CONTOH KARYA TULIS ILMIAH KESEHATAN HEWAN (RUMPUN ILMU HAYAT)

Karya Tulis Ilmiah adalah hasil pokok pikiran, pengembangan dan hasil kajian /penelitian yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu  pokok  bahasan  ilmiah   dengan  menuangkannya ke dalam sebuah tulisan.

Karya Tulis Ilmiah sangat diperlukan, selain sebagai suatu pengembangan ilmu maupun profesi, Karya Tulis ilmiah dalam beberapa hal merupakan persyaratan kelulusan dalam suatu pendidikan atau bisa juga merupakan persyaratan kenaikan untuk jabatan tertentu di suatu institusi dalam suatu Kementerian.

Berikut adalah contoh Karya Tulis Ilmiah dalam bidang ilmu kesehatan hewan (Rumpun Ilmu Hayat). Karya tulis ini dibuat berdasarkan (sistematika) Keputusan Menteri Pertanian No. 34/PERMENTAN/OT.140/6/2011 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian, Berupa karya tulis ilmiah berbentuk buku yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan Intansi /lembaga dengan bukti adanya nomor katalog buku (registrasi) dan pengesahan dari perustakaan.


***************************************************************************
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH
*****************************************************************************


MANAJEMEN KESEHATAN HEWAN DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT HOG KOLERA

Oleh: Giyono Trisnadi


ABSTRAK

Classical Swine Fever (CSF), juga disebut Swine Fever atau Hog Cholera adalah penyakit yang sangat penting pada babi karena sering menjadi fatal, ditandai dengan demam tinggi dan kelemahan. Hog Kolera adalah salah satu penyakit virus berpotensi pandemi yang paling merusak secara ekonomi pada babi di dunia. Banyak Pemerintah di dunia yang menanggapinya sangat serius dan mengambil kebijakan kontrol yang ketat, yang meliputi kebijakan wajib vaksinasi atau pemotongan dan pemusnahan. Penyakit Hog Cholera menimbulkan banyak masalah bagi peternak karena menyebabkan kematian yang tiba tiba dengan angka kematian yang tinggi sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang banyak. Pemerintahlah seharusnya yang mempunyai tugas dan wewenang untuk memberantas penyakit ini di seluruh Indonesia dan bagi peternak yang berada di daerah endemik memerlukan cara dan upaya yang khusus bila tetap akan menjalankan usahanya agar tetap mendapat untung. Hewan terinfeksi penyakit Hog kolera tidak bisa dilakukan pengobatan. Pencegahan Penyakit dalam suatu peternakan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan biosekuriti yang ketat. Penanggulangan penyakit Hog kolera yang luas (Nasional) adalah dengan menerapkan Menejemen Kesehatan hewan yang benar, dalam suatu sistem menejemen Kesehatan Hewan Nasional sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya masing masing baik sebagai Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun Peternak.

Kata kunci: hog kolera, manajemen, kesehatan hewan

******

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan pada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, atas rachmadNya penyusunan buku Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manajemen Penanggulangan Penyakit Hog Kolera ini akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan buku Karya Tulis ini dimaksudkan untuk memberi masukan, sehingga akan menambah wawasan pada para praktisi medik maupun paramedik kesehatan hewan baik yang bekerja di Instansi pemerintah maupun swasta, mengenai Pentingnya Manajemen Kesehatan Hewan.

Atas terselesainya buku ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian atas segala bantuan dan motivasinya. Terima kasih penulis juga untuk semua Pejabat Struktural, Pejabat Fungsioanal Medik, Paramedik dan Pegawai Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina Pertanian atas dorongan morilnya sampai selesainya penulisan ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala masukan dan koreksi akan penulis terima dengan senang hati.

Jakarta,  30 Maret 2015

Penulis

*********

DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................  i
PRAKATA......................................................................................................  ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN............................................................. ................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………....................... 4
BAB II  MATERI DAN METODE.....................................................................11
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................12

Manajemen Kesehatan Hewan………………….............................................12
Pengertian Umum manajemen......................................................................12
Manajemen Kesehatan Hewan Dalam Penanggulangan
Penyakit Hog Kolera………………………………………………….................18
Manajemen Kesehatan Hewan Menyeluruh Dalam
Penanggulangan Penyakit Hog Kolera……………………………..................20

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................  23

*********

BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit Hog Cholera menimbulkan banyak masalah bagi peternak karena menyebabkan kematian yang tiba tiba dengan angka kematian yang tinggi sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang banyak. Pemerintahlah seharusnya yang mempunyai tugas dan wewenang untuk memberantas penyakit ini di seluruh Indonesia dan bagi peternak yang berada di daerah endemik memerlukan cara dan upaya yang khusus bila tetap akan menjalankan usahanya agar tetap mendapat untung.

Hog kolera (Hog Cholera) merupakan penyakit virus yang sangat menular pada babi yang disebabkan oleh pestivirus dari familly Flaviviridae. Secara klinis, penyakit ini tidak mudah dibedakan dari penyakit  “African swine fever” (penyakit lain pada babi) dan dapat menyebabkan kerugian yang sangat serius (Alexandre Fediaevsky. 2014).

Penyakit Hog Cholera telah menjadi penyakit yang endemik di Indonesia, penyakit ini telah terdeteksi di daerah Sumatera dan Papua sejak beberapa tahun yang lalu. 

Berita terakhir wabah penyakit Hog Kolera telah dilaporkan kejadiannya di Jayapura Papua, di wilayah Me Pago akhir tahun 2014, Senin (16/02/2014 ), menurut Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan di Kabupaten Nabire bahwa 700 ekor Babi positif terkena virus Hog kolera  atau biasa yang di sebut penyakit sampar, dan hal ini tentunya sangat meresahkan masyarakat tidak hanya di nabire akan tetapi di Papua. Dijelaskan, virus Hog Kolera merupakan penyakit yang serius pada ternak babi. Penyakit ini sifatnya akut dan salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat efektif yang ditandai dengan kematian secara tiba-tiba.
Oleh karenanya, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua telah melakukan pengisolasian daerah kabupaten Nabire selama 6 hingga 8 bulan kedepan tidak diperbolehkan Hewan Ternak baik dari dalam maupun luar melakukan pengiriman
(Pasific Pos, 2015).

Menurut oie, 2014. Berikut adalah daftar negara negara yang terdeteksi adanya penyakit Hog kolera berdasarkan ditemukannya gejala klinis tahun 2013 -2014 (oie list 2014): Bhutan 2013, Kamboja Januari-Juni 2014, Cuba Juli-Desember 2013, Ekuador Juli-Desember 2013, Haiti Juli-Desember 2013, Indonesia Juli-Desember 2013 , Myanmar Juli-Desember 2013, Nepal Juli-Desember 2013, Filipina Januari-Juni 2013, Thailand Juli-Desember 2013, Vietnam Januari-Juni 2014, Cina (Rep Rakyat.) Januari-Juni 2013, India Januari-Juni 2013, Peru Juli-Desember 2013.

Menurut oie, 2014.  Penyakit Hog kolera telah tidak terdeteksi lagi di negara negara berikut sejak dilaporkan (ke oie): Andorra 1975, Argentina 05/1999, Armenia 2006, Aruba 2013 (hewan pelihaaraan) dan 1993 (binatang hewan liar), Australia 1962, Austria 1997, Belarus 08/1995, Belgia 1997 (hewan pelihaaraan) dan 10/2002 (hewan liar), Belize 03/1988, Bosnia dan Herzegovina 12/2007 (hewan pelihaaraan) dan 01/2002 (hewan liar), Brasil 08/2009, Bulgaria 07/2008 (hewan peliharaan) dan 12/2009 (hewan liar), Burundi 2010, Kanada 1963, Chad 2013, Chili 08/1996, Cina Taipei 06/2005, Kosta Rika 07/1997, Kroasia 05/2009 (hewan peliharaan) dan 11/2008 (hewan liar), Siprus 1967, Republik Ceko 1997 (hewan peliharaan) dan 01/11/1999 (hewan liar), Denmark 1933, El Salvador 09/2008, Eritrea 2013, Estonia 01/1994, Finlandia 1917, Rep. Makedonia 11/2008 (hewan peliharaan) dan 01/06/2008, Prancis 2002 (hewan peliharaan) dan 05/2007, Polinesia Prancis 1972, Georgia 1984, Jerman 29/11/2006 (hewan peliharaan) dan 07/2009 (hewan liar) , Ghana 2013, Yunani 07/1985, Hongaria 05/1993 (hewan peliharaan) dan 10/2009 hewan liar), Islandia 1953, Irlandia 1958, Israel 04/2009 (hewan peliharaan) dan 2010 (hewan liar), Italia 09/2003, Jepang 1992, Kazakhstan 2013, Korea selatan 04/2009, Kyrgyzstan 06/1991, Lithuania 17/09/2011 (hewan peliharaan) dan 12/2009 (hewan liar), Luksemburg 08/2003, Malaysia 06/2010, Malta 1967, Mauritius 2002 , Meksiko 2009, Mikronesia (Negara Federasi) 2011, Moldova 08/2002, Montenegro 01/06/2007, Belanda 03/1998, Selandia Baru 1953, Niger 2013, Norwegia 1963, Polandia 09/1994, Portugal 1985, Reunion (Perancis) 2013, Rumania 2008, Sao Tome dan Principe 2012, Serbia 03/2011, Sierra Leone 2013, Singapura 1989 (hewan peliharaan) dan 04/2012 (hewan liar), Slovakia 2008, Slovenia 05/1996, Somalia 2012, Afrika Selatan 08/2007, Spanyol 05/2002, Sri Lanka 2013, Swedia 1944, Swiss 12/1993 (hewan peliharaan) dan 09/1999 (hewan liar), Suriah 2013, Tajikistan 1991, Ukraina 01/1996 (hewan peliharaan) dan 07/2001 (hewan liar), Inggris 11/2000, Amerika Serikat 1976, Uruguay 11/1991.

Untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit Hog Cholera dan untuk mengurangi kerugian ekonomi yang besar karena wabah penyakit Hog cholera diperlukan cara pengendalian dan penanggulangan penyakit serius secara Nasional. Suatu strategi penanggulangan yang ampuh dalam suatu menejemen kesehatan hewan nasional perlu dirumuskan dan dilaksanakan.

******

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

HOG CHOLERA
Classical Swine Fever (CSF), juga disebut Swine Fever atau Hog Cholera adalah penyakit yang sangat penting pada babi karena sering menjadi fatal, ditandai dengan demam tinggi dan kelemahan. (anonimous, 2013)
Hog Kolera adalah salah satu penyakit virus berpotensi pandemi yang paling merusak secara ekonomi pada babi di dunia. Banyak Pemerintah di dunia yang menanggapinya sangat serius dan mengambil kebijakan kontrol yang ketat, yang meliputi kebijakan wajib vaksinasi atau pemotongan dan pemusnahan (Chris Harris, 2014).

EPIDEMIOLOGI
Virulensi penyakit berhubungan dengan strain virus, umur babi dan status kekebalan hewan. Virus ini sangat menular. Penyakit bersifat akut adalah bentuk umum pada hewan muda, bentuk subakut dan kronis sering ditemukan pada hewan yang lebih tua (oie, 2014).

Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit Hog kolera terdeteksi di Eropa, Afrika timur dan tengah, Meksiko, dan negara-negara Amerika Tengah lainnya, juga sebagian besar Amerika Selatan. Hog kolera juga terdeteksi sangat jelas di India, Cina, Asia timur dan tenggara (Korea, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam).

Hog kolera di wilayah Australia dieliminasi /dinyatakan bebas sejak tahun 1962, Perancis Polinesia dieliminasi sejak tahun 1972, New Zealand dihapuskan sejak 1953, Northern Mariana dihapuskan sejak tahun 1968. Wabah ini berasal dari daging babi yang diimpor atau makanan sampah dari kapal yang diberikan sebagai makanan pada babi (Alexandre Fediaevsky, 2014).

Negara negara berikut belum pernah ada kejadian (wabah) penyakit Hog kolera (oie list 2014): Afghanistan, Aljazair, Angola, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Botswana, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Republik Afrika Tengah, Djibouti, Mesir, Kepulauan Falkland (Malvinas), Fiji, Guyana Prancis, Gabon, Greenland, Grenada, Guyana, Iran, Jamaika , Jordan, Kenya, Kiribati, Kuwait, Lesotho, Libya, Malawi, Maladewa, Mali, Mauritania, Mozambik, Kaledonia Baru, Nigeria, Oman, Palestina, Papua Nugini, Qatar, Rwanda, Samoa, San Marino, Arab Saudi, Senegal, Seychelles, St Vincent dan Grenadines, Sudan, Suriname, Swaziland, Tanzania, Togo, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Yaman , Zambia, Zimbabwe (oie, 2014).

Hospes /Inang
Babi dan babi hutan adalah satu-satunya reservoir alami dari penyakit hog kolera. Semua babi liar, termasuk babi hutan Eropa, rentan. Collared peccaries (babi peccaries berkerah) terbukti rentan dalam sebuah penelitian, tetapi pulih dalam 10 hari (oie, 2014).

Penularan
Penularan terutama oleh rute oral dan oronasal, melalui kontak langsung atau tidak langsung; Kontak langsung antara hewan (sekret, ekskresi, sperma, darah); Disebarkan oleh pengunjung peternakan, dokter hewan, pedagang babi; Kontak tidak langsung melalui tempat, alat, kendaraan, pakaian, peralatan medis dan jarum; ‘Neighbourhood effect’ atau 'Efek kedekatan' selama wabah di daerah dengan kepadatan tinggi dalam peternakan babi: penularan melalui udara jarak pendek (sampai dengan 1 km dalam suatu studi); Kurang masaknya makanan sampah yang diberikan pada babi: merupakan cara yang paling umum masuk ke negara-negara bebas; Infeksi transplasenta: dapat menciptakan babi karier tanpa gejala atau kelainan bawaan; Populasi babi hutan mungkin adalah tempat pelabuhan virus hog kolera; Babi peliharaan di daerah yang terserang penyakit hog kolera berada pada risiko tinggi hog kokera; Dan biosekuriti adalah sangat penting. (oie. 2014)

Sumber Penyakit
Sumber penyakit Hog kolera adalah: Darah, sekret, dan ekskresi (oronasal dan sekresi lakrimal, air mata, urin, feses dan sperma /air mani) dan jaringan hewan yang sakit atau mati, termasuk daging; Anak babi yang terinfeksi bawaan terus-menerus viraemia dan bisa terjangkit virus selama 6-12 bulan sebelum mati; Rute Infeksi: Melalui saluran pencernaan (paling umum), kontak dengan konjungtiva atau selaput lendir, kulit lecet, alat kelamin, inseminasi buatan, transfer darah perkutan (oie. 2014).

ETIOLOGI
Klasifikasi Agen Penyebab Penyakit
Group: Group IV ((+)ssRNA), Family: Flaviviridae, Genus: Pestivirus, Species: Classical swine fever virus /Hog Cholera (Wikipedia, 2014).

 Ketahanan Terhadap Tantangan Fisik Dan Kimia
1. Suhu.
Virus hog kolera mudah dilemahkan denganh memasak: daging dengan pemanasan sampai 65,5 ° C selama 30 menit atau 71 ° C selama satu menit. Virus bertahan berbulan dalam daging dingin dan bertahun dalam daging beku. Pada beberapa strain virus hog kolera sebagian tahan terhadap panas sedang (56 ° C).

2. pH.
Virus hog kolera stabil pada pH 5-10. Cepat tidak aktif pada pH <3.0 atau pH> 11.0.

3. Desinfektan /Kimiawi.
Virus Hog kolera rentan terhadap eter, kloroform, ß-propiolactone (0,4%). Inaktif oleh desinfektan berbasis klorin, kresol (5%), natrium hidroksida (2%), formalin (1%), natrium karbonat (4% anhidrat atau 10% kristal, dengan 0,1% deterjen), deterjen ionic maupun non-ionik, dan iodophors kuat (1%)  dalam asam phosphoric acid.

4. Ketahanan hidup.
Virus Hog kolera cukup rapuh dan tidak bertahan di lingkungan. Peka terhadap pengeringan dan sinar ultraviolet. Bertahan dengan baik dalam kandang selama kondisi dingin (hingga 4 minggu di musim dingin). Bertahan 3 hari pada suhu 50 ° C dan 7-15 hari pada suhu 37 ° C. Bertahan selama 17 sampai> 180 hari di dalam daging awetan dengan garam maupun pengasapan tergantung pada proses yang digunakan. Virus betahan selama 3-4 hari di dalam organ membusuk dan 15 hari dalam darah dan sumsum tulang yang membusuk (oie, 2014).

DIAGNOSA
Diagnosis utama dilakukan oleh dokter hewan di lapangan. Bila tanda-tanda klinis tidak menciri, umumnya diikuti dengan diagnosa laboratorium (Irene Greiser, 2012).

Masa inkubasi hog kolera  adalah 2-14 hari. Bentuk klinis bervariasi menurut strain virus, umur /kerentanan babi dan adanya kejadian patogen lain di dalam populasi hewan (status kesehatan populasi hewan) (oie, 2014).

Gejala
Bentuk akut:
Gejala klinis Strain virus ganas atau pada babi muda: Demam (41 ° C); Anoreksia, lesu; Leukopenia berat; Hiperemi multifokal dan /atau lesi perdarahan kulit; konjungtivitis; Pembesaran, pembengkakan kelenjar getah bening; Sianosis kulit terutama dari ekstremitas (telinga, kaki, ekor, moncong); Sembelit transient (tdk tetap) diikuti dengan diare; Muntah (sesekali); Sesak, batuk; Ataksia, paresis dan kejang; Babi berkumpul bersama (berdesakan); Kematian terjadi 5-25 hari setelah serangan (onset) penyakit; Angka kematian (mortalitas) pada babi muda bisa mendekati 100% (oie, 2014).

Bentuk kronis:
Gejala klinis strain virus yang kurang ganas atau ternak punya sebagian kekebalan: Kusam, nafsu makan berubah-ubah, demam, diare hingga 1 bulan; Penampilan babi jelek; Retardasi (kelambatan) pertumbuhan; Kesembuhan semu, kambuh dan akhirnya terjadi kematian dalam waktu sekitar 3 bulan (oie, 2014).

Bentuk kongenital:
Gejala klinis tergantung pada virulensi strain virus dan tahap kehamilan; Janin mati, resorpsi, mumifikasi, lahir mati; aborsi; Tremor bawaan, kelemahan; Kerdil dan pertumbuhan yang buruk selama beberapa minggu atau bulan menyebabkan kematian; Lahir klinis normal, tetapi terus-menerus viraemic tanpa respon antibodi: shedding virus bersifat intermiten penting sampai babi mati dalam 6-12 bulan (late onset form) (oie, 2014).

Bentuk ringan:
Biasanya terjadi pada hewan yang lebih tua; Hasil tergantung pada virulensi strain virus; Demam sementara dan apatis; kesembuhan dan kebal (seumur hidup) (oie, 2014).

Lesi
Bentuk akut:
Lesi biasanya bersifat komplek karena infeksi sekunder; Leukopenia dan trombositopenia; kebengkaan perdarahan kelenjar getah bening adalah umum; Petechiae tersebar luas dan ekimosis, terutama di kulit, kelenjar getah bening, epiglotis, kandung kemih, ginjal dan rektum; Tonsilitis berat dengan foci nekrotik kadang-kadang terjadi; Infark multifokal dari pinggiran limpa adalah karakteristik (hampir patognomonik tetapi jarang terjadi dengan strain yang ada saat ini); Paru-paru mungkin kongesti dan hemoragi; Encephalomyelitis dengan perivaskular cuffing adalah biasa terjadi (oie, 2014).

Bentuk kronis:
Lesi biasanya bersifat komplek karena infeksi sekunder; Adanya 'Tombol' borok di sekum dan mukosa usus besar; Penipisan jaringan limfoid; Adanya goresan melintang dari tulang rawan di persimpangan costochondral pada babi masa pertumbuhan; Hemoragi dan lesi inflamasi sering tidak dijumpai (oie, 2014).

Bentuk kongenital:
Adanya sentral dysmyelinogenesis, cerebellar hypoplasia, microencephaly, pulmonary hypoplasia, dan malformasi lainnya (oie, 2014).

Diagnosa Banding
(Bervariasi berdasar pada bentuk penyakitnya)
1. African swine fever (Clinico-patologis tak terbedakan. Sangat penting untuk mengirimkan sampel untuk konfirmasi laboratorium).
2. Septicaemia: erisipelas, eperythrozoonosis, salmonellosis, streptococcosis, pasteurellosis, actinobacillosis, dan Haemophilus parasuis.
3. Hemoragi /perdarahan: porcine dermatitis dan nephropathy syndrome, penyakit hemolitik pada bayi (babi) baru lahir, keracunan coumarin, thrombocytopenic purpura.
4. Kerdil: Sindrom kelelahan multisitemik paca menyapih, enterotoxicosis, swine dysentery, kampilobakteriosis.
5. Aborsi: Penyakit Aujeszky’s disease (pseudorabies virus) infeksi virus encephalomyocarditis, sindroma reproduksi dan sindrom pernapasan (babi), parvovirus.
6. Gejala syaraf: viral encephalomyelitis, keracunan garam.
7. Infeksi kongenital bersama ruminansia pestiviruses: Bovine virus diare, Border disease (oie, 2014).

Diagnosa Laboratorium
Sampel:
Identifikasi agen. Metode pilihan untuk mendeteksi ternak pada awal infeksi adalah darah utuh (whole blood) dan jaringan dari beberapa hewan yang demam atau baru mati: Tonsil; Lympo nodus /Kelenjar getah bening (faring, mesenterika); limpa; ginjal; Ileum distal; Darah dalam EDTA atau Heparin (pada kasus hewan hidup). Dinginkan dan kirim ke laboratorium secepat mungkin (oie, 2014).

Identifikasi Agen Penyakit:
Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) atau real time RT-PCR; Isolasi virus dalam kultur sel, dengan deteksi virus dengan imunofluoresensi atau immunoperoxidase. Identifikasi konfirmasi dengan antibodi monoklonal; Uji imunofluoresensi langsung pada bagian cryostat organ dari babi yang terdampak penyakit (oie, 2014).

Tes /Uji Serologi:
Antibodi berkembang hanya selama minggu ketiga sejak sakit: kirim sera dari babi yang sembuh dan dari ternak yang kontak ketika > 3 minggu telah berlalu sejak dicurigai terjadi kontak. Serum juga harus diuji dari induk babi yang diduga terinfeksi bawaan. Antibodi bertahan selama hidup pada babi yang teregistrasi (oie, 2014).

Metode berikut ini dapat digunakan untuk mendiagnosa secara serologis atau untuk surveillance /pemantauan penyakit, dan juga Uji yang ditentukan oleh OIE dalam skrining untuk kepentingan perdagangan internasional: 1. Neutralisation peroxidase-linked assay. 2. Fluorescent antibody virus neutralisation. 3. ELISA (oie, 2014).

Virus neutralization tests (Uji netralisasi) dan ELISA tersedia. Karena virus ini noncytopathogenic dalam kultur, uji netralisasi memerlukan tahap immunolabeling tambahan. ELISA lebih cocok untuk uji serologi skala besar, yaitu, untuk Surveilance /pemantauan /pengawasan. Beberapa ELISA komersial dapat membedakan antibodi virus Classical swine fever dari Bovine viral diarrhea, meskipun pengujian konfirmasi disarankan dalam kasus yang meragukan. Beberapa metode ELISA dapat mendeteksi antibodi terhadap protein virus tertentu yang tidak hadir dari apa yang disebut “marker vaccines.” Seperti membedakan individu terinfeksi dari individu yang divaksinasi (DIVA) ELISA dikembangkan untuk mengidentifikasi babi terinfeksi virus lapangan dengan populasi divaksinasi dengan subunit vaksin komersial yang tersedia. Teknik ini belum banyak diterima untuk penggunaan di lapangan, dan DIVA ELISA memiliki sensitivitas agak rendah (Irene Grreiser, 2012).

Uji Serologi adalah metode pilihan untuk menguji induk induk babi yang telah melahirkan sampai ke anak anak yang terinfeksi bawaan dan untuk skrining tes guna mengungkapkan virus, khususnya dalam populasi babi hutan dan populasi babi hewan liar (Irene Greiser, 2012).

******

BAB II
MATERI DAN METODE

Materi (bahan)  tulisan adalah pengalaman kerja dan praktek yang dilaksanakan di instalasi karantina hewan. Metode (cara) yang digunakan adalah dengan  study literature yang terkait dan sesuai dengan pokok bahasan.

******

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam suasana wabah penyakit apalagi yang bersifat akut seperti penyakit Hog Kolera pada ternak babi, diperlukan suatu cara cara yang tepat dan cepat agar usaha penanggulangannya bisa efektif. Praktek Menejemen penanggulangan penyakit yang tepat sangat diperlukan baik dilakukan secara setempat (dalam peternakan), lokal maupun Nasional. Dalam kata lain harus ada pembagian peran dalam penggulangannya yaitu baik di kandang, di wilayah yang lebih luas dan secara Nasional dalam suatu menejemen yang menyeluruh.

Penanggulangan wabah penyakit hewan yang luas (nasioanl), diperlukan menejemen Kesehatan Hewan yang terintergrasi secara Nasional. Ini merupakan tugas Negara dan di perlukan suatu sitem Kesehatan hewan yang rinci dari berbagai segi dalam suatu menejemen kesehatan hewan Pemerintahan.

Di kandang Petenakan, Penanggulangan penyakit ini harus sudah dirumuskan secara rinci oleh Pemerintah sehingga peternak tinggal menjalankan rincian tugasnya.

Peternak yang menjalankan usahanya di daerah endemik suatu penyakit (contohnya Hog Kolera) harus pula mempunyai suatu sitem pemeliharaan yang baik yang menerapkan suatu menejemen peternakan yang ketat sehingga hewan ternaknya aman agar bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.

MANAJEMEN KESEHATAN HEWAN - TERNAK
Pengertian Umum Manajemen /menejemen (management)
Pengertian umum manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (James A.F Stoner,).

Sedangkan menurut Ricky W. Griffin, manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Merujuk pada pengertian di atas dapat dikatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian /pengarahan (kepemimpinan), dan pengendalian, yang mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Empat fungsi manajemen, yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengkoordinasian /pengarahan (directing /leading) dan  fungsi pengawasan /pengendalian (controlling) yang bisa disingkat “POLC” dapat diartikan sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan /Planning.
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan yang diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan tujuan dan target yang ditentukan.

2. Fungsi Pengorganisasian /Organizing.
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien guna pencapaian tujuan.

3. Fungsi Pengkoordinasian /Pengarahan /Directing /Leading.
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk mengimplementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi kerja secara maksimal (produktifitas yang tinggi).

4. Fungsi Pengendalian /Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

Manajemen (menejemen) Kesehatan Hewan
Sesuai dengan pengertian manajemen pada umumnya maka  manajemen kesehatan hewan dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan /produktifitas (performance) hewan yang ditargetkan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang diinginkan.

Tujuan manajemen kesehatan hewan adalah tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas (performance produksi ataupun performance penampilan) yang diinginkan.

Yang dimaksud dengan performance produksi adalah untuk hewan yang diperlihara dengan tujuan untuk pencapaian produksi misalnya peternakan ayam layer /petelur (harus mencapai produksi telur tertentu pada umur tertentu), atau misalnya peternakan ayam broiler / pedaging (harus mencapai berat tertentu pada umur tertentu), atau pada peternakan sapi penghasil daging / sapi potong (harus mencapai penambahan berat badan rata-rata tertentu setiap hari / Average Dailly Gain / ADG).

Yang dimaksud dengan performance penampilan adalah untuk hewan yang dipelihara dengan tujuan hobby / selain untuk produksi (untuk dilihat keindahannya, tingkah lakunya, didengar bunyinya /kicauannya, dimanfaatkan kekuatannya  dll) misalnya pemeliharaan burung, anjing, kucing, kuda tunggang dll.

Dalam manajemen kesehatan hewan sesuai dengan fungsi dan tujuannya (tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas / performance  yang diinginkan), proses manajemen yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Perencanaan
Sesuai dengan aspek manajemen kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Perencanaan dalam manajemen kesehatan hewan - ternak terdiri atas: 1. Perencanaan Pencegahan (Sanitasi, Biosecurity, Vaksinasi). 2. Perencanaan Pengobatan (pemberian obat cacing / antelmintika secara periodik, pengobatan lain sesuai penyebabnya dll). 3. Perencanaan Pengendalian dan kontrol Penyakit (screening test, pemisahan hewan yang baru datang dengan hewan yang ada, isolasi hewan sakit dll).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan hewan dan faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan manajemen kesehatan hewan adalah:

A. Faktor alam (linkungan):
1. Topografi lokasi peternakan (kemiringan permukaan tanah /ketinggian tanah dari permukaan laut). 2. Struktur dan jenis tanah. 3. pH tanah (berkaitan dengan ketahanan suatu penyakit terhadap pH tertentu). 4. Kedalaman sumber air tanah. 5. Iklim dan cuaca lokasi peternakan. 6. Suhu dan kelembaman udara.

B. Faktor individu hewan ternak:
1. Jenis dan bangsa hewan. 2. Jenis kelamin. 3. Umur. 4. Tipe hewan (tujuan produksi).

C. Faktor intake /pakan-minum:
1. Kwalitas, jenis, keaneka ragaman dan ketersediaan pakan sekitar lokasi. 2. Ketersediaan pakan tambahan (energi, protein, vitamin, mineral tambahan dll). 3. Kwalitas air minum (mineral alami dll).

D. Faktor tantangan penyakit:
Adanya penyakit penyakit endemik di dalam suatu kawasan atau area tertentu merupakan suatu keadaan yang harus dihadapi. Dapatkan Peta penyakit atau gambaran epidemiologi dilokasi peternakan (prevalensi /angka kejadian penyakit dalam suatu populasi pada waktu tertentu, mortalitas /angka kematian, mordibitas /angka kesakitan).

E. Faktor lain:
1. Faktor Ketersediaan informasi mengenai metode dan aplikasi pencegahan dan pengobatan dari kasus kasus penyakit yang pernah ada diloksi peternakan.

2. Faktor Ketersediaan informasi seberapa tinggi capaian kualitas produksi ternak dan kualitas hasil ternak /produktifitas ternak yang dihasilkannya lokasi sekitar peternakan. 

3. Paska panen.

4.Ketersediaan dokter hewan.

Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam manajemen kesehatan hewan - ternak adalah suatu proses pengaturan sumberdaya manusia dan sumber daya fisik dalam pengalokasian kerja /tugas, tanggung jawab dan wewenang yang didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, agar dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien guna pencapaian tujuan di dalam peternakan.

Secara riil pengorganinasian dalam managemen kesehatan hewan memerlukan perangkat:
1. Struk tur organisasi Peternakan.
2. Uraian kerja ( Job deskription ) berdasarkan tugas, pekerjaan, tangung jawab dan wewenangnya sesuai kedudukan dalam struktur organisasi menurut tujuan yang akan dicapai.
3. Alur kerja (flow chart).
4. Sistem Operasional Prosedur (SOP) - administraasi.
5. Sistem Operasional Prosedur (SOP) - Teknis.

Koordinasi /Pengarahan /Directing /Leading
Proses Leading manajemen adalah fungsi pengarahan ataupun fungsi kepemimpinan manajer untuk mengimplementasi program kesehatan hewan agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi kerja secara maksimal (produktifitas yang tinggi).

Manajer berfungsi: memimpin, mengarahkan, memandu, mengkoordinasi dan memotifasi agar lingkungan kerja sehat dan dinamis sehingga pelaksanaan perencanan majemen kesehatan hewan dapat terlaksana sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing menurut struktur organisasi untuk mendapatkan hasil kesehatan hewan sesuai tujuan yang telah direncanakan. Disini manajer: 1. menetapkan instruksi kerja. 2. menetapkan standar kinerja.

Pengendalian /Kontrol
Proses pengendalian /kontrol dalam managemen kesehatan hewan adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan peternakan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

Manajer: 1. Menilai /mengukur kinerja yang telah berjalan. 2. membandingkan hasil nilai kinerja dengan standar kinerja yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan perbaikan jika ada kekurangan dari hasil penilaian.

Sebagai catatan: Kesuksesan manajemen kesehatan hewan - ternak tergantung dari semua proses manajemen yang dilaksanakan dan semua faktor yang bisa mempengaruhi proses manajemen tersebut. Semua proses dan faktor merupakan satu kesatuan manajemen kesehatan hewan yang tidak terpisahkan.


MENEJEMEN KESEHATAN HEWAN DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT HOG KOLERA

Menurut oie, 2014. Berikut ini adalah Cara Penegahan dan Penanggulangan Penyakit Hog Kolera:

Pencegahan Dengan Sanitasi:
1. Komunikasi yang efektif antara otoritas veteriner (Pemerintah yang mengurusi bidang kehewanan), dokter hewan praktisi dan peternak babi;

2. Sistem pelaporan penyakit yang efektif; Kebijakan impor yang ketat untuk babi hidup, semen (sperma) babi, daging babi segar dan daging babi asap;

3. Pengkarantina terhadap babi sebelum masuk ke dalam peternakan;

4. Sterilisasi yang efisien (atau larangan) dari makanan limbah menjadi makanan babi;

5. Kontrol yang efisien pada LINGKUNGAN yang diberikan;

6. Surveilans serologi terstruktur ditargetkan untuk babi indukan dan babi hutan; Identifikasi babi yang efektif dan sistem pencatatan;

7. Langkah-langkah hygiene (kebersihan) yang efektif melindungi babi piaraan dari kontak (bersinggungan) dengan babi hutan.

Pencegahan Dan Pengobatan Secara Medis:

1. Tidak ada pengobatan yang menyembuhkan. Babi babi yang terkena harus dipotong dan bangkai bangkai dikubur atau dibakar.

2. Vaksinasi dengan modified live virus adalah efektif untuk mencegah kerugian di negara-negara di mana Hog kolera adalah enzootik (selalu ada kasus), tetapi tidak mungkin, sendiri, untuk menghilangkan infeksi sepenuhnya. Di negara-negara yang bebas dari penyakit ini, atau di mana pemusnahan terhadap penyakit ini sedang berlangsung, vaksinasi biasanya dilarang

3. Tindakan untuk kejadian outbreak (wabah): Pemotongan semua babi di peternakan yang terkena dampak; Pembuangan bangkai yang aman, alas kandang, dll; Desinfeksi menyeluruh; Penetapan zona terinfeksi, dengan mengontrol pergerakan (perpindahan) babi; Investigasi epidemiologi secara rinci, dengan menelusuri sumber-sumber (hulu /up-stream) yang mungkin dan kemungkinan penyebaran (hilir /down-stream) infeksi; Surveillance (pemantauan) zona terinfeksi, dan daerah sekitarnya

Menurut Chriss Haris, 2014. Tindakan pencegahan penyakit Hog Kolera di Peternakan:

1. Jika peternakan babi anda di negara di mana Hog kolera merupakan penyakit yang endemik atau di mana ada risiko tertular Hog kolera lakukan vaksinasi secara rutin pada ternak babi anda jika vaksinasi diperbolehkan (oleh Pemerintah setempat). Ini akan sangat mengurangi kemungkinan kontaminasi.

2. Virus Hog kolera tidak menyebar sama mudahnya seperti beberapa infeksi virus lainnya (misalnya Transmissible gastroenteritis /TGE dan Foot and Mouth disease /FMD /Penyakit Mulut dan Kuku /PMK). Tidak seperti PMK, penyakit Hog kolera ini tidak bersifat windborne (airborne /penularan lewat udara). Namun demikian penerapan tindakan biosekuriti sederhana harus tetap dilakukan untuk pencegahan penyakit pada hewan ternakan.

3. Jika Hog kolera terdapat di negara anda tindakan pencegahan penting termasuk mengurangi pengunjung untuk meminimalisasi, mengambil tindakan pencegahan terhadap kontaminasi dari kendaraan, dan tidak membiarkan produk daging babi dekat dengan ternak babi.

4. Setiap ternak babi pengganti datang (dimasukkan) ke lokasi (peternakan) harus berasal dari sumber yang dikenal aman dan harus dikarantina. Di beberapa daerah penyakit hog kolera telah menjadi bersifat sangat ringan dan menyebar tanpa bisa dikenali. 5. Bangunan kandang babi harus dilindungi dari hewan hewan liar, terutama babi hewan liar dan babi hutan.

MENEJEMEN KESEHATAN HEWAN MENYELURUH DALAM PENANGULANGAN PENYAKIT HOG KOLERA

Sesuai dengan teori menejemen, bahwa manajemen kesehatan hewan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan / produktifitas (performance) hewan yang ditargetkan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang diinginkan.

Sesuai dengan aspek manajemen kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Perencanaan dalam manajemen kesehatan hewan penanggulan Hog Kolera:

3.    Perencanaan Pencegahan (Sanitasi, Biosecurity, Vaksinasi).
Terapkan Biosecurity secara ketat secara nasional maupun local (termasuk di kandang /peternakan) termasuk diantaranya praktek karantina hewan yang benar. Vaksinasi didaerah tertular dengan faksin yang baik, sesuai dan dengan cara yang benar, lakukan praktek sanitasi dan Desinfeksi di peternakan terdampak, peternakan terancam maupun peternakan daerah aman sekalipun.

2. Perencanaan Pengobatan.
Tidak ada pengobatan terhadap babi yang terkena Hog Cholera. Pengobatan dilakukan pada babi babi yang sakit namun belum jelas terdiagnosa penyakit hog kolera.

3. Perencanaan Pengendalian dan kontrol Penyakit (screening test, pemisahan hewan yang baru datang dengan hewan yang ada, isolasi hewan sakit, pemusnahan hewan dll).

Rencanakan dan Lakukan screening test terhadap Hog kolera pada babi babi yang kelihatan sehat di daerah ating maupun daerah terancam agar secepatnya di ketahui bila ternak kita terinfeksi sehingga bisa secepatnya dilakukan penaggulanggan.

Rencanakan dan Lakukan pemisahan terhadap babi yang baru ating dengan babi yang sudah lama di peternakan, sediakan kandang isolasi untuk melakukan isolasi terhadap hewan yang sakit untuk melakukan perlakuan terhadap hewan yang sakit sehingga tidak terjadi penularan.

Rencanakan dan lakukan Pemusnahan segera lakuan ada babi yang positip Hog kolera di tempat yang benar secara teknis agar tidak menular pada babi lain, lakukan pemusnahan sesuai dengan teknis pemusnahan yang benar dengan kaidah kaidah animal welfare.

Dalam Penanggulanagn penyakit Hog kolera tidak hanya perlu Perencanaan yang baik dan benar tetapi juga perlu pelaksanaan yang benar pula sesuai dengan Perencanaan yang telah buat.

Unsur menejemen yang benar yaitu pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan harus dipastikan dijalankan secara maksimal. Praktek Pengorganisasian seperti Pembuatan struktur organisasi penaggulangan Hog kolera secara nasional yang tepat yang memuat pembagian tugas tugas apa yang harus dikakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah maupun peternal di kandang.

Uraian tugas setiap fihak yang bertanggung jawab harus dibuat secara rinci, siapa harus melakukan apa dan harus melakukan apa pada saat kritis agar tidak membingungkan.

Sistem koordinasi antar fihak harus ditentukan, pengarahan secara rinci mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab seharusnya dilakukan agar tidak terjadi kesalah pahaman. Pemimpin harus menguasai dan tahu penyakit Hog kolera dan semua permasalah secara rinci, juga harus dipilih yang bisa mengarahkan dan memberi keteladanan dalam organisasi. Pengangkatan pemimpin yang tepat sangat penting karena ini juga bisa mempengaruhi keberhasilan penanggulangan wabah penyakt Hog kolera.

******

BAB IV
KESIMPULAN

Hewan terinfeksi penyakit Hog kolera tidak bisa dilakukan pengobatan. Pencegahan Penyakit dalam suatu peternakan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan biosekuriti yang ketat.

Penanggulangan penyakit Hog kolera yang luas (Nasional) adalah dengan menerapkan Menejemen Kesehatan hewan yang benar, dalam suatu sistem menejemen Kesehatan Hewan Nasional sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya masing masing baik sebagai Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun Peternak.

******

DAFTAR PUSTAKA
Alexandre Fediaevsky. 2014 “CLASSICAL SWINE FEVER (HOG CHOLERA)”. AHP Disease Manual. Reference Guide for Animal Health Staff, Food and Agriculture Organisation of the United Nations, Secretariat of the Pacific Community. First edition by Graeme Garner and Peter Saville.

Anonimous, 2011. Keputusan Menteri Pertanian No. 34/PERMENTAN/OT.140/6/2011 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian

Anonimous, 2013. “hog cholera”. Written by The Editors of Encyclopædia Britannica, Last Updated 6-6-2013.

Chris Harris. et all, 2014. “Classical Swine Fever (CSF) - Hog Cholera (HC)”. ThePigSite Pig Health, Chris Harris - Editor in Chief, Jackie Linden - Senior Editor, Chris Wright - Senior Editor. 2014.

Ernawati, 2013 “Manajemen rantai dingin (cold chain) Vaksin”. Di dalam Website Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Indonesia dengan. tahun 2013.

Fachruramadhan, “Pengertian manajemen Dan Fungsinya th 2012.

Irene Greiser. Et all, 2012. “Overview of Classical Swine Fever (Hog cholera, Swine fever)”. Last full review/revision March 2012 by Irene Greiser-Wilke, Dr rer nat. The Merck Veterinary Manual.


oie, 2014. “Classical swine fever”. List of countries by disease situation.  World Animal Health Information System (WAHIS). WEBSITE: http://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Diseaseinformation/statuslist)

Pasific Pos, 2015. Koran, website: http://www.pasificpos.com/index.php/kota-jayapura/528-virus-hog-kolera-serang-babi-di-nabire

Wikipedia, 2014. “Classical Swine Fever”. Wikipedia, the free encyclopedia. Website: http://en.wikipedia.org/wiki/Classical_swine_fever).

******

PENTING UNTUK PETERNAKAN: