Karya Tulis Ilmiah adalah hasil pokok pikiran, pengembangan dan hasil kajian /penelitian yang
disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok
bahasan ilmiah dengan
menuangkannya ke dalam sebuah tulisan.
Karya Tulis Ilmiah sangat diperlukan, selain sebagai
suatu pengembangan ilmu maupun profesi, Karya Tulis ilmiah dalam beberapa hal
merupakan persyaratan kelulusan dalam suatu pendidikan atau bisa juga merupakan
persyaratan kenaikan untuk jabatan tertentu di suatu institusi dalam suatu
Kementerian.
Berikut adalah contoh Karya Tulis Ilmiah dalam bidang
ilmu kesehatan hewan (Rumpun Ilmu Hayat). Karya tulis ini dibuat berdasarkan
(sistematika) Keputusan Menteri Pertanian No. 34/PERMENTAN/OT.140/6/2011
tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pejabat Fungsional Rumpun
Ilmu Hayat Lingkup Pertanian, Berupa karya tulis ilmiah berbentuk buku yang
tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan Intansi /lembaga
dengan bukti adanya nomor katalog buku (registrasi) dan pengesahan dari
perustakaan.
***************************************************************************
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH
*****************************************************************************
MANAJEMEN KESEHATAN HEWAN DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT HOG KOLERA
Oleh: Giyono Trisnadi
ABSTRAK
Classical Swine Fever (CSF), juga disebut Swine Fever
atau Hog Cholera adalah penyakit yang sangat penting pada babi karena sering
menjadi fatal, ditandai dengan demam tinggi dan kelemahan. Hog Kolera adalah
salah satu penyakit virus berpotensi pandemi yang paling merusak secara ekonomi
pada babi di dunia. Banyak Pemerintah di dunia yang menanggapinya sangat serius
dan mengambil kebijakan kontrol yang ketat, yang meliputi kebijakan wajib
vaksinasi atau pemotongan dan pemusnahan. Penyakit Hog Cholera menimbulkan
banyak masalah bagi peternak karena menyebabkan kematian yang tiba tiba dengan
angka kematian yang tinggi sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang banyak.
Pemerintahlah seharusnya yang mempunyai tugas dan wewenang untuk memberantas
penyakit ini di seluruh Indonesia dan bagi peternak yang berada di daerah
endemik memerlukan cara dan upaya yang khusus bila tetap akan menjalankan
usahanya agar tetap mendapat untung. Hewan terinfeksi penyakit Hog kolera tidak
bisa dilakukan pengobatan. Pencegahan Penyakit dalam suatu peternakan dapat
dilakukan dengan vaksinasi dan biosekuriti yang ketat. Penanggulangan penyakit
Hog kolera yang luas (Nasional) adalah dengan menerapkan Menejemen Kesehatan
hewan yang benar, dalam suatu sistem menejemen Kesehatan Hewan Nasional sesuai
dengan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya masing masing baik sebagai
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun Peternak.
Kata kunci: hog kolera, manajemen, kesehatan hewan
******
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan pada Allah,
Tuhan yang Maha Kuasa, atas rachmadNya penyusunan buku Karya Tulis Ilmiah
dengan judul Manajemen Penanggulangan Penyakit Hog Kolera ini akhirnya dapat
terselesaikan dengan baik. Penulisan buku Karya Tulis ini dimaksudkan untuk
memberi masukan, sehingga akan menambah wawasan pada para praktisi medik maupun
paramedik kesehatan hewan baik yang bekerja di Instansi pemerintah maupun
swasta, mengenai Pentingnya Manajemen Kesehatan Hewan.
Atas terselesainya buku ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
Badan Karantina Pertanian atas segala bantuan dan motivasinya. Terima kasih
penulis juga untuk semua Pejabat Struktural, Pejabat Fungsioanal Medik, Paramedik
dan Pegawai Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Badan Karantina
Pertanian atas dorongan morilnya sampai selesainya penulisan ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu segala masukan dan koreksi akan penulis terima
dengan senang hati.
Jakarta, 30 Maret 2015
Penulis
*********
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... i
PRAKATA...................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. ................... 1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA……………………………………....................... 4
BAB II MATERI
DAN METODE.....................................................................11
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................12
Manajemen Kesehatan Hewan………………….............................................12
Pengertian Umum
manajemen......................................................................12
Manajemen Kesehatan Hewan Dalam Penanggulangan
Penyakit Hog Kolera………………………………………………….................18
Manajemen Kesehatan Hewan Menyeluruh Dalam
Penanggulangan Penyakit Hog Kolera……………………………..................20
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................22
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................... 23
*********
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Hog
Cholera menimbulkan banyak masalah bagi peternak karena menyebabkan
kematian yang tiba tiba dengan angka kematian yang tinggi sehingga menyebabkan
kerugian ekonomi yang banyak. Pemerintahlah seharusnya yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk memberantas penyakit ini di seluruh Indonesia dan bagi peternak
yang berada di daerah endemik memerlukan cara dan upaya yang khusus bila tetap
akan menjalankan usahanya agar tetap mendapat untung.
Hog kolera (Hog
Cholera) merupakan penyakit virus yang sangat menular pada babi yang
disebabkan oleh pestivirus dari familly Flaviviridae. Secara klinis, penyakit
ini tidak mudah dibedakan dari penyakit “African swine fever” (penyakit lain pada
babi) dan dapat menyebabkan kerugian yang sangat serius (Alexandre
Fediaevsky. 2014).
Penyakit Hog Cholera telah menjadi penyakit yang endemik
di Indonesia, penyakit ini telah terdeteksi di daerah Sumatera dan Papua sejak
beberapa tahun yang lalu.
Berita terakhir wabah penyakit Hog Kolera telah dilaporkan kejadiannya di Jayapura Papua, di wilayah Me Pago
akhir tahun 2014, Senin (16/02/2014 ), menurut
Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan di Kabupaten Nabire bahwa 700 ekor Babi
positif terkena virus Hog kolera atau biasa yang di sebut penyakit
sampar, dan hal ini tentunya sangat meresahkan masyarakat tidak hanya di nabire
akan tetapi di Papua. Dijelaskan, virus Hog Kolera merupakan
penyakit yang serius pada ternak babi. Penyakit ini sifatnya akut dan salah
satu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat efektif yang ditandai
dengan kematian secara tiba-tiba.
Oleh karenanya, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua telah melakukan pengisolasian daerah kabupaten Nabire selama 6 hingga 8 bulan kedepan tidak diperbolehkan Hewan Ternak baik dari dalam maupun luar melakukan pengiriman (Pasific Pos, 2015).
Oleh karenanya, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua telah melakukan pengisolasian daerah kabupaten Nabire selama 6 hingga 8 bulan kedepan tidak diperbolehkan Hewan Ternak baik dari dalam maupun luar melakukan pengiriman (Pasific Pos, 2015).
Menurut oie, 2014.
Berikut adalah daftar negara negara yang terdeteksi adanya
penyakit Hog kolera berdasarkan ditemukannya gejala klinis tahun 2013 -2014
(oie list 2014): Bhutan 2013, Kamboja Januari-Juni 2014, Cuba Juli-Desember
2013, Ekuador Juli-Desember 2013, Haiti Juli-Desember 2013, Indonesia
Juli-Desember 2013 , Myanmar Juli-Desember 2013, Nepal Juli-Desember 2013,
Filipina Januari-Juni 2013, Thailand Juli-Desember 2013, Vietnam Januari-Juni
2014, Cina (Rep Rakyat.) Januari-Juni 2013, India Januari-Juni 2013, Peru
Juli-Desember 2013.
Menurut oie,
2014. Penyakit Hog kolera telah tidak terdeteksi lagi di negara
negara berikut sejak dilaporkan (ke oie): Andorra 1975, Argentina 05/1999,
Armenia 2006, Aruba 2013 (hewan pelihaaraan) dan 1993 (binatang hewan liar),
Australia 1962, Austria 1997, Belarus 08/1995, Belgia 1997 (hewan pelihaaraan)
dan 10/2002 (hewan liar), Belize 03/1988, Bosnia dan Herzegovina 12/2007 (hewan
pelihaaraan) dan 01/2002 (hewan liar), Brasil 08/2009, Bulgaria 07/2008 (hewan
peliharaan) dan 12/2009 (hewan liar), Burundi 2010, Kanada 1963, Chad 2013,
Chili 08/1996, Cina Taipei 06/2005, Kosta Rika 07/1997, Kroasia 05/2009 (hewan
peliharaan) dan 11/2008 (hewan liar), Siprus 1967, Republik Ceko 1997 (hewan
peliharaan) dan 01/11/1999 (hewan liar), Denmark 1933, El Salvador 09/2008,
Eritrea 2013, Estonia 01/1994, Finlandia 1917, Rep. Makedonia 11/2008 (hewan
peliharaan) dan 01/06/2008, Prancis 2002 (hewan peliharaan) dan 05/2007,
Polinesia Prancis 1972, Georgia 1984, Jerman 29/11/2006 (hewan peliharaan) dan
07/2009 (hewan liar) , Ghana 2013, Yunani 07/1985, Hongaria 05/1993 (hewan
peliharaan) dan 10/2009 hewan liar), Islandia 1953, Irlandia 1958, Israel
04/2009 (hewan peliharaan) dan 2010 (hewan liar), Italia 09/2003, Jepang 1992,
Kazakhstan 2013, Korea selatan 04/2009, Kyrgyzstan 06/1991, Lithuania
17/09/2011 (hewan peliharaan) dan 12/2009 (hewan liar), Luksemburg 08/2003,
Malaysia 06/2010, Malta 1967, Mauritius 2002 , Meksiko 2009, Mikronesia (Negara
Federasi) 2011, Moldova 08/2002, Montenegro 01/06/2007, Belanda 03/1998,
Selandia Baru 1953, Niger 2013, Norwegia 1963, Polandia 09/1994, Portugal 1985,
Reunion (Perancis) 2013, Rumania 2008, Sao Tome dan Principe 2012, Serbia
03/2011, Sierra Leone 2013, Singapura 1989 (hewan peliharaan) dan 04/2012
(hewan liar), Slovakia 2008, Slovenia 05/1996, Somalia 2012, Afrika Selatan
08/2007, Spanyol 05/2002, Sri Lanka 2013, Swedia 1944, Swiss 12/1993 (hewan
peliharaan) dan 09/1999 (hewan liar), Suriah 2013, Tajikistan 1991, Ukraina
01/1996 (hewan peliharaan) dan 07/2001 (hewan liar), Inggris 11/2000, Amerika
Serikat 1976, Uruguay 11/1991.
Untuk mengurangi
resiko penyebaran penyakit Hog Cholera dan untuk mengurangi kerugian ekonomi
yang besar karena wabah penyakit Hog cholera diperlukan cara pengendalian dan
penanggulangan penyakit serius secara Nasional. Suatu strategi penanggulangan
yang ampuh dalam suatu menejemen kesehatan hewan nasional perlu dirumuskan dan
dilaksanakan.
******
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HOG CHOLERA
Classical Swine Fever (CSF), juga disebut Swine Fever
atau Hog Cholera adalah penyakit yang
sangat penting pada babi karena sering menjadi fatal, ditandai dengan demam
tinggi dan kelemahan. (anonimous, 2013)
Hog Kolera
adalah salah satu penyakit virus berpotensi pandemi yang paling merusak secara
ekonomi pada babi di dunia. Banyak Pemerintah di dunia yang menanggapinya
sangat serius dan mengambil kebijakan kontrol yang ketat, yang meliputi
kebijakan wajib vaksinasi atau pemotongan dan pemusnahan (Chris Harris, 2014).
EPIDEMIOLOGI
Virulensi penyakit berhubungan dengan strain virus, umur
babi dan status kekebalan hewan. Virus ini sangat menular. Penyakit bersifat
akut adalah bentuk umum pada hewan muda, bentuk subakut dan kronis sering
ditemukan pada hewan yang lebih tua (oie, 2014).
Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit Hog kolera terdeteksi di Eropa, Afrika
timur dan tengah, Meksiko, dan negara-negara Amerika Tengah lainnya, juga
sebagian besar Amerika Selatan. Hog kolera juga terdeteksi sangat jelas di
India, Cina, Asia timur dan tenggara (Korea, Indonesia, Filipina, Thailand,
Vietnam).
Hog kolera di wilayah Australia dieliminasi /dinyatakan
bebas sejak tahun 1962, Perancis Polinesia dieliminasi sejak tahun 1972, New
Zealand dihapuskan sejak 1953, Northern Mariana dihapuskan sejak tahun 1968.
Wabah ini berasal dari daging babi yang diimpor atau makanan sampah dari kapal
yang diberikan sebagai makanan pada babi (Alexandre Fediaevsky, 2014).
Negara negara berikut belum pernah ada kejadian (wabah)
penyakit Hog kolera (oie list 2014): Afghanistan, Aljazair, Angola, Azerbaijan,
Bahrain, Bangladesh, Botswana, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Republik Afrika
Tengah, Djibouti, Mesir, Kepulauan Falkland (Malvinas), Fiji, Guyana Prancis,
Gabon, Greenland, Grenada, Guyana, Iran, Jamaika , Jordan, Kenya, Kiribati,
Kuwait, Lesotho, Libya, Malawi, Maladewa, Mali, Mauritania, Mozambik, Kaledonia
Baru, Nigeria, Oman, Palestina, Papua Nugini, Qatar, Rwanda, Samoa, San Marino,
Arab Saudi, Senegal, Seychelles, St Vincent dan Grenadines, Sudan, Suriname,
Swaziland, Tanzania, Togo, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Yaman ,
Zambia, Zimbabwe (oie, 2014).
Hospes /Inang
Babi dan babi hutan adalah satu-satunya reservoir alami
dari penyakit hog kolera. Semua babi liar, termasuk babi hutan Eropa, rentan.
Collared peccaries (babi peccaries berkerah) terbukti rentan dalam sebuah
penelitian, tetapi pulih dalam 10 hari (oie, 2014).
Penularan
Penularan terutama oleh rute oral dan oronasal, melalui
kontak langsung atau tidak langsung; Kontak langsung antara hewan (sekret,
ekskresi, sperma, darah); Disebarkan oleh pengunjung peternakan, dokter hewan,
pedagang babi; Kontak tidak langsung melalui tempat, alat, kendaraan, pakaian,
peralatan medis dan jarum; ‘Neighbourhood effect’ atau 'Efek kedekatan' selama
wabah di daerah dengan kepadatan tinggi dalam peternakan babi: penularan
melalui udara jarak pendek (sampai dengan 1 km dalam suatu studi); Kurang
masaknya makanan sampah yang diberikan pada babi: merupakan cara yang paling
umum masuk ke negara-negara bebas; Infeksi transplasenta: dapat menciptakan
babi karier tanpa gejala atau kelainan bawaan; Populasi babi hutan mungkin
adalah tempat pelabuhan virus hog kolera; Babi peliharaan di daerah yang
terserang penyakit hog kolera berada pada risiko tinggi hog kokera; Dan
biosekuriti adalah sangat penting. (oie. 2014)
Sumber Penyakit
Sumber penyakit Hog kolera adalah: Darah, sekret, dan
ekskresi (oronasal dan sekresi lakrimal, air mata, urin, feses dan sperma /air
mani) dan jaringan hewan yang sakit atau mati, termasuk daging; Anak babi yang
terinfeksi bawaan terus-menerus viraemia dan bisa terjangkit virus selama 6-12
bulan sebelum mati; Rute Infeksi: Melalui saluran pencernaan (paling umum),
kontak dengan konjungtiva atau selaput lendir, kulit lecet, alat kelamin,
inseminasi buatan, transfer darah perkutan (oie.
2014).
ETIOLOGI
Klasifikasi Agen Penyebab Penyakit
Group: Group IV ((+)ssRNA), Family: Flaviviridae, Genus:
Pestivirus, Species: Classical swine fever virus /Hog Cholera (Wikipedia, 2014).
Ketahanan Terhadap Tantangan Fisik Dan Kimia
1. Suhu.
Virus hog kolera mudah dilemahkan denganh memasak: daging
dengan pemanasan sampai 65,5 ° C selama 30 menit atau 71 ° C selama satu menit.
Virus bertahan berbulan dalam daging dingin dan bertahun dalam daging beku.
Pada beberapa strain virus hog kolera sebagian tahan terhadap panas sedang (56
° C).
2. pH.
Virus hog kolera stabil pada pH 5-10. Cepat tidak aktif
pada pH <3.0 atau pH> 11.0.
3. Desinfektan /Kimiawi.
Virus Hog kolera rentan terhadap eter,
kloroform, ß-propiolactone (0,4%). Inaktif oleh desinfektan berbasis klorin,
kresol (5%), natrium hidroksida (2%), formalin (1%), natrium karbonat (4%
anhidrat atau 10% kristal, dengan 0,1% deterjen), deterjen ionic maupun
non-ionik, dan iodophors kuat (1%) dalam
asam phosphoric acid.
4. Ketahanan hidup.
Virus Hog kolera cukup rapuh dan tidak bertahan di
lingkungan. Peka terhadap pengeringan dan sinar ultraviolet. Bertahan dengan
baik dalam kandang selama kondisi dingin (hingga 4 minggu di musim dingin).
Bertahan 3 hari pada suhu 50 ° C dan 7-15 hari pada suhu 37 ° C. Bertahan
selama 17 sampai> 180 hari di dalam daging awetan dengan garam maupun
pengasapan tergantung pada proses yang digunakan. Virus betahan selama 3-4 hari
di dalam organ membusuk dan 15 hari dalam darah dan sumsum tulang yang membusuk (oie, 2014).
DIAGNOSA
Diagnosis utama dilakukan oleh dokter hewan di lapangan.
Bila tanda-tanda klinis tidak menciri, umumnya diikuti dengan diagnosa
laboratorium (Irene Greiser, 2012).
Masa inkubasi hog kolera
adalah 2-14 hari. Bentuk klinis bervariasi menurut strain virus, umur
/kerentanan babi dan adanya kejadian patogen lain di dalam populasi hewan
(status kesehatan populasi hewan) (oie, 2014).
Gejala
Bentuk akut:
Gejala klinis Strain virus ganas atau pada babi muda:
Demam (41 ° C); Anoreksia, lesu; Leukopenia berat; Hiperemi multifokal dan
/atau lesi perdarahan kulit; konjungtivitis; Pembesaran, pembengkakan kelenjar
getah bening; Sianosis kulit terutama dari ekstremitas (telinga, kaki, ekor,
moncong); Sembelit transient (tdk tetap) diikuti dengan diare; Muntah
(sesekali); Sesak, batuk; Ataksia, paresis dan kejang; Babi berkumpul bersama
(berdesakan); Kematian terjadi 5-25 hari setelah serangan (onset) penyakit;
Angka kematian (mortalitas) pada babi muda bisa mendekati 100% (oie, 2014).
Bentuk kronis:
Gejala klinis strain virus yang kurang ganas atau ternak
punya sebagian kekebalan: Kusam, nafsu makan berubah-ubah, demam, diare hingga
1 bulan; Penampilan babi jelek; Retardasi (kelambatan) pertumbuhan; Kesembuhan
semu, kambuh dan akhirnya terjadi kematian dalam waktu sekitar 3 bulan (oie, 2014).
Bentuk kongenital:
Gejala klinis tergantung pada virulensi strain virus dan
tahap kehamilan; Janin mati, resorpsi, mumifikasi, lahir mati; aborsi; Tremor
bawaan, kelemahan; Kerdil dan pertumbuhan yang buruk selama beberapa minggu
atau bulan menyebabkan kematian; Lahir klinis normal, tetapi terus-menerus
viraemic tanpa respon antibodi: shedding virus bersifat intermiten penting
sampai babi mati dalam 6-12 bulan (late onset form) (oie, 2014).
Bentuk ringan:
Biasanya terjadi pada hewan yang lebih tua; Hasil
tergantung pada virulensi strain virus; Demam sementara dan apatis; kesembuhan
dan kebal (seumur hidup) (oie, 2014).
Lesi
Bentuk akut:
Lesi biasanya bersifat komplek karena infeksi sekunder; Leukopenia
dan trombositopenia; kebengkaan perdarahan kelenjar getah bening adalah umum;
Petechiae tersebar luas dan ekimosis, terutama di kulit, kelenjar getah bening,
epiglotis, kandung kemih, ginjal dan rektum; Tonsilitis berat dengan foci
nekrotik kadang-kadang terjadi; Infark multifokal dari pinggiran limpa adalah
karakteristik (hampir patognomonik tetapi jarang terjadi dengan strain yang ada
saat ini); Paru-paru mungkin kongesti dan hemoragi; Encephalomyelitis dengan
perivaskular cuffing adalah biasa terjadi (oie, 2014).
Bentuk kronis:
Lesi biasanya bersifat komplek karena infeksi sekunder;
Adanya 'Tombol' borok di sekum dan mukosa usus besar; Penipisan jaringan
limfoid; Adanya goresan melintang dari tulang rawan di persimpangan
costochondral pada babi masa pertumbuhan; Hemoragi dan lesi inflamasi sering
tidak dijumpai (oie, 2014).
Bentuk kongenital:
Adanya sentral dysmyelinogenesis, cerebellar hypoplasia,
microencephaly, pulmonary hypoplasia, dan malformasi lainnya (oie, 2014).
Diagnosa Banding
(Bervariasi berdasar pada bentuk penyakitnya)
1. African swine fever (Clinico-patologis tak terbedakan.
Sangat penting untuk mengirimkan sampel untuk konfirmasi laboratorium).
2. Septicaemia: erisipelas, eperythrozoonosis,
salmonellosis, streptococcosis, pasteurellosis, actinobacillosis, dan
Haemophilus parasuis.
3. Hemoragi /perdarahan: porcine dermatitis dan
nephropathy syndrome, penyakit hemolitik pada bayi (babi) baru lahir, keracunan
coumarin, thrombocytopenic purpura.
4. Kerdil: Sindrom kelelahan multisitemik paca menyapih,
enterotoxicosis, swine dysentery, kampilobakteriosis.
5. Aborsi: Penyakit Aujeszky’s disease (pseudorabies
virus) infeksi virus encephalomyocarditis, sindroma reproduksi dan sindrom
pernapasan (babi), parvovirus.
6. Gejala syaraf: viral encephalomyelitis, keracunan
garam.
7. Infeksi kongenital bersama ruminansia pestiviruses:
Bovine virus diare, Border disease (oie, 2014).
Diagnosa Laboratorium
Sampel:
Identifikasi agen. Metode pilihan untuk mendeteksi ternak
pada awal infeksi adalah darah utuh (whole blood) dan jaringan dari beberapa
hewan yang demam atau baru mati: Tonsil; Lympo nodus /Kelenjar getah bening
(faring, mesenterika); limpa; ginjal; Ileum distal; Darah dalam EDTA atau
Heparin (pada kasus hewan hidup). Dinginkan dan kirim ke laboratorium secepat
mungkin (oie, 2014).
Identifikasi Agen Penyakit:
Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR)
atau real time RT-PCR; Isolasi virus dalam kultur sel, dengan deteksi virus
dengan imunofluoresensi atau immunoperoxidase. Identifikasi konfirmasi dengan
antibodi monoklonal; Uji imunofluoresensi langsung pada bagian cryostat organ
dari babi yang terdampak penyakit (oie, 2014).
Tes /Uji Serologi:
Antibodi berkembang hanya selama minggu ketiga sejak
sakit: kirim sera dari babi yang sembuh dan dari ternak yang kontak ketika >
3 minggu telah berlalu sejak dicurigai terjadi kontak. Serum juga harus diuji
dari induk babi yang diduga terinfeksi bawaan. Antibodi bertahan selama hidup
pada babi yang teregistrasi (oie, 2014).
Metode berikut ini dapat digunakan untuk mendiagnosa
secara serologis atau untuk surveillance /pemantauan penyakit, dan juga Uji
yang ditentukan oleh OIE dalam skrining untuk kepentingan perdagangan
internasional: 1. Neutralisation peroxidase-linked assay. 2. Fluorescent
antibody virus neutralisation. 3. ELISA (oie, 2014).
Virus neutralization tests (Uji netralisasi) dan ELISA
tersedia. Karena virus ini noncytopathogenic dalam kultur, uji netralisasi
memerlukan tahap immunolabeling tambahan. ELISA lebih cocok untuk uji serologi
skala besar, yaitu, untuk Surveilance /pemantauan /pengawasan. Beberapa ELISA
komersial dapat membedakan antibodi virus Classical swine fever dari Bovine
viral diarrhea, meskipun pengujian konfirmasi disarankan dalam kasus yang
meragukan. Beberapa metode ELISA dapat mendeteksi antibodi terhadap protein
virus tertentu yang tidak hadir dari apa yang disebut “marker vaccines.”
Seperti membedakan individu terinfeksi dari individu yang divaksinasi (DIVA)
ELISA dikembangkan untuk mengidentifikasi babi terinfeksi virus lapangan dengan
populasi divaksinasi dengan subunit vaksin komersial yang tersedia. Teknik ini
belum banyak diterima untuk penggunaan di lapangan, dan DIVA ELISA memiliki
sensitivitas agak rendah (Irene Grreiser, 2012).
Uji Serologi adalah metode pilihan untuk menguji induk
induk babi yang telah melahirkan sampai ke anak anak yang terinfeksi bawaan dan
untuk skrining tes guna mengungkapkan virus, khususnya dalam populasi babi
hutan dan populasi babi hewan liar (Irene Greiser,
2012).
******
BAB II
MATERI DAN METODE
Materi (bahan)
tulisan adalah pengalaman kerja dan praktek yang dilaksanakan di
instalasi karantina hewan. Metode (cara) yang digunakan adalah dengan study
literature yang terkait dan sesuai dengan pokok bahasan.
******
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam suasana wabah penyakit apalagi yang bersifat
akut seperti penyakit Hog Kolera pada ternak babi, diperlukan suatu cara cara
yang tepat dan cepat agar usaha penanggulangannya bisa efektif. Praktek Menejemen
penanggulangan penyakit yang tepat sangat diperlukan baik dilakukan secara
setempat (dalam peternakan), lokal maupun Nasional. Dalam kata lain harus ada
pembagian peran dalam penggulangannya yaitu baik di kandang, di wilayah yang
lebih luas dan secara Nasional dalam suatu menejemen yang menyeluruh.
Penanggulangan wabah penyakit hewan yang luas
(nasioanl), diperlukan menejemen Kesehatan Hewan yang terintergrasi secara
Nasional. Ini merupakan tugas Negara dan di perlukan suatu sitem Kesehatan
hewan yang rinci dari berbagai segi dalam suatu menejemen kesehatan hewan
Pemerintahan.
Di kandang Petenakan, Penanggulangan penyakit ini
harus sudah dirumuskan secara rinci oleh Pemerintah sehingga peternak tinggal
menjalankan rincian tugasnya.
Peternak yang menjalankan usahanya di daerah endemik
suatu penyakit (contohnya Hog Kolera) harus pula mempunyai suatu sitem
pemeliharaan yang baik yang menerapkan suatu menejemen peternakan yang ketat
sehingga hewan ternaknya aman agar bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.
MANAJEMEN KESEHATAN HEWAN - TERNAK
Pengertian Umum Manajemen /menejemen (management)
Pengertian umum manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan (James A.F Stoner,).
Sedangkan menurut Ricky W. Griffin, manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.
Merujuk pada pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian /pengarahan (kepemimpinan), dan pengendalian, yang mempunyai
fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Empat fungsi
manajemen, yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian
(organizing), fungsi pengkoordinasian /pengarahan (directing /leading) dan fungsi pengawasan /pengendalian (controlling)
yang bisa disingkat “POLC” dapat diartikan sebagai berikut:
1. Fungsi Perencanaan /Planning.
Fungsi perencanaan adalah suatu
kegiatan membuat tujuan perusahaan yang diikuti dengan membuat berbagai rencana
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang menyangkut upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan tujuan dan target
yang ditentukan.
2. Fungsi Pengorganisasian /Organizing.
Fungsi perngorganisasian adalah
suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain
yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan perusahaan yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang
telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan
dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif dan efesien guna pencapaian tujuan.
3. Fungsi Pengkoordinasian
/Pengarahan /Directing /Leading.
Fungsi pengarahan adalah suatu
fungsi kepemimpinan manajer untuk mengimplementasi program agar dapat
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar
semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran
serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis untuk meningkatkan
efektifitas, efisiensi kerja secara maksimal (produktifitas yang tinggi).
4. Fungsi Pengendalian /Controling
Fungsi pengendalian adalah
suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan
dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan untuk
kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Manajemen (menejemen) Kesehatan
Hewan
Sesuai dengan pengertian
manajemen pada umumnya maka manajemen
kesehatan hewan dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan /produktifitas
(performance) hewan yang ditargetkan secara efektif dan efisien sesuai dengan
standar yang diinginkan.
Tujuan manajemen kesehatan
hewan adalah tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas (performance
produksi ataupun performance penampilan) yang diinginkan.
Yang dimaksud dengan
performance produksi adalah untuk hewan yang diperlihara dengan tujuan untuk
pencapaian produksi misalnya peternakan ayam layer /petelur (harus mencapai
produksi telur tertentu pada umur tertentu), atau misalnya peternakan ayam
broiler / pedaging (harus mencapai berat tertentu pada umur tertentu), atau
pada peternakan sapi penghasil daging / sapi potong (harus mencapai penambahan
berat badan rata-rata tertentu setiap hari / Average Dailly Gain / ADG).
Yang dimaksud dengan
performance penampilan adalah untuk hewan yang dipelihara dengan tujuan hobby /
selain untuk produksi (untuk dilihat keindahannya, tingkah lakunya, didengar
bunyinya /kicauannya, dimanfaatkan kekuatannya
dll) misalnya pemeliharaan burung, anjing, kucing, kuda tunggang dll.
Dalam manajemen kesehatan hewan sesuai dengan fungsi dan
tujuannya (tercapainya kesehatan hewan dengan produktifitas / performance yang diinginkan), proses manajemen yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Perencanaan
Sesuai dengan aspek manajemen
kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Perencanaan dalam manajemen kesehatan
hewan - ternak terdiri atas: 1. Perencanaan Pencegahan (Sanitasi, Biosecurity,
Vaksinasi). 2. Perencanaan Pengobatan (pemberian obat cacing / antelmintika
secara periodik, pengobatan lain sesuai penyebabnya dll). 3. Perencanaan Pengendalian
dan kontrol Penyakit (screening test, pemisahan hewan yang baru datang dengan
hewan yang ada, isolasi hewan sakit dll).
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan hewan dan faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan manajemen kesehatan hewan adalah:
A. Faktor alam (linkungan):
1. Topografi lokasi peternakan
(kemiringan permukaan tanah /ketinggian tanah dari permukaan laut). 2. Struktur
dan jenis tanah. 3. pH tanah (berkaitan dengan ketahanan suatu penyakit
terhadap pH tertentu). 4. Kedalaman sumber air tanah. 5. Iklim dan cuaca lokasi
peternakan. 6. Suhu dan kelembaman udara.
B. Faktor individu hewan
ternak:
1. Jenis dan bangsa hewan. 2.
Jenis kelamin. 3. Umur. 4. Tipe hewan (tujuan produksi).
C. Faktor intake /pakan-minum:
1. Kwalitas, jenis, keaneka
ragaman dan ketersediaan pakan sekitar lokasi. 2. Ketersediaan pakan tambahan
(energi, protein, vitamin, mineral tambahan dll). 3. Kwalitas air minum
(mineral alami dll).
D. Faktor tantangan penyakit:
Adanya penyakit penyakit
endemik di dalam suatu kawasan atau area tertentu merupakan suatu keadaan yang
harus dihadapi. Dapatkan Peta penyakit atau gambaran epidemiologi
dilokasi peternakan (prevalensi /angka kejadian penyakit dalam suatu populasi
pada waktu tertentu, mortalitas /angka kematian, mordibitas /angka kesakitan).
E. Faktor lain:
1. Faktor Ketersediaan
informasi mengenai metode dan aplikasi pencegahan dan pengobatan dari kasus
kasus penyakit yang pernah ada diloksi peternakan.
2. Faktor Ketersediaan informasi
seberapa tinggi capaian kualitas produksi ternak dan kualitas hasil ternak
/produktifitas ternak yang dihasilkannya lokasi sekitar peternakan.
3. Paska panen.
4.Ketersediaan dokter hewan.
Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam
manajemen kesehatan hewan - ternak adalah suatu proses pengaturan sumberdaya
manusia dan sumber daya fisik dalam pengalokasian kerja /tugas, tanggung jawab
dan wewenang yang didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan
tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, agar dapat memastikan
bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efesien
guna pencapaian tujuan di dalam peternakan.
Secara riil pengorganinasian
dalam managemen kesehatan hewan memerlukan perangkat:
1. Struk tur organisasi
Peternakan.
2. Uraian kerja ( Job
deskription ) berdasarkan tugas, pekerjaan, tangung jawab dan wewenangnya
sesuai kedudukan dalam struktur organisasi menurut tujuan yang akan dicapai.
3. Alur kerja (flow chart).
4. Sistem Operasional Prosedur
(SOP) - administraasi.
5. Sistem Operasional Prosedur
(SOP) - Teknis.
Koordinasi
/Pengarahan /Directing /Leading
Proses Leading manajemen adalah
fungsi pengarahan ataupun fungsi kepemimpinan manajer untuk mengimplementasi
program kesehatan hewan agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran serta menciptakan lingkungan kerja
yang sehat, dinamis untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi kerja secara
maksimal (produktifitas yang tinggi).
Manajer berfungsi: memimpin,
mengarahkan, memandu, mengkoordinasi dan memotifasi agar lingkungan kerja sehat
dan dinamis sehingga pelaksanaan perencanan majemen kesehatan hewan dapat
terlaksana sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing menurut struktur
organisasi untuk mendapatkan hasil kesehatan hewan sesuai tujuan yang telah
direncanakan. Disini manajer: 1. menetapkan instruksi kerja. 2. menetapkan
standar kinerja.
Pengendalian /Kontrol
Proses pengendalian /kontrol
dalam managemen kesehatan hewan adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk memastikan seluruh rangkaian
kegiatan peternakan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan
diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan untuk
kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Manajer: 1. Menilai /mengukur
kinerja yang telah berjalan. 2. membandingkan hasil nilai kinerja dengan
standar kinerja yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan perbaikan jika ada
kekurangan dari hasil penilaian.
Sebagai catatan: Kesuksesan manajemen kesehatan hewan -
ternak tergantung dari semua proses manajemen yang dilaksanakan dan semua
faktor yang bisa mempengaruhi proses manajemen tersebut. Semua proses dan
faktor merupakan satu kesatuan manajemen kesehatan hewan yang tidak
terpisahkan.
MENEJEMEN KESEHATAN HEWAN DALAM PENANGGULANGAN
PENYAKIT HOG KOLERA
Menurut oie, 2014. Berikut ini adalah Cara Penegahan
dan Penanggulangan Penyakit Hog Kolera:
Pencegahan Dengan Sanitasi:
1. Komunikasi yang efektif antara otoritas
veteriner (Pemerintah yang mengurusi bidang kehewanan), dokter hewan praktisi
dan peternak babi;
2. Sistem pelaporan penyakit yang efektif;
Kebijakan impor yang ketat untuk babi hidup, semen (sperma) babi, daging babi
segar dan daging babi asap;
3. Pengkarantina terhadap babi sebelum masuk ke
dalam peternakan;
4. Sterilisasi yang efisien (atau larangan) dari
makanan limbah menjadi makanan babi;
5. Kontrol yang efisien pada LINGKUNGAN
yang diberikan;
6. Surveilans serologi terstruktur ditargetkan
untuk babi indukan dan babi hutan; Identifikasi babi yang efektif dan sistem
pencatatan;
7. Langkah-langkah hygiene (kebersihan) yang
efektif melindungi babi piaraan dari kontak (bersinggungan) dengan babi hutan.
Pencegahan Dan Pengobatan Secara Medis:
1. Tidak ada
pengobatan yang menyembuhkan. Babi babi yang terkena harus dipotong dan bangkai
bangkai dikubur atau dibakar.
2. Vaksinasi dengan modified live virus adalah
efektif untuk mencegah kerugian di negara-negara di mana Hog kolera adalah
enzootik (selalu ada kasus), tetapi tidak mungkin, sendiri, untuk menghilangkan
infeksi sepenuhnya. Di negara-negara yang bebas dari penyakit ini, atau di mana
pemusnahan terhadap penyakit ini sedang berlangsung, vaksinasi biasanya
dilarang
3. Tindakan untuk kejadian outbreak (wabah):
Pemotongan semua babi di peternakan yang terkena dampak; Pembuangan bangkai yang
aman, alas kandang, dll; Desinfeksi menyeluruh; Penetapan zona terinfeksi,
dengan mengontrol pergerakan (perpindahan) babi; Investigasi epidemiologi
secara rinci, dengan menelusuri sumber-sumber (hulu /up-stream) yang mungkin
dan kemungkinan penyebaran (hilir /down-stream) infeksi; Surveillance
(pemantauan) zona terinfeksi, dan daerah sekitarnya
Menurut Chriss Haris, 2014. Tindakan pencegahan penyakit Hog Kolera di Peternakan:
1. Jika peternakan babi anda di negara di mana
Hog kolera merupakan penyakit yang endemik atau di mana ada risiko tertular Hog
kolera lakukan vaksinasi secara rutin pada ternak babi anda jika vaksinasi
diperbolehkan (oleh Pemerintah setempat). Ini akan sangat mengurangi
kemungkinan kontaminasi.
2. Virus Hog kolera tidak menyebar sama
mudahnya seperti beberapa infeksi virus lainnya (misalnya Transmissible
gastroenteritis /TGE dan Foot and Mouth disease /FMD /Penyakit Mulut dan Kuku
/PMK). Tidak seperti PMK, penyakit Hog kolera ini tidak bersifat windborne
(airborne /penularan lewat udara). Namun demikian penerapan tindakan
biosekuriti sederhana harus tetap dilakukan untuk pencegahan penyakit pada
hewan ternakan.
3. Jika Hog kolera terdapat di negara anda tindakan
pencegahan penting termasuk mengurangi pengunjung untuk meminimalisasi,
mengambil tindakan pencegahan terhadap kontaminasi dari kendaraan, dan tidak
membiarkan produk daging babi dekat dengan ternak babi.
4. Setiap ternak babi pengganti datang (dimasukkan) ke
lokasi (peternakan) harus berasal dari sumber yang dikenal aman dan harus
dikarantina. Di beberapa daerah penyakit hog kolera telah menjadi bersifat
sangat ringan dan menyebar tanpa bisa dikenali. 5. Bangunan kandang babi harus
dilindungi dari hewan hewan liar, terutama babi hewan liar dan babi hutan.
MENEJEMEN KESEHATAN HEWAN
MENYELURUH DALAM PENANGULANGAN PENYAKIT HOG KOLERