, hal ini menyebabkan terjadinya ledakan epidemi di Inggris.
Epidemi ini memuncak pada tahun 1992, dengan hampir 1000kasus baru didiagnosa
setiap minggu. Tindakan pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit ini telah
berhasil menurukan prevalensi dari penyakit ini, selama 2009-2011 terjadi
penurunan 15 kasus di Inggris. BSE juga menyebar ke negara-negara Eropa,
Amerika Utara, sebagian Asia, dan mungkin daerah lain di dunia. BSE sangat
merugikan bagi suatu negara karena akan mengakibatkan sanksi perdagangan, serta
peningkatan kepedulian masyarakat tentang keamanan daging. Hasil peningkatan pengawasan terhadap prion
BSE yang berbeda dari prion yang menyebabkan BSE 'klasik' telah diidentifikasi
pada tingkat yang sangat rendah pada populasi sapi. Saat ini, diperkirakan
bahwa "atipikal" prion mungkin merupakan bentuk spontan penyakit
prion. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa prion atipikal dapat menyebabkan
epidemi BSE ketika diamplifikasi dalam pakan ternak.
ETIOLOGI
BSE
adalah anggota dari enselopati spongioform menular (TSEs) , yaitu sekelompok
gangguan neurodegenerative disebabkan oleh agen penyakit yang tidak
konvensional. Agen ini tahan terhadap
perlakuan yang biasanya menghancurkan bakteri, spora, virus, dan jamur.
Agen-agen tersebut dianggap prion, meskipun sebagian peneliti menunjukkan bahwa
TSEs mungkin disebabkan oleh virinos atau retrovirus. Prion adalah protein
menular dengan mengubah protein sel normal menjadi salinan dari prion. Protein
selular, yang disebut PrP C, ditemukan pada permukaan neuron. Isoform patogen
PrPC yang PrPres ditunjuk; PrPSc atau PrPTSE adalah nama lain untuk protein
ini. Prion yang menyebabkan penyakit yang berbeda (misalnya BSE atau scrapie)
dianggap strain berbeda dari PrPres.
Selain BSE prion 'klasik',
setidaknya dua prion BSE atipikal dapat ditemukan pada sapi. Salah satu fragmen
memiliki massa molekul lebih tinggi dari BSE klasik dan disebut 'H-type' BSE
atau H-BSE; yang lain memiliki massa molekul rendah dan disebut 'L-type' BSE
atau L-BSE. Beberapa penulis menyebut penyakit yang disebabkan oleh 'bovine
spongiform encephalopathy amyloidotic (BASIS)' Prion BSE Atypical dianggap
mewakili strain tambahan BSE.
Saat
ini, hipotesis yang paling mungkin adalah bahwa prion ini muncul secara spontan
pada sapi, mirip dengan beberapa penyakit prion pada spesies lain (misalnya,
penyakit Creutzfeldt-Jakob spontan pada manusia). Atypical L-BSE telah
dilaporkan dapat berubah menjadi BSE
fenotip klasik pada transmisi ke tikus inbrida atau beberapa tikus transgenik.
Demikian pula, H-BSE mengembangkan fitur klasik BSE dalam beberapa jenis tikus
liar. Hal ini pada akhirnya memberi suatu kemungkinan bahwa epidemi BSE dapat
terjadi melalui rantai makanan.
DISTRIBUSI
GEOGRAFIS
Kasus
BSE telah dilaporkan pada sapi asli di sebagian besar negara-negara Eropa,
Kanada, Amerika Serikat, Israel, dan Jepang. Penyakit ini terlihat pada sapi
impor di Kepulauan Falkland dan Oman. Beberapa negara termasuk Islandia,
Australia, dan Selandia Baru tampaknya bebas dari BSE. Ada atau tidak adanya
penyakit ini tidak dapat ditentukan di negara-negara tanpa program pengawasan
yang memadai. Atypical prion BSE telah dilaporkan di negara-negara Eropa, U.S,
Canada dan jepang sebagai hasil dari surveilens program dari BSE.
PENULARAN
BSE
biasanya ditularkan saat manusia atau hewan menelan jaringan yang mengandung
prion BSE. Hewan muda akan peka terhadap infeksi, beberapa studi menunjukkan
bahwa sapi terinfeksi BSE pada umur 6 bulan pertama. Prion diperkirakan ber
replikasi di Peyer’s Patch di Ileum lalu ditransport lewat saraf tepi ke sistem
saraf pusat. Pada sapi, prion bisa terakumulasi di otak setelah 24 bulan
infeksi. Risiko transmisi masih belum diketahui dengan jelas, namun jumlah
konsentrasi Prion BSE tertinggi di sistem saraf pusat dan Ileum. Pada sapi yang
terinfeksi BSE, Prion ditemukan terutama di otak, batang otak, retina, distal
ileum, tapi teknik pemeriksaan yang lebih sensitif menunjukkan bahwa agen
ditemukan di dorsal root ganglia, saraf tepi, dan kelenjar adrenal.
Pada
sapi yang di infeksi buatan dengan BSE, dilaporkan dari sistem saraf pusat,
dorsal root ganglia, ganglion trigeminus, ganglia thorax, beberapa saraf tepi,
distal ileum, jejunum, ileocaecal junction, caecum, colon, plexus mesenterica
dari usus, kelenjar adrenal, tonsil, dan sumsum tulang belakang. Pada satu
hewan, penanda imun mendeteksi Prion di makrofag dan lgl subiliaca namun tidak
dengan lgl yang lain. Dalam hewan ini, pada pemeriksaan immunostaining, Prion
BSE juga terdeteksi pada sel-sel tubular epithelial ginjal, timus, dan pulau
Langerhans. Dengan menggunakan sistem yang sangat sensitif (bioassay tikus
transgenik), infektivitas baru-baru ini terdeteksi pada lidah dan mukosa hidung
sapi dalam tahap akhir/terminasi dari penyakit. Data yang tidak dipublikasikan
menunjukkan bahwa Prion BSE mungkin ada dalam jaringan limfoid, tetapi tidak
ada bukti untuk mengkonfirmasi hal ini.
Dalam
beberapa jaringan, jumlah prion bisa jadi mungkin rendah atau langka, dan
risiko penularannya tidak pasti. Beberapa jaringan mungkin berisi prion hanya
pada tahap akhir penyakit. Sebagai contoh, akumulasi dari agen-agen di saraf
perifer dan kelenjar adrenal tampaknya bertepatan dengan akumulasi prion dalam
SSP. BSE Klasik belum ditemukan dalam otot, kecuali dalam satu sampel diuji
oleh bioassay mouse, di mana infektivitas dianggap berhubungan dengan ujung
saraf sciatic. Namun, daging bisa terkontaminasi dengan jaringan CNS selama
penyembelihan atau pemrosesan. Untuk alasan ini, pemotongan risiko tinggi dan
pengolahan teknik telah dilarang di banyak negara. Bukti dan transmisi Studi
epidemiologis menunjukkan bahwa BSE tidak menular dalam susu, air mani, atau
embrio.
Tidak
ada bukti bahwa BSE dapat ditularkan secara horizontal. Namun, ada penjelasan
dalam risiko BSE yang terjadi di antara keturunan hewan yang terinfeksi. Dalam
sebuah penelitian, risiko bahwa anak sapi akan mengembangkan BSE tampaknya
lebih tinggi ketika induk berada di tahap akhir infeksi (misalnya, lebih dekat
dengan timbulnya tanda-tanda klinis). Observasi ini telah menimbulkan spekulasi
bahwa penularan vertikal mungkin terjadi. Jika itu terjadi, penularan vertikal
tampaknya menjadi langka, dan rute infeksinya tidak diketahui. Salah satu model
menyarankan bahwa risiko kumulatif penularan BSE dari induk kepada keturunannya
adalah sekitar 2%; Namun dengan selang kepercayaan nol.
Penularan
BSE pada domba terinfeksi untuk percobaan dan menyerupai transmisi pada sapi,
tapi prion lebih disebarluaskan dalam tubuh, dan rute tambahan transmisi dapat
terjadi. Domba diinokulasi secara oral, prion BSE akan segera ditemukan di
banyak jaringan limfoid termasuk limpa, kelenjar getah bening, dan GALT, serta
dalam SSP. Transmisi melalui darah telah dibuktikan dalam spesies ini.
Penularan dari dua domba betina ke domba-domba mereka terjadi dalam sebuah
kawanan yang sifatnya eksperimental; tidak diketahui apakah peristiwa ini
terjadi di dalam rahim atau segera setelah lahir.
BSE
ATIPIKAL
Pada
sapi, beberapa studi melaporkan bahwa distribusi jaringan atipikal L-BSE dan
H-BSE tampaknya menyerupai BSE klasik, dengan prion terdeteksi terutama di SSP.
(Namun demikian, ada beberapa perbedaan dalam pola distribusi dalam otak.)
H-BSE dan L-BSE juga telah ditemukan di saraf perifer dan reseptor sensorik
(spindle otot) dan ganglion trigeminal dalam beberapa studi, dan L-BSE terdeteksi
di kelenjar adrenal. Dalam studi baru ini diterbitkan, PrPres dilaporkan
terjadi pada otot-otot sapi yang terinfeksi L-BSE dengan immunostaining, dan
infektivitas ditemukan pada homogenat otot menggunakan bioassay tikus
transgenik.
Sangat
sedikit yang diketahui tentang potensi penularan vertikal. Satu kelahiran
pedet dalam tahap akhir infeksi dengan
L-BSE tidak memiliki bukti terjadinya infeksi.
PENULARAN
KE MANUSIA & PENULARAN (PENULARAN) IATROGENIK
Pada
manusia, varian penyakit Creutzfeldt - Jakob biasanya adalah hasil dari
konsumsi prion BSE. Berdasarkan studi pada tikus dengan transgenik manusia,
beberapa penulis telah menyatakan bahwa isolat BSE dari domba dan kambing
mungkin lebih mudah menular ke manusia daripada isolat dari sapi. Transmisi
iatrogenik juga telah terlihat. Kemungkinan transmisi orang- ke - orang
dilaporkan pada beberapa pasien yang menerima transfusi darah dari orang yang
terinfeksi tanpa simptom. Ada juga potensi untuk transmisi melalui rute
transplantasi atau penggunaan peralatan yang terkontaminasi prion selama
operasi. Prion dapat ditemukan di otak, sumsum tulang belakang, ganglia akar
dorsal, ganglia trigeminal, retina, saraf optik, dan jaringan limfoid manusia
dengan vCJD. Meskipun prion sangat umum di limpa, tonsil, usus buntu dan
jaringan limfoid usus terkait lainnya (GALT), mereka juga dapat ditemukan pada
kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Prion telah ditemukan dalam lampiran
sedini dua tahun sebelum timbulnya penyakit klinis. Mereka belum ditunjukkan
dalam darah manusia, tapi ini mungkin karena ketidakpekaan alat tes yang digunakan
untuk mendeteksi agen ini. Penularan dari orang - ke-orang dari vCJD tidak
terjadi selama kontak biasa.
ASAL
EPIDEMIK BSE
Asal-usul
BSE tidak dipahami dengan baik . Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada
tahun 1980-an , tapi mungkin ada pada sapi sejak tahun 1970 atau sebelumnya .
Dua hipotesis yang paling populer adalah bahwa BSE berasal sebagai PrPC, mutasi
spontan pada sapi , atau bahwa itu berasal dari prion scrapie bermutasi yang terkontaminasi
pakan ruminansia. Sumber-sumber lain menunjukkan bahwa BSE mungkin berasal dari
populasi satwa liar atau agen TSE manusia . Setelah agen BSE memasuki populasi
ternak, diperkuat dengan mendaur ulang jaringan dari ternak yang terinfeksi menjadi
suplemen pakan ruminansia, terutama sebagai meat bone meal (MBM). MBM adalah
konsentrat yang diberikan berasal dari jeroan hewan dan bangkai . Rendering
tidak dapat sepenuhnya menonaktifkan prion, tetapi epidemi mungkin telah
difasilitasi oleh perubahan dalam memberikan praktik yang memungkinkan lebih
prion untuk bertahan hidup.
Penolakan
jaringan ruminansia dari pakan ternak ruminansia telah secara signifikan
mengurangi jumlah kasus baru BSE , tapi kasus telah dilaporkan pada sapi yang
timbul setelah peraturan ini mulai berlaku. Kasus-kasus ini mungkin disebabkan
oleh penggunaan komponen pakan impor diproduksi di bawah kontrol kualitas yang
tidak memadai, makanan ilegal protein ruminansia, atau kontaminasi silang dari
pakan ternak dengan babi atau pakan unggas. Kemungkinan teoritis termasuk
pemanasan yang tidak memadai. tepung tulang atau lemak yang digunakan dalam
konsentrat dan replacers susu, transmisi horisontal, atau reservoir lingkungan.
Teknik diagnostik saat ini tidak cukup sensitif untuk mendeteksi tingkat prion,
dan ada sedikit informasi tentang kelangsungan hidup prion di lingkungan; Namun,
hamster yang diadaptasi prion scrapie telah menunjukkan ketahanan hidup dalam
tanah selama setidaknya tiga tahun.
GEJALA
KLINIS
Gejala
vCJD mirip dengan bentuk sporadic (genetic) dari CJD, tapi biasanya muncul pada
pasien yang lebih muda. Nilai tengah usia yang rawan adalah 26 tahun (rentang
usia 12-74 tahun). Gejala pertama yang muncul biasanya masalah kejiwaan,
seperti gelisah, depresi, insomnia, menarik diri dari lingkungan sosial, dan
atau rasa pusing yang sangat. Pada banyak pasien menunjukkan gejala saraf
seperti gangguan cara berjalan, ataksia, inkoordinasi, hilang ingatan, susah
bicara, dan gemetar akan muncul pada beberapa bulan kemudian, bagaimanapun
gejala saraf dan gejala kejiwaan muncul pada sedikit pasien. Fungsi kognitif
secara bertahap menurun. Chorea, dystonia, myoclonus, gangguan penglihatan dan
dementia berkembang lambat dari penyakit ini. Sebagian besar pasien meninggal
dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun.
PENULARAN
ANTAR MANUSIA
Transmisi
dari orang ke orang tidak terjadi melalui kontak biasa. Kemungkinan penyebaran
dari manusia ke manusia dilaporkan pada pasien parah yang menerima transfuse
darah dari individu terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala klinis. Transmisi
lain yang mungkin, termasuk transmisi dalam transplantasi atau oleh peralatan
yang terkontaminasi selama pembedahan. Pada manusia, prion dapat ditemukan
dalam CNS dan banyak jaringan limfoid termasuk tonsil. Prion ditemukan dalam
usus buntu 2 tahun sebelum penyakit
muncul.
METODE
DIAGNOSA
Diagnosa
tentative dapat dilakukan sebelum meninggal melalui sejarahnya, gejala klinis,
dan atropi cortical menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari otak.
Electro-encephalogram (EEG) kadang-kadang tampak normal pada tahap awal
penyakit, tapi selanjutnya berkembang menjadi abnormal. Diagnose definitive
dapat dibuat jika ditemukan protein prion dalam biopsy tonsil dengan immunoblot
(Western Blot) atau immune-histochemistry. Pada kasus lain, diagnose dibuat
melalui pemeriksaan mikroskopis dari jaringan otak, biasanya pada saat
nekropsi, sejumlah amyloid plaq yang dikelilingi oleh vacuola ditemukan pada
vCJD, seperti plaq terlihat hanya pada 5-10% kasus sporadik (genetic) CJD.
Sejumlah besar prion protein dapat ditemukan disekitar plaq dengan metode
immunohitochemistry.
PENGOBATAN
Tidak
ada pengobatan, kecuali hanya terapi suportif.
PENCEGAHAN
Variasi
dari penyakit Creutzfeldt-Jakob biasanya dapat dicegah dengan tidak mengkonsumsi
daging dari sapi yang terinfeksi BSE. Beberapa Negara melakukan surveilanse
pada sapi di RPH (menggunakan rapid test) untuk mendeteksi BSE. Surveilanse
aktif untuk BSE dilakukan oleh E.U. sejak tahun 2001, bagaimanapun, batas usia
ditingkatkan sejak program diterapkan. Seperti pada tahun 2011, kebanyakan
Negara anggota E.U harus melakukan tes pada sapi diatas usia 48 bulan yang
mati, pemotongan darurat, disembelih untuk alas an lain yang bukan untuk
konsumsi manusia atau menunjukkan abnormalitas yang pasti pada pemeriksaan
antemortem. Batas usia lebih rendah diaplikasikan pada sapi dari sebagian kecil
Negara anggota E.U. dan beberapa daerah. Jepang melakukan tes ketat yang tidak
biasa. Dalam satu waktu, pemerintah Jepang mewajibkan semua RPH untuk dikakukan
tes terhadap BSE. Sejak 2005, kewajiban ini diterapkan hanya untuk sapi dengan
usia 21 bulan atau lebih tua dari itu untuk dites, bagaimanapun ada perlawanan
publik yang menginginkan kelonggaran dari kewajiban tersebut, dan otoritas
local menindaklanjuti untuk bagimanapun juga melakukan tes pada semua sapi di
RPH.
Beberapa
Negara dengan nilai insidensi rendah, termasuk U.S., hanya melakukan tes pada
beberapa sapi di RPH. Di U.S., surveilan ditargetkan khusus pada sapi dengan
resiko tinggi seperti pada hewan-hewan yang tidak memiliki rekam medic dan pada
beberapa hewan yang menunjukkan penyakit saraf. Hewan-hewan tersebut tidak
dapat digunakan untuk makanan manusia, dan karkasnya baru ditahan hingga tes
lengkap dilakukan. Karena BSE terdeteksi pada kambing, dan domba juga mudah
terpengaruh melalui infeksi eksperimental, beberapa Negara juga melakukan surveilan
BSE pada ruminansia kecil.Jaringan yang memiliki resiko tinggi terhadap
transmisi BSE dilarang untuk konsumsi manusia pada banyak Negara. Di U.S,
jaringan yang dilarang termasuk otak, tulang, mata, ganglia trigeminal, dorsal
root ganglia, spinal cord, dan sebagian besar vertebrae dari sapi umur 30 bulan
atau lebih. Tonsil dan distal ileum dari semua sapi juga dilarang. Di E.U.,
jaringan yang dilarang termasuk tulang (termasuk otak dan mata tapi tidak
termasuk mandibula) dan spinal cord padasapi diatas usia 12 bulan, dan spinal
column pada sapi diatas usia 30 bulan. Tonsil, intestine, dan mesentery tidak
dibolehkan dari semua sapi. RPH dan proses teknik yang memiliki resiko tinggi
untuk mengkontaminasi otot jaringan dengan CNS telah dilarang pada banyak
Negara, termasuk U.S.
Transmisi
orang ke orang dari vCJD dapat diturunkan dengan menggunakan alat bedah sekali
pakai pada operasi dengan resiko tinggi, ketika dianggap suspek penyakit
tersebut. Karena prion dapat ditemukan di tonsil, beberapa peneliti
menganjurkan untuk menggunakan peralatan sekali pakai tonsillectomy pada negara dengan resiko yang
signifikan terhadap penyakit ini. Transmisi dalam darah tidak dapat dicegah
sepenuhnya dengan teknik saat ini, bagaimanapun banyak Negara tidak mengijinkan
warga yang telah berlibur ke U.K. dan atau Negara Eropa lainnya untuk melakukan
donor darah. Beberapa Negara menggunakan metode lain, seperti universal
leucodepletion of blood, untuk menurunkan resiko vCJD. Penyaring prion
dikembangkan untuk menurunkan infektivitas dalam plasma, tapi masih dievaluasi
dan belum digunakan dalam skala luas. Beberapa Negara mengimpor plasma segar
beku dari Negara dengan resiko rendah untuk pasien yang tidak mengkonsumsi
makanan yang tercemas BSE (misal pasien yang lahir setelah tahun 1996 di U.K.).
Meskipun
tidak dilaporkan adanya kasus di laboratorium dan RPH, dokter hewan dan pekerja
laboratorium harus selalu berhati-hati ketika melakukan nekropsi padad suspek
BSE atau menangani jaringan, BSL-3 direkomendasikan untuk melikdungi. Tindakan
standar termasuk penggunaan baju pelindung dan pencegahan luka, kontaminasi
dari kulit yang abrasi dan ingesti. Tekanan aliran negatif seharusnya digunakan
untuk manipulasi jaringan. Karena prion mungkin mampu untuk hidup kembali dalam
lingkungan untuk beberapa tahun dan sulit untuk didesinfeksi, tindakan harus
dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari permukaan peralatan. Kertas berlapis
plastic sekali pakai dapat digunakan untuk melindungi meja dan permukaan
lainnya. Peralatan sekali pakai dan baju kerja juga dapat digunakan. Tidak
tersedia vaksin.
MORBIDITAS
DAN MORTALITAS
Prevalensi
vCJD tidak diketahui. Sebagian besar kasus terlihat pada orang-orang yang
tinggal di U.K. atau Perancis selama puncak epidemik BSE. Seperti pada bulan
April 2012, 176 kasus vCJD dilaporkan di U.K. Puncak insiden terjadi pada tahun
2000, ketika 28 kasus didiagnosa, dan berangsur-angsur turun menjadi 5 kasus
pada tahun 2005. Antara 2006-2011, 2 dari 5 kasus dilaporkan terjadi setiap
tahunnya. Seperti pada April 2012, 25 kasus dilaporkan dari Perancis, 4 kasus
dari Irlandia, 5 dari Spanyol, 3 kasus masing-masing dari U.S. dan Belanda, 2
dari Kanada, Portugal, dan Itali. Jepang, Saudi Arabia dan Taiean masing-masing
dilaporkan ada 1 kasus. Yang terbaru, semua kasus vCJD di U.S. tampak merupakan
kasus dapatan dari Negara lain. Jumlah orang-orang yang terinfeksi tapi tidak
menunjukkan gejala klinis tidak diketahui. Berdasarkan pada bentuk infeksi di
U.K. beberapa sumber menganggap 70 kasus dapat diduga, bagaimanapun surveilan
dilakukan untuk sampel appendectomy di U.K. menunjukkan prevalensi dari 237
kasus perjuta populasi, dengan 95% confidence intervals dari 49-692 Studi lain,
berdasarkan dari sampel tonsil, perkiraan prevalensi 1 kasus per 10.000
populasi.
Variasi
penyakit vCJD biasanya terlihat pada pasien muda. Alasannya tidak diketahui,
tapi ini dimungkinkan karena anak-anak dan remaja lebih memungkinkan untuk
infeksi dibandingkan orang dewasa. Nilai tengah usia yang mudah terinfeksi
adalah 26 tahun untuk vCJD (rentang usia 12-74 tahun), berbeda dengan 65 tahun
(rentang usia 15-94 tahun) pada kejadian sporadic dari penyakit
Creutzfeldt-Jakob. Orang-orang yang memiliki homozigot kodon Methionin 129 pada
protein PrPc memiliki resiko yang leih tinggi terhadap vCJD. Semua kasus klinis
dilaporkan dari orang-orang dengan genotip ini. Satu infeksi dilaporkan terjadi
pada orang dengan heterozygote untuk methionin/valine pada kodon ini, tapi
tidak sampai berkembang menjadi gejala vCJD. Orang ini terinfeksi melalui
transfusi darah dan meninggal tanpa sebab yang berhubungan setelah 5 tahun.
Tidak diketahui apakah orang-orang dengan genotip resisten (valine/valine atau methionin/valine)
adalah resisten penuh untuk mengembangkan penyakit, atay sederhananya punya
waktu inkubasi lebih lama. Satu saja gejala vCJD berkembang, penyakit ini
selalu fatal.
Pada
tahun 2012, dilaporkan tidak ada manusia yang terinfeksi prion BSE, akan tetapi
prion ini juga menjadi perhatian pada penyakit zoonosis. secara khusus, L-BSE
lebih ganas dari pada BSE klasik pada kera dan tikus human transgenik yang
diinokulasikan secara intracerebral, dengan masa inkubasi pendek dan perkembangan yang cepat. Saat ini
belum ada bukti yang menunjukkan kasusu ini adalh kasus untuk H-BSE, akan
tetapi H-BSE (seperti L-BSE) dapat berubah menjadi BSE klasik pada tikus
transgenik.
INFEKSI
PADA HEWAN
Kejadian
BSE paling sering pada sapi, akan tetapi media utama dari prion ini sangat luas
dibandingkan dengan prion BSE pada ruminansia eksotik dikebun binatang; eperti
nyala (Tragelaphus angasi), kudu (Tragelaphus strepsiceros), gemsbok (Gazella Oryx), eland (Taurotragus
kijang), kijang Arab (leucoryx Oryx), oryx pedang bertanduk (dammah Oryx), sapi
ankole, dan bison (Bison bison). Kasus lapangan yang sangat langka telah
ditemukan pada kambing dan infesi yang diujikan telah dilaporkan dari kedua
domba dan kambing. Rusa merah Eropa (Cervus elaphus elaphus) rentan terhadap
paparan pada dosis tinggi yang diinokulasikan melalui intraserebral dan melihat
gejala neurologis.
Prion
juga telah menyebabkan penyakit BSE pada berbagai jenis kucing termasuk kucing
rumah, cheetah (Acinonyx jubatus), puma (Felis concolor), ocelots (Felis
pardalis), harimau (Panthera tigris), dan kucing emas Asia (Catopuma
temminckii). Dua lemur dikebun binatang Prancis telah terinfeksi BSE dari pakan
yang terkontaminasi. Selain itu uji coba BSE juga dilakukan pada mink, tikus,
marmut, monyet tupai (Saimiri sciereus) dan kera cynomolgus (Macaca
fascicularis). Babi dapat terinfesi melalui rute intralakrimal, intravena, akn tetapi
percobaan dalam jangka pendek belum membuktikan adanya penyakit. Satu studi
melaporkan bahwa ikan sea bream (Sparus aurata) mungkin rentan terhadap
infeksi, meskipun belum diketahui lagi tanda-tanda klinisnya.
L-BSE
dapat menginfeksi kera cynomolgus dengan inokulasi intraserebral. Hal ini juga
telah diujicobakan pada lemur melalui rute oral, dengan perkembangan
tanda-tanda neurologis. L-BSE dan H-BSE dapat menginfeksi tikus dengan
inokulasi intraserebral.
MASA
INKUBASI
Pada
sapi, masa inkubasi BSE klasik diperkirakan 2 sampai 8 tahun. Puncak kejadian
penyakit terjadi saat hewan berumur 4-5 tahun. BSE biasanya terdeteksi pada
sapi yang berumur kurang lebih delapan tahun. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa masa inkubasi mungkin lebih singkat untuk L-BSE dari pada BSE klasik,
namun hal ini didasarkan pada perbandingan percobaan pada sapi dan tikus
transgenik bovinized diinokulasi secara intracerebral. Masa inkubasi pada
ujicoba domba yang terinfeksi bervariasi sesuai dengan usia hewan, genetik,
rute inokulasi dan dosis. Pada domba dengan kerentanan genetik, masa inkubasi
adalah 21-38 bulan untuk hewan yang diinokulasi secara oral pada usia enam
bulan, 18 sampai 24 bulan pada domba
yang diinokulasi secara oral pada usia dua minggu. Ketahanan pada genetik (ARR
/ ARR) domba memiliki masa inkubasi adalah sekitar 3 sampai 5 tahun.
Rusa
merah Eropa ditantang dengan inokulasi secara peroral menunjukkan tanda-tanda
klinis setelah 4 tahun, 9 bulan, sementara empat rusa lain yang masih sehat
lebih dari 5 tahun setelah uji tantang. Pada ujicoba pada kera yang terinfesi
secara peroral, masa inkubasi adalah 3,6 sampai 5 tahun.
TANDA-TANDA
KLINIS
Sapi
yang terserang BSE klasik (Bovine spongiform encephalopathy) adalah penyakit
neurologis yang biasanya memiliki pengaruh yang berbahaya. Gejala klinis
termasuk kelainan berjalan (ataksia terutama hindlimb), hyperresponsiveness
terhadap rangsangan, tremor, dan perubahan perilaku seperti agresi, gugup atau
ketakutan, perubahan temperamen, dan kegilaan. Kombinasi dari perubahan
perilaku, hiperaktivitas terhadap rangsangan, dan kelainan gaya berjalan
merupakan gejala klinis dari dari BSE, tetapi beberapa hewan menunjukkan hanya
satu kategori tanda-tanda neurologis. Inkoordinasi dan tingkah laku yang
abnormal terjadi pada 25 % dari ternak yang terserang BSE, dan mungkin
menunjukkan adanya penyakit ini. Pruritus intens biasanya tidak terlihat pada
sapi, tetapi beberapa hewan mungkin terlihat dengan kebiasaan menjilat atau
menggosok badan terus-menerus. Tanda-tanda nonspesifik termasuk penurunan
kondisi morfologi, penurunan berat badan, gigi grinding ( mungkin karena nyeri
viseral atau penyakit neurologis ), dan penurunan produksi susu. Bradikardia
dan irama jantung berubah pada ternak ruminansia yang terserang BSE juga telah
dilaporkan.
Gejala
biasanya memburuk secara bertahap selama beberapa minggu sampai enam bulan,
namun kasus yang jarang terjadi dapat berkembang menjadi akut dan menyebar
dengan cepat. Gejala klinis neurologis sangat cepat dideteksi pada ruminansia
eksotis di kebun binatang. Setelah gejala muncul, penyakit BSE berjalan progresif dan fatal. Tahap akhir
ditandai dengan koma dan kematian .
Bentuk
dari BSE pada sapi masih belum begitu dipahami. Strain yang paling infeksius
telah ditemukan pada sapi tanpa gejala seperti sapi downer atau sapi yang
dipotongan secara darurat. Namun, H-BSE terkait dengan tanda-tanda neurologis
dilaporkan dalam zebu bull 19 tahun (Bos indicus) di kebun binatang. Percobaan
(semua menggunakan sapi diinokulasi
secara intraserebral) telah dilaporkan dengan berbagai gejala klinis,
beberapa peneliti menyimpulkan bahwa L-BSE dapat dibedakan secara klinis dari
BSE klasik, di lain pihak melaporkan bahwa gejala klinis masih belum bisa
dipastikan antara semua bentuk BSE. Pada sapi Friesian coklat dan Alpine, satu
kelompok peneliti melaporkan bahwa adanya isolat L-BSE
Gejala
klinis sapi yang terserang BSE klasik ditandai dengan tidak aktif,
inkoordinasi, dan atrofi otot. Tanda-tanda klinis awal termasuk fasikulasi
otot, bulu kusam, penurunan kewaspadaan, kepala menunduk, dan kyphosis ringan.
Tanda-tanda ini berkembang menjadi atrofi otot, yang dimulai dari wilayah
gluteal dan berkembang ke daerah lain. Meskipun kejadian sapi " downer
" dilaporkan dalam penelitian ini, hewan lain tidak mengalami ataksia atau kesulitan berdiri, namun,
tiba-tiba jatuh. Hewan-hewan dalam penelitian ini dilaporkan menjadi
hyperresponsive pada rangsangan wajah,
tetapi tidak dalam bentuk cahaya atau suara. Pada percobaan ini, keturunan yang
sama diinokulasi dengan prion BSE klasik dikembangkan dan dilihat perubahan
perilaku termasuk agresivitas, berteriak dan tremor, serta kelainan postural
dan hiperresponsif terhadap rangsangan .
Kelompok
lain dilaporkan bahwa pada sapi Friesian Holstein yang diinokulasi dengan
isolat Jerman H - BSE dan L - BSE, tanda-tanda pertama adalah penurunan berat
badan dan penurunan kondisi morfologis. Hewan cenderung terpisah dari kawanan
dan berjalan dengan merundukkan kepala. Namun, ternak ini hyperresponsive
terhadap rangsangan akustik dan visual serta rangsangan pada wajah, mirip
dengan sapi yang terkena BSE klasik .Ataksia dan kesulitan berjalan juga dilaporkan
dalam percobaan ini. Para peneliti menyimpulkan bahwa, meskipun tanda-tanda
awal tampaknya lebih spesifik dan non spesifik pada hewan yang terkena BSE,
perbedaan tersebut belum cukup untuk membedakan bentuk-bentuk dari BSE klasik.
Percobaan
lain yang digunakan adalah Danish Holstein /Aberdeen Angus berasal dari Italia
diinokulasikan dengan strain L - BSE dan strain H - BSE. Gejala dari
perilaku sensorik dan tanda-tanda motorik terlihat keseluruhan,
sapi yang terinfeksi dengan H - BSE dan L -BSE memiliki tanda-tanda klinis yang
serupa. Berjalan dengan merundukkan kepala sedangkan pemisahan dari kawanan
tidak sering terjadi, dan sebagian besar hewan tidak memiliki tanda-tanda
inkoordinasi. Sebaliknya, banyak hewan menjadi hyperreactive terhadap rangsangan
eksternal termasuk taktil dan rangsangan wajah. Tidak ada ternak yang
tremor dalam kasus ini, ternak cenderung
dysmetria dan mengalami kesulitan berjalan, di awal perjalanan penyakit, tetapi
tidak berlanjut permanen (tidak seperti hewan dengan BSE klasik yang dapat
menjadi permanen). Studi di Jepang telah mengisolasi L - BSE pada sapi Holstein
dilaporkan adanya penurunan aktivitas, hyperresponsiveness terhadap rangsangan,
ataksia terutama dari hindlegs, kesulitan berjalan, dan sedikit agresif.
DOMBA
YANG TERJANGKIT BSE KLASIK
Berbagai
tanda-tanda neurologis telah dilaporkan pada domba terinfeksi. Dalam suatu
studi, domba Cheviot mengalami pruritus
minimal, dan meninggal dalam beberapa hari seminggu setelah terinfeksi. Domba
yang berasal dari Prancis, gejala klinisnya adalah ataksia dan pruritus intens
dengan hilangnya bulu. Hewan tersebut mengalami kondisi yang buruk secara
perlahan dan meninggal di sekitar tiga bulan. Sebuah studi ketiga dilakukan
pada ARQ homozigot Suffolk dan domba
Romney, tetapi juga termasuk beberapa orang dari ras yang berbeda, melaporkan
bahwa tanda-tanda klinis BSE adalah serupa pada semua hewan. Pruritus
terdeteksi pada semua domba dalam penelitian ini (Namun, perlu dicatat bahwa
tanda ini juga dilaporkan di 29% dari domba yang tidak memiliki bukti BSE pada
pembantaian). Tanda-tanda lain pada beberapa hewan termasuk perubahan perilaku,
gigi grinding, kelainan gerakan termasuk tremor dan ataksia,
hypperresponsiveness terhadap rangsangan pendengaran.
KAMBING
TERINFEKSI BSE
Beberapa
kasus BSE yang telah dilaporkan pada kambing yang terinfeksi secara alami
ditemukan selama pengawasan rutin. Seekor kambing dilaporkan suspect scrapie.
Tanda-tanda neurologis telah dilaporkan pada hewan percobaan yang terinfeksi.
Dalam sebuah penelitian, penyakit ini ditandai dengan ataksia, tremor, dan berkembang pesat pada kambing
yang diinokulasi BSE secara intracerebral.
LESI
POST MORTEM
Lesi
Gross tidak ditemukan dalam BSE, dengan pengecualian dari tanda-tanda spesifik,
seperti kekurusan atau wasting. Lesi histopatologi terbatas pada SSP.
Vacuolation neuronal dan perubahan spongiform non-inflamasi pada materi abu-abu
merupakan ciri khas dari penyakit pada sapi. Lesi ini tidak selalu simetris
bilateral. Plak amiloid tidak khas BSE klasik atau infeksi dengan H-BSE, tetapi
berhubungan dengan L-BSE prion.
PENULARAN
Tidak
ada bukti bahwa agen BSE ditularkan secara horizontal antara sapi; Namun,
keturunan dari hewan yang terinfeksi memiliki peningkatan risiko yang besar
terkena penyakit ini.
TES
DIAGNOSTIK
Tidak
ada tes hewan hidup untuk BSE. Penyakit ini biasanya didiagnosis dengan
mendeteksi prion (PrPres) di SSP. Akumulasi prion dapat ditemukan dalam ekstrak
otak tidak tetap dengan imunoblotting, dan dalam otak ditetapkan oleh imunohistokimia.
Selain itu, beberapa tes diagnostik cepat berdasarkan tes enzyme-linked
immunosorbent (ELISA), imunoblotting otomatis (Western blotting) dan perangkat
aliran lateral (LFD) yang tersedia. Tes cepat memungkinkan sejumlah besar
sampel yang akan disaring, dan sering digunakan dalam pengawasan dan pengujian.
Sampel
positif dalam tes cepat secara tradisional dikonfirmasi dengan tes yang lebih
spesifik seperti imunohistokimia atau immunoblotting. Namun, OIE sekarang
menyatakan bahwa konfirmasi hasil positif dengan tes cepat dapat diterima dalam
kondisi tertentu. Dua tes cepat hanya dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
kasus BSE; hasil negatif pada uji konfirmasi tidak cukup untuk menyingkirkan
BSE, dan harus diselidiki dengan tes lainnya. Diagnosis BSE juga dapat
dikonfirmasi dengan mencari fibril prion karakteristik yang disebut scrapie
terkait fibril (SAF) dengan mikroskop elektron dalam ekstrak otak. Beberapa tes
ini dapat digunakan pada otak beku atau autolyzed. Teknik yang digunakan
diagnosa untuk mendeteksi prion relatif tidak sensitif dibandingkan dengan tes
untuk jenis patogen; prion biasanya tidak dapat dideteksi di otak hingga 3
sampai 6 bulan sebelum timbulnya penyakit.
Prion
atipikal dapat dideteksi dengan tes yang sama, termasuk tes cepat, pada hewan
yang terinfeksi dengan H - BSE atau L - BSE . Evaluasi lengkap dari tes cepat
belum dilakukan untuk prion ini. Pola distribusi H - BSE dan L - BSE di otak
agak berbeda dari BSE klasik, serta dari satu sama lain; Namun, ketiga prion
dapat dideteksi dalam obex tersebut Prion atipikal dapat dibedakan dari prion
BSE klasik oleh sifat biokimia mereka, misalnya dengan imunoblotting. H - BSE
memiliki fragmen massa molekul lebih tinggi dari BSE klasik. Hal ini juga
bereaksi dengan antibodi monoklonal untuk epitop N - terminal yang tidak
ditemukan dalam BSE klasik setelah proteinase K belahan dada. L - BSE memiliki
massa molekul rendah dari prion BSE klasik. Pola glikosilasi yang berbeda dari
BSE klasik, dan memiliki pola deposisi yang tidak biasa ditandai dengan plak
amiloid.
Pemeriksaan
histologis otak dapat sangat membantu dalam diagnosis, tetapi beberapa hewan
dalam tahap awal infeksi memiliki sedikit atau tidak ada perubahan spongiform.
Selain itu, BSE dapat dideteksi oleh studi transmisi pada tikus; Namun, masa
inkubasi beberapa bulan membuat teknik ini tidak praktis untuk diagnosis rutin.
Serologi tidak berguna untuk diagnosis, karena antibodi tidak dilakukan
terhadap agen BSE.
PENGOBATAN
Tidak
ada pengobatan untuk BSE . Hewan yang suspect BSE biasanya dilakukan
euthanasia.
PENCEGAHAN
BSE
dapat dicegah dengan cara tidak memberikan jaringan ruminansia yang mungkin mengandung
prion spesies rentan. tindakan preventif umumnya diperlukan, seperti memasak
dengan sushu yang tinggi tidak dapat sepenuhnya menonaktifkan prion. Banyak
negara sekarang telah melarang penggunaan baik ruminansia atau protein mamalia,
dengan pengecualian tertentu seperti susu dan darah, dalam pakan ternak.
Mencegah prion masuk kembali ke rantai makanan ternak ruminansia dapat
mengganggu transmisi dan mengontrol epidemi BSE; Namun, karena masa inkubasi
yang panjang, jumlah kasus BSE mungkin tidak menurun selama beberapa waktU.
Selain itu, negara-negara dapat menempatkan larangan perdagangan terhadap impor
ternak hidup dan protein ruminansia tertentu dari negara-negara yang terkena
dampak. sapi suspect BSE biasanya dilakukan eutanasia. Bangkai ini tidak dapat
digunakan sebagai makanan dan harus dimusnahkan. Di Inggris, bangkai BSE
tersebut diberi perlakuan khusus melalui pemanasan pada 133 °C (3 tekanan bar)
setidaknya selama 20 menit.
Surveillance
dapat membantu mencegah hewan yang terinfeksi dari yang digunakan dalam makanan.
Surveilans aktif untuk BSE telah dilakukan di Uni Eropa sejak tahun 2001; Namun,
batas usia telah meningkat sejak program dimulai. Seperti tahun 2011, ternak
yang harus diuji (dengan tes cepat) di sebagian besar Uni Eropa negara anggota
termasuk hewan di atas usia 48 bulan yang meninggal, mengalami pemusnahan
darurat, dibunuh untuk alasan lain selain konsumsi manusia, atau menampilkan
kelainan tertentu pada ante-mortem pemeriksaan. Ternak yang sehat di atas usia
72 bulan dan ditujukan untuk konsumsi manusia juga harus diuji. Batas umur yang
lebih rendah berlaku untuk sapi dari beberapa daerah lain. Jepang memiliki
persyaratan yang luar biasa ketat. Pada suatu waktu, pemerintah Jepang
mengharuskan semua ternak yang akan diuji untuk BSE. Sejak tahun 2005, hanya
ternak yang umurnya 21 bulan atau lebih tua harus diuji; Namun, telah ada
resistensi publik untuk persyaratan pengujian sampel, dan pihak berwenang
setempat terus menguji semua sapi yang dipotong tanpa memandang usia.
Beberapa
negara juga melakukan pengawasan BSE pada ruminansia kecil. beberapa negara
dengan insiden penyakit yang rendah, termasuk Amerika Serikat, tes hanya
ditargetkan terutama pada ternak berisiko tinggi seperti hewan nonambulatory
dan mereka dengan penyakit saraf. Hewan ini tidak dapat digunakan dalam makanan
manusia, dan bangkai tersebut berlangsung hingga pengujian selesai. AS juga
melakukan pengawasan pasif untuk BSE. Ketika binatang yang terinfeksi
diidentifikasi, kawanan yang terkena dikarantina, dan sumber infeksi diselidiki.
Karena peningkatan risiko BSE pada keturunan dari sapi yang terinfeksi, mereka
biasanya ditelusuri dan eutanasia.
Jaringan
yang memiliki risiko tinggi penularan BSE telah dilarang untuk menjadi bahan pangan
manusia di banyak negara. Di AS, jaringan dilarang termasuk otak, tengkorak,
mata, ganglia trigeminal, ganglia akar dorsal, saraf tulang belakang, dan
sebagian besar tulang belakang dari sapi 30 bulan dan lebih tua. Glandula dan
ileum dari semua sapi juga dilarang. Di Uni Eropa, jaringan meliputi tengkorak
(termasuk otak dan mata tetapi tidak mandibula) dan sumsum tulang belakang pada
sapi selama 12 bulan, dan tulang belakang di cattlle lebih dari 30 bulan.
Amandel, seluruh usus, dan mesenterium tidak diperbolehkan dari setiap ternak. Penyembelihan
dan teknik pengolahan yang memiliki risiko tinggi kontaminasi jaringan otot
dengan SSP telah dilarang di banyak negara, termasuk Amerika Serikat
MORBIDITAS
DAN MORTALITAS
BSE
terlihat paling sering pada sapi berusia empat sampai lima tahun , terutama
hewan sedang fase menyusui. Penyakit ini selalu fatal setelah gejala muncul.
Prevalensi BSE bervariasi. Pada suatu waktu, estimasi prevalensi di berbagai
negara berkisar dari lebih dari 100 kasus per juta sapi menjadi kurang dari dua
kasus per juta. Yang terakhir didefinisikan sebagai Organisasi Dunia untuk
Kesehatan Hewan (OIE) negara risiko minimal' untuk BSE. Tindakan pengendalian
telah sangat menurun prevalensi di negara-negara yang paling parah terkena
dampak sejak saat itu. Epidemi BSE dilaporkan di beberapa negara Eropa wabah
pertama terjadi di Inggris, di mana lebih dari 180.000 kasus telah dikonfirmasi
sejak 1980-an. The UK epidemi memuncak pada tahun 1992, dengan hampir 1.000
kasus baru dikonfirmasi setiap minggu. Pada saat itu, kejadian tahunan pada
peternakan yang terkena dampak adalah sekitar 2-3 %.
Sebagai
hasil dari tindakan pengendalian, kejadian menurun menjadi sekitar 5-10 kasus
baru per minggu pada tahun 2004. Jumlah ini terus menurun, dengan kejadian
tahunan menurun menjadi 99 kasus yang dikonfirmasi pada tahun 2006, 35 kasus
pada tahun 2008, dan 7 sampai 11 kasus setiap tahun antara tahun 2009 dan
2011.puncak kurva epidemi terjadi kemudian di negara-negara di mana larangan
pakan didirikan baru-baru ini. Di AS, hanya empat kasus BSE telah dilaporkan .
Salah satu kasus terjadi pada hewan yang diimpor dari Kanada . Tiga kasus
tambahan telah dilaporkan pada sapi adat; salah satunya disebabkan oleh H - bentuk
BSE atipikal. Kasus terbaru ( April 2012 ) terinfeksi oleh prion L - BSE, tapi
bentuk tertentu belum ditentukan. Pada 2012, sekitar 60 kasus L - BSE atau H -
BSE telah diidentifikasi di seluruh dunia sebagai akibat dari surveilans untuk BSE
klasik . Insiden atipikal BSE tampaknya jauh lebih rendah dari BSE klasik.
Prevalensi
di antara ternak di Perancis dan Jerman mungkin serendah 1 kasus per 3 juta
sapi dewasa pada tahun 2012, dilaporkan sekitar 60 kasus L-BSE atau H-BSE telah
diidentifikasi di seluruh dunia Insiden atipikal BSE tampaknya jauh lebih
rendah dari BSE klasik. Prevalensi di antara ternak di Perancis dan Jerman
mungkin tercatat 1 kasus per 3 juta sapi dewasa. Hampir semua L-BSE dan H-BSE
prion telah terdeteksi pada sapi di atas usia 8 tahun. Kasus BSE sangat jarang
dilaporkan pada kambing. Infeksi belum pernah terlihat pada domba atau rusa
selain hewan percobaan yang terinfeksi. Surveillance dilakukan di Eropa
menunjukkan bahwa prevalensi BSE sangat rendah pada domba. Perkiraan proporsi
maksimum domba dengan kasus TSE yang bisa berkembang menjadi BSE dari 0,7%
menjadi 5%. Domba eksperimental terinfeksi yang secara genetik resisten
terhadap scrapie tampaknya memiliki beberapa perlawanan terhadap BSE, tapi
tidak kebal terhadap infeksi atau penyakit.
***
Catatatan:
Makalah
terjemahan ini telah diarsipkan di Perpustakaan Bidang Karantina Hewan Balai
Besar Karantina Pertanian Surabaya. Diterjemahkan oleh: drh. Nur Wahyu Nugroho,
Medik Veteriner Muda, Pejabat Fungsional Balai Besar Karantina Pertanian
Tanjung Perak Surabaya.
Tulisan
asli:
Bovine
Spongiform Encephalopathy, Mad Cow Disease, BSE By: The Centre Food Security
& Public Health IOWA State University. College Of Veterinary Medicine Iowa
State University. Ames, Iowa 50011 Phone 5152941289 Fax 5152948259.
cfsph@iastate.edu www.cfsph.iaste.edu. Institute For International Cooperation
in Animal Biologics. Iowa State University. College Of Veterinary Medicine.
www.cfsph.iaste.edu/ICAB/ Last Updated: May 2012
******