PENGARUH MANAJEMEN BROODING PADA PERTUMBUHAN DOC (BROILER)

Konsumsi daging di Indonesia makin meningkat, ketersediaan daging di pasaran masih kurang hal ini dibuktikan dengan banyaknya impor daging dari luar negeri. Untuk mengatasi kekurangan daging seyogyanya bisa dicukupi dengan daging unggas. Berikut adalah Karya tulis ilmiah siswa diklat paramedik yang membahas peternakan unggas.


******


PENGARUH MANAJEMEN BROODING PADA
PERTUMBUHAN DOC (BROILER)

Oleh:

Henry Gunawan, M. Imam Baihaqy, Oky Nurcahya, Reindi Rahmat H, Rizki Wulandari, Zaenu Sholeh
Peserta didik Pelatihan Dasar Calon Paramedik Veteriner Badan Karantina, di Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Jl. Raya Kampung Utan-Setu, Mekar Wangi, Cikarang Barat, Bekasi


Abstrak

Bibit ayam pedaging atau Day Old Chick (DOC) merupakan salah satu faktor utama yg menentukan keberhasilan dalam peternakan ayam broiler. DOC yang memenuhi syarat dan berkualitas tentunya harus berasal dari indukan yang baik dan sehat. Selain berasal dari bibit yang berkualitas, keberhasilan produksi daging juga dipengaruhi oleh manajemen brooding karena masa brooding merupakan fase paling dasar dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler yang berperan penting terhadap keberhasilan beternak ayam broiler. Masa brooding yang sangat menentukan ini harus memperhatikan beberapa hal, antara lain pengaturan suhu kandang, kondisi litter, manajamen pemberian pakan dan air minum, kepadatan kandang, sirkulasi udara serta tata laksana masa brooding. Dengan menerapkan menejemen pemeliharaan masa brooding yang baik, maka DOC akan tumbuh dengan baik dan sehat yang nantinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan pemeliharaan dan produksi daging di masa panen. Sebaliknya kegagalan dimasa brooding akan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak ayam di fase finisher nantinya.

Kata kunci: DOC, peternakan, manajemen brooding.

******


PRAKATA

Perkembangan Peternakan khususnya di bidang budidaya ayam potong atau biasa disebut ayam broiler sangat pesat. Banyak masyarakat yang mengembangkan budidaya ayam broiler ini  sebagai sumber utama penghasilan dan bermitra dengan berbagai perusahaan yang bergerak di bidang unggas. Dampaknya, semakin tinggi lalu lintas Day Old Chick (DOC) antar area di berbagai daerah di Indonesia.

Untuk mendukung keberhasilan budidaya tersebut, maka tahapan awal pemeliharaan yaitu sistem manajemen pada masa brooding (fase starter) harus di perhatikan dengan baik. Kegagalan pada masa brooding akan mempersulit pencapaian produktivitas yang optimal pada fase pemeliharaan berikutnya, yakni fase finisher, karena pada masa ini, hampir semua ransum yang dikonsumsi oleh DOC dialokasikan untuk pertumbuhan.

Harapan penulis semoga dengan tulisan ini memberikan tambahan informasi dan masukan kepada para peternak khususnya peternak ayam broiler.  Penulis sadar masih banyak kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam tulisan ini. Untuk itu besar harapan penulis masukan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Bekasi,               2015
Penulis

******


BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Indonesia pernah mengalami surplus daging ayam pada tahun 1998, 2001, 2002, dan 2003 (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2011). Namun akibat adanya penyakit Avian Influenza (AI) yang melanda Indonesia pada tahun 2004, banyak peternakan yang bergerak di bidang budidaya ayam broiler mengalami kerugian akibat kematian hampir 100% pada ayam-ayam yang dibudidayakan. Kini, pertumbuhan peternakan di bidang budidaya ayam broiler telah pulih kembali dan semakin terstruktur dengan sistem manajemen pemeliharaan yang terkonsep.

