Rabies
adalah Penyakit yang sangat mematikan, penanganan yang tidak tepat akan berakibat
fatal. Di beberapa daerah di Indonesia Rabies merupakan penyakit endemis, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya penanggulangnya, berikut adalah makalah tentang Rabies yang ditulis peserta didik Pada Pelatihan Dasar Karantina.
******
PENANGANAN
GIGITAN ANJING GILA (RABIES) PADA MANUSIA
Oleh:
Anggi
Dharma P, Asmayadi, Deni, Lendon Sitorus, Niar M
Siswa
Pelatihan Dasar Paramedik Karantina Hewan Badan Karantina Pertanian
Tahun
2015
Abstrak
Rabies
merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus rabies yang merupakan
virus RNA neurotropic. Penyakit ini ditularkan melalui saliva karena gigitan
oleh anjing yang terinfeksi. Penyakit rabies menyebar diseluruh dunia kecuali
Australia dan New Zealand. Penyakit rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada
tahun 1884, ditemukan oleh Schrool (orang Belanda) pada kerbau, kemudian tahun
1889 Esser W, J,. dan Penning menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun
1894, pertama kali virus rabies menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan
(orang Belanda). Penyebaran penyakit ini tergolong cepat karena anjing
merupakan hewan memiliki pergerakan tinggi dengan radius mencapai 10 km setiap
perjalanan. Cara penularan pada manusia,
dibagi dua yaitu : (1) Dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan yang air liurnya
mengandung virus rabies. (2) Non gigitan melalui jilatan hewan yang mengandung
virus rabies pada luka, selaput mukosa yang utuh, selaput lendir mulut, selaput
lendir anus, selaput lendir alat genitalia eksterna dan melalui inhalasi /
udara (jarang terjadi).
Kata
kunci: rabies, gigitan anjing, tindakan
******
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Indonesia
bukanlah negara yang bebas dari penyakit Rabies, terbukti dengan adanya korban
meninggal yang terinfeksi oleh penyakit ini di beberapa Rumah Sakit di
Indonesia. Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang
menyerang susunan saraf pusat padamanusia dan hewanberdarah panas yang
disebabkanoleh virus rabies, ditularkanmelalui saliva (anjing, kucing, kera)
yang kenarabiesdenganjalangigitanataumelaluilukaterbuka.
Penyakit
rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh Schrool
(orang Belanda) pada kerbau, kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan Penning
menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun 1894, pertama kali virus rabies
menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan (orang Belanda).
Di
Provinsi Bali Penyakit rabies muncul kembali pada tanggal 14 Nopember 2008,
menimpa seorang warga Banjar Giri Darma – Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan
Badung dan sampai sekarang penyakit rabies perlu diwaspadai.
Penyakit
rabies disebabkan oleh virus rabies. Virus rabies mempunyai 6 (enam) tipe yaitu
: Tipe 1 : Strain Challange virus standard sebagai prototipe ; Tipe 2 : Strain
lagos sebagai prototipe ; Tipe 3 : Strain Mokola sebagai prototipe ; Tipe 4 :
Strain Duvenhage ; Tipe 5 : European bat lyssavirus ; Tipe 6 : Australian bat
lyssavirus
Salah
satunya adalah provinsi Bali yang telah dklaim bebas rabies justru telah banyak
korban berjatuhan baik yang suspect maupun yang telah positif terjangkit virus
rabies. Sekarang Dinas Peternakan Bali sedang gencar-gencarnya memberantas
penyakit mematikan ini yang disebabkan oleh gigitan hewan, anjing yang dianggap
sebagai sahabat manusia justru sebagai penyebar utama dari penyebaran virus
rabies ini melalui gigitannya. Sehingga tidak heran banyak anjing yang dibunuh,
namun untuk anjing yang dipelihara akan diberikan vaksinasi. Agar kita
terhindar dari penyakit mematikan ini, hendaknya kita mengetahui bagaimana
ciri-ciri hewan yang telah terinfeksi virus rabies. Dalam karya tulis ini akan
dibahas mengenai penyakit rabies dari pengertian sampai dengan tips-tips bila
kita atau orang terdekat kita digigit oleh anjing atau hewan yang lainnya yang
berpotensi untuk menyebarkan virus rabies.
Maksud
dan Tujuan
Tujuan
dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah agar masyarakat mengetahui trend
dan issue yang sedang berkembang di Indonesia yaitu masalah rabies dan dapat
memberikan penanganan yang tepat dari panyakit rabies ini.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
Tulisan
tentang kejadian rabies pada manusia ini di susun berdasarkan studi literatur
yang terkait dan sesuai baik melalui buku maupun tulisan ilmiah lainnya yang
berupa jurnal dan artikel yang berkaitan.
BAB
III
PEMBAHASAN
Rabies
atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu penyakit
infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus
rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan
dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas. Penyakit rabies secara
alami terdapat pada bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan karnivora liar
lainnya.
Pada
hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah yang banyak pada air
liurnya. Virus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui
luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora adalah hewan yang paling utama
sebagai penyebar rabies.
Penyakit
rabies merupakan penyakit Zoonosis yang sangat berbahaya dan ditakuti karena
bila telah menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan kematian.
Mengingat akan bahaya dan keganasan terhadap kesehatan dan ketentraman hidup
masyarakat, maka usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit ini perlu
dilaksanakan secara intensif.
Penyebab
Penyakit
ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang
terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia
melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus
rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada
tempat masukdan disekitarnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai
ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukan perubahan-perubahan
fungsinya. Sesampainya di otak , virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas
dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap
sel-sel sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri
dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah perifer dalam
serabut saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang
hamper tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam
jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak
hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi
sumber dari rabies adalah anjing, hewan yang lainnya juga bisa menjadi sumber
penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies
pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan
sekarang di Indonesia kasus rabies ini mulai muncul dan sudah banyak memakan
korban. Ini disebabkan kareni tidak semua hewan peliharaan mendapatkan
vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas
atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan
ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah
terjadi kelumpuhan local atau kalumpuhan total.
Sifat
virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat Fisik : (1) Pemanasan
pada suhu 60o C selama 5 menit akan mematikan virus ; (2) Virus akan mati bila
kena sinar ultraviolet ; (3) Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup ; (4)
Pada suhu – 4o C ( minus 4 °C ) virus dapat bertahan hidup sampai
berbulan-bulan.Sifat Kimia : (1) Dapat diinaktifkan dengan b-propiolakton,
phenol, halidol azirin, zat pelarut lemak, dll ; (2) Tahan hidup beberapa
minggu di dalam glycerin pada suhu kamar ; (3) Virus rabies bila disimpan
didalam larutan glycerin pekat pada suhu kamar, dapat bertahan-berminggu-minggu
; (4) Pada glycerin 10 %, virus akan cepat mati ; (5) Cepat mati dengan zat-zat
pelarut lemak seperti air sabun, detergent, chloroform, ether dll.
Tahapan
Penyakit Rabies
Perjalanan
penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase yaitu :
Fase
Prodormal, Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat terjadi
lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang).Fase
ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase prodormal dilanjutkan fase
eksitasi atau bisa langsung ke fase paralisa.
Fase
Eksitasi, Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya
danmemakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu
terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk fase paralisa.
Fase
Paralisa, Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir
dengan kematian.Masa inkubasi dari penyakit ini adalah waktu antara penggigitan
sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan
kucing kurang lebih 2 minggu (10-14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling
lama 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada
kepala, tempat yang tertutup atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
Gejala
Rabies Pada Manusia
Gejala
biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa
inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita,
rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh
tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari
depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan
meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan
mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan
rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada
daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan
mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita
rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang
juga disebut hidrofobia (takut air).
Pada
salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah
terinfeksi virus rabies dimana korban tersebut akhirnya meninggal akibat
terlambat mendapat pertolongan, yaitu: Keluar keringat yang deras, Dada sakit
seperti tertusuk-tusuk dan sakit, Sesak nafas. Beberapa minggu setelah digigit
anjing, korban akan takut air dan angin namun sering menggigil dan kehausan.
(Bali Post,2009)
Tanda-Tanda
Penyakit Rabies Pada Hewan
1. Bentuk
ganas (Furious Rabies)
Masa
eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda
terlihat.
Tanda-tanda
yang sering terlihat:
-
Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
- Senang bersembunyi di tempat-tempat yang
dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
-
Tidak menurut perintah majikannya
- Nafsu makan hilang
- Air liur meleleh tak terkendali
- Hewan akan menyerang benda yang ada
disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
- Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa
saja yang dijumpai
-
Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
-
Ekor diantara 2 (dua)paha
2. Bentuk
diam (Dumb Rabies)
Masa
eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda
yang sering terlihat :
- Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
-
Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
- Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
- Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
-
Mati
3. Bentuk
Asystomatis
- Hewan
tidak menunjukan gejala sakit
- Hewan
tiba-tiba mati
Tindakan
Terhadap Hewan Yang Menggigit
Anjing,
kucing, dank era yang yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai
menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai
berikut : Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya, maka
hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat
untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negative Rabies maka
hewan tersebut mendapat vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali ke
pemiliknya. Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya)
maka hewan tersebut harus dusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas
Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan
tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan, setelah
terlebih dahulu diberikan vaksinasi Rabies. Bila hewan yang menggigit sulit
untuk ditangkap dan terpaksa harus dibunuh , maka kepala hewan tersebut harus
diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
Perundang-undangan
Tentang Rabies
Sejak
tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing,
kucing, dank era yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926
dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Selanjutnya
ordonantie tersebut mengalami perubahan/penambahan-penambahan yang disesuaikan
dengan perkembangan yang ada. Misalnya, Kepmentan No. 1696/Kpts/PD.610/12/2008
Tentang Penetapan Provinsi Bali Sebagai Kawasan Karantina Penyakit Anjing Gila
(RABIES), dan di DKI Jakarta terdapat SK Gubernur No. 3213 tahun 1984 tentang
Tatacara Penertiban Hewan Piaraan Anjing, Kucing, dan Kera di wilayah DKI
Jakarta yang antara lain berisi :Kewajiban pemilik hewan piaraan untuk
memvaksinasi hewannya dan menggantungkan peneng tanda lunas pajak.Menangkap dan
menyerahkan hewannya apabila menggigit orang untuk diobservasi.
Hewan
yang dibiarkan lepas dan dianggap liar atau tersangka menderita rabies akan
ditangkap oleh petugas penertiban.Berhasil tidaknya usaha pengendalian penyakit
rabies sangat erat hubungannya dengan kesadaran, pengetahuan dan partisipasi
dari semua masyarakat.
Pencegahan
Langkah-langkah
untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera seteleh
terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu : Dokter hewan. Petugas laboratorium yang
menangani hewan-hewan yang terinfeksi. Orang-orang yang menetap atau tinggal
lebih dari 30 hari di daerah yang terjangkit rabies dimana banyak anjing
ditemukan. Para penjelajah gua kelelawar,
Vaksinasi
memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibody akan menurun,
sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus
mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
Pengobatan
Jika
segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. Maka seseorang yang digigit
hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang
digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus)tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies.
Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar)
diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja
terinfeksi rabies.Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan
luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun,
tusukan yang dalam dosemprotkan dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan,
kepada pemberita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies
diberikan suntikan immunoglobin rabies, dimana separuh dari dosisnnya disuntikkan
di tempat gigitan.Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin
rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan
28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan.
Jarang
terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1 % yang mengalami demam setelah
menjalani vaksinasi.Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko
menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan
dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2). Sebelum ditemukannya
pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita
meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan, atau
kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat
dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke
ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru,
jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun immunoglobulinrabies tampaknya
efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
Tips
Bila Digigit Anjing
Cuci
luka gigitan itu dengan air mengalir dan sabun kurang lebih 10-15 menit.
Mencuci luka gigitan dengan air dan sabun bisa menghilangkan setidaknya 92%
virus rabies.Setelah itu baru ketempat kesehatan terdekat untuk meminta
perawatan lebih lanjut dan mendapatkan VAR (vaksinasi anti rabies)Jangan
langsung ke tempat kesehatan setelah digigit anjing karena itu memberikan waktu
untuk virus masuk dalam tubuh. Jadi ditekankan agar mencuci luka segera setelah
digigit.Usahakan untuk menangkap anjing tersebut dan kurungatau diikat untuk
memastikan apakah anjing tersebut menderita rabies atau tidak. Jika anjing mati
dalam rentang waktu kurang lebih 10 hari setelah menggigit, maka dipastikan anjing
tersebut tertular rabies.Untuk VAR dilakukan selam 3 kali yaitu Pertama, saat
digigit. Kedua, seminggu setelah digigit. Ketiga, tiga minggu setelah digigit.
Apabila anjing telah dibunuh atau mati setelah menggigit, maka VAR harus
dijalani secara penuh. Dengan pelaksanaan VAR secara lengkap, maka pertahanan
tubuh untuk rabies yang dibentuk oleh vaksin akan maksimal, jika
setengah-setengah maka pertahanan tubuh yang terbentuk juga tidak maksimal.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Rabies
merupakan penyakit menular yang mematikan yang ditularkan oleh hewan melalui
gigitannya. Virus rabies banyak terkandung dalam kelenjar liur hewan yang telah
terinfeksi virus ini sehingga gigitannya inilah yang sangat berbahaya. Bila
tergigit, maka tindakan yang harus kita lakukan adalah mencuci daerah gigitan
tersebut dengan sabun dan pada air yang mengalir untuk meminimalkan virus yang
masuk ke pembuluh darah. Setelah itu barulah dibawa ke tenaga kesehatan untuk
mendapatkan vaksinasi anti rabies secara bertahap agar kita tidak terinfeksi
virus rabies ini.
Saran
Bila
memiliki binatang peliharaan baik itu anjing, kucing, burung atau lain
sebagainya, hendaknya selalu menjaga kebersihan hewan tersebut dan bawalah
hewan peliharaan anda ke dokter hewan untuk mendapatkan vaksinasi.
DAFTAR
PUSTAKA
[Kementan]
Kementrian Pertanian. 2008 Kepmentan no 1696/Kpts/PD.610/12/2008 Tentang
Penetapan Provinsi Bali sebagai Kawasan Karantina Penyakit Anjing Gila
(Rabies). Jakarta : Kementan
http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=754
( diakses pada tgl 03-10-2015)
http://www.diskes.baliprov.go.id/id/BAHAYA-PENYAKIT-RABIES ( diakses pada tgl 03-10-2015)
http://www.jakarta.go.id/_jakpus/Ternak/Rabies.htm
( diakses pada tgl 03-10-2015)
******