Salah satu sistem manajemen yang sangat diperhatikan adalah manajemen awal pemeliharaan, yakni fase starter atau sering disebut masa brooding. Pada masa brooding, Day Old Chick (DOC) benar-benar diperhatikan mulai dari suhu kandang (brooder), ransum yang diberikan, sampai dengan obat-obatan atau vaksin yang diberikan untuk proses pencegahan dan penguatan sistem imun DOC.

Maksud dan Tujuan
1. Dapat menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal.
2. Mengetahui mekanisme pelaksanaan program untuk bagaimana berternak ayam  yang sehat serta produktif.


BAB II
MATERI DAN METODE

Tulisan tentang pengaruh manajemen brooding pada pertumbuhan Day Old Chick (DOC) broiler hingga pasca panen  ini di susun berdasarkan studi literatur yang terkait dan sesuai, baik melalui buku maupun tulisan ilmiah lainnya yang berupa jurnal dan artikel yang terkait.


BAB III
PEMBAHASAN

A. DOC (broiler)
DOC merupakan singkatan dari Day Old Chick yang merupakan istilah untuk anak ayam yang berumur satu hari. Menurut Enti (2012), DOC yang baik mempunyai ciri-ciri :

1. Bulu kering dan bersih
2. Berat tidak dibawah standar ( minimal ±39 g/ekor)
3. Lincah
4. Tidak mempunyai cacat tubuh
5. Tidak menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti ompalitis, ngorok ataupun pullorum yang dapat dillihat dari adanya kotoran bewarna putih yang melekat pada dubur.

B. Manajemen Brooding
Brooding berasal dari kata brood yang berarti seperindukan. Jadi brooding adalah masa dimana anak ayam masih butuh indukan atau butuh penghangat buatan sampai umur tertentu yaitu sampai anak ayam bisa menyesuaikan sendiri dengan suhu lingkungannya (Zumrotun 2012).

Menurut Caturto (2008), tujuan dari brooding adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal. Pada masa itu merupakan masa yang paling menentukan karena akan berpengaruh terhadap perbanyakan sel (hiperplasia) yang meliputi perkembangan saluran pencernaan, perkembangan saluran pernafasan, dan perkembangan sistem kekebalan (Rasyaf 2006).

Menurut Nuryanto (2008), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen brooding, yakni:

1. Pemanas (heater)
2. Sekat kandang (chick guard brooder)
3. Alas lantai kandang (litter)
4. Tempat pakan dan minum
5. Cahaya, suhu, dan kelembapan lingkungan
6. Sirkulasi udara
7. Kepadatan kandang
8. Nutrisi pakan

1. Pemanas (heater)
Heater atau pemanas yang baik harus mampu menghasilkan panas yang cukup, stabil dan terfokus. Beberapa jenis pemanas yang biasa dipakai di peternak adalah semawar (sumber panas dari minyak tanah), batu bara,  lampu, kayu bakar, serbuk gergaji dan sumber panas lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pemanas yaitu :

a. Mudah mengoperasikannya
b. Suhunya selalu stabil
c. Bahan baku mudah tersedia
d. Biaya murah

2. Sekat (Chick guard brooder)
Sekat (Chick Guard Brooder) dapat dibuat dari  bahan seng yang dibuat secara melingkar di dalam ruangan  kandang  yang dilengkapi pemanas, tempat pakan, tempat minum dan tirai kandang. Chick guard berfungsi untuk membantu  agar panas brooding tetap terfokus dan DOC tidak menyebar ke seluruh ruang  kandang. Sedangkan fungsi lain  untuk melindungi anak ayam dari terpaan angin dan  serangan hewan liar.

Idealnya sekat atau chick guard berbentuk melingkar atau elips. Fungsi sekat ini untuk menghindari penumpukan anak ayam pada sudut brooding. Namun pada prakteknya banyak juga yang berbentuk  segi empat atau  dengan cara menyekat kandang, karena lebih praktis. Untuk membuat dan memasang chick guard maka disesuaikan dengan jumlah DOC yang akan dipelihara. Ketentuannya untuk 1 m2 dapat menampung 50 ekor DOC, sehingga dengan menggunakan rumus luas  lingkaran maka diameter dan keliling brooding dapat dibuat.

3. Alas lantai kandang (litter)
Litter  merupakan alas lantai kandang yang berfungsi untuk menampung dan menyerap air dari feses, meminimalkan terjadinya lepuh dada dan kaki serta untuk menjaga kehangatan kandang brooder. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai litter sebaiknya daya serap airnya baik, dan tidak berdebu. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai litter antara lain sekam padi, tongkol jagung, jerami padi serta limbah penggergajian kayu.

Bahan litter harus bersih dari kotoran atau kuman, oleh sebab itu sebelum digunakan perlu didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan desinfektan. Dalam penggunaannya, sekam ditabur secara merata dalam brooding dengan ketinggian 7-8 cm. Di atas litter perlu dialasi dengan menggunakan kertas koran agar tempat pakan tetap bersih dan menjaga anak ayam tidak makan litter.

4. Tempat pakan dan tempat minum
Tempat pakan dan tempat minum dapat diperoleh di poultry shop. Tempat ini biasanya sudah di desain khusus untuk anak ayam. Pada ayam yang masih kecil, yaitu berumur kurang dari 2 minggu, tempat ransum berbentuk seperti nampan untuk  tempat pakan anak ayam (chicken plate) dengan diameter 35 cm maka dapat menampung  sekitar 75-100 ekor. Demikian juga dengan tempat minum anak ayam (chicken fount)  mampu menampung 50-75 ekor.

5. Cahaya, suhu dan kelembaban
Pada minggu pertama broiler membutuhkan pencahayaan, baik siang maupun malam selama 24 jam. Pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum. Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat memacu pertumbuhan anak ayam.

Kebutuhan pencahayaan dalam masa brooding adalah antara 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2.  Lama pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Semakin besar umur ayam maka membutuhkan waktu yang lebih kecil. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24 jam, umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam, umur 15-21 hari adalah 18 jam dan menjelang panen (umur 22-24 hari) adalah 16 jam.

Pada masa brooding maka perlu perhatian ekstra baik suhu maupun kelembapannya. Pengontrolan suhu ini harus dilakukan sesering mungkin, dengan menggunakan termometer yang diletakkan dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm diatas litter atau dapat juga dilakukan dengan melihat aktivitas dan penyebaran anak ayam, yaitu apakah anak ayam akan menyebar rata dalam brooding, mendekati pemanas atau malah menjauhi pemanas.

Demikian juga halnya dengan kelembapan, karena kelembapan yang terlalu tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur dan  bakteri pengurai asam urat dalam feses menghasilkan gas ammonia lebih banyak. Sedangkan kebutuhan suhu dan kelembapan masa brooding adalah sebagai berikut:
           
Tabel 1. Suhu dan kelembapan kandang brooder (Manual Guide Logman, 2004)

Umur (hari)
Suhu (Celcius)
Kelembapan (%)
0-3
33-31
55-60
4-7
32-31
55-60
8-14
30-28
55-60
15-21
28-26
55-60


6. Sirkulasi udara
Pengaturan ventilasi dilakukan dengan cara pengaturan buka tutup tirai kandang. Namun demikian pengaturan ini harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan terutama suhu dan kecepatan angin sekitar kandang. Sirkulasi udara yang baik akan mengurangi  bau ammonia, debu ataupun asap pemanas. Brooder yang ditutup tanpa adanya ventilasi dapat menyebabkan kandungan O2 berkurang dan gas beracun yaitu CO2 dan amoniak akan meningkat. Cara pengaturan tirai adalah :

a. Minggu I: tirai kandang tertutup rapat
b. Minggu II: tirai kandang dibuka sepertiga pada bagian atas.
c. Minggu III: tirai kandang dibuka 2/3 pada bagian   atas.
d. Minggu IV: tirai kandang sudah terbuka semua.

7. Kepadatan kandang
Kandang brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2, meningkatkan amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan meningkatkan persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen dan makanan serta menstimulasi kanibalisme pada ayam. Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara melebarkan chick guard setiap 3-4 hari sekali sampai anak ayam berumur 14 hari. Setelah itu, ayam sudah tidak membutuhkan kandang brooder  lagi dan ayam akan memenuhi seluruh ruang kandang sampai nanti  saat panen tiba.

8. Nutrisi pakan
Dibandingkan dengan masa finisher, kebutuhan ayam masa starter (termasuk masa brooding) akan asam amino lebih tinggi terutama yang essensial (yang tidak bisa dibuat oleh tubuh). Suplementasi asam amino seperti methionine dan lysine akan membantu pembentukan otot dan tulang. Manfaat asam amino akan lebih optimal bila dibantu dengan suplementasi vitamin dan mineral.

Selain mengenai kualitas ransum, perhatikan pula mengenai bentuk ransum yang digunakan. Untuk masa brooding, dianjurkan ransum berbentuk fine crumble (butiran halus). Alasan dari anjuran ini ialah karena bentuk fine crumble lebih mudah dikonsumsi oleh anak ayam sehingga konsumsi ransum tetap baik dan juga lebih efisien (tidak banyak terbuang).

C. Tatalaksana masa brooding
Ada beberapa hal  tata laksana masa brooding yang perlu  dilakukan yaitu:

1. Pastikan bahwa semua peralatan kandang berfungsi dengan baik.
2. Hitung jumlah  kebutuhan peralatan  brooding dan  aturlah sesuai dengan tata letaknya.
3. Tiga jam sebelum DOC tiba, lakukan hal berikut:

a. Isi tempat minum dengan larutan gula dengan konsentrasi 2%.
b. Isi ransum untuk DOC  (pakan starter) ke tempat pakan
c. Nyalakan pemanas
d. Atur ketinggian dan posisi pemanas, sampai tercapai suhu yang ideal.

4. Pasang lampu di setiap area brooding  terutama di malam hari
5. Setelah DOC tiba, secepatnya DOC ditangani dengan baik. Kegiatan ini dimulai dari:
a. Menghitung jumlah box DOC yang datang.
b. Cek sampel DOC yang ada dalam box.
c. Hitung berat DOC rata-rata  dengan cara menimbang DOC yang masih dalam box.

  Berat rata-rata DOC
d. Berat DOC ideal adalah ± 41 g.
6. Buka box DOC dengan segera, lalu masukkan dalam brooding sambil dihitung jumlahnya dan diseleksi.
7. Lakukan vaksinasi ND pada saat anak ayam berumur 4 hari dengan cara tetes mata.


BAB IV
SIMPULAN

Manajemen selama 7 hari pertama, terutama selama 3 hari pertama adalah kunci dalam pencapaian bobot badan terbaik di minggu pertama. Ayam-ayam berumur muda yang kekurangan pemanas selama 45 menit, maka akan kehilangan bobot badan 135 g pada umur 35 hari. Jika satu bagian flok mengalami kondisi  tersebut maka tingkat keseragaman (uniformity) yang dihasilkan akan rendah.

Sebaliknya, pemanasan berlebih pada ayam-ayam berumur muda akan menekan laju pertubuhan dan menurunkan bobot badan umur 7 hari. Dengan perlakuan senada, jika pemanasan berlebih terjadi disuatu bagian flok, maka akan dihasilkan tingkat keseragaman (uniformity) yang rendah pula.


DAFTAR PUSTAKA

Caturto, PN. 2008. Agribisnis Ternak Unggas. Departemen Pendidikan Nasional.

Enti. (9 November 2012). Beternak Ayam. Diambil pada tanggal 3 Oktober 2015, dari: http://beternakayam72.blogspot.co.id

Manual Guide Logman. 2004. Suhu dan kelembapan kandang brooder.

Nuryanto. 2008. Broilerpun Semakin Modern (Materi Diklat). Jakarta: Satwa Utama Group.

Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2011. Sekretariat Jenderal Pertanian. Jakarta: Kementan.

Rasyaf. 2006. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: PT.Penebar Swadaya.

Zumrotun. 2012. Manajemen Brooding Pada Ayam Broiler. Cianjur: PPPPTK Pertanian.

******

PENTING UNTUK PETERNAKAN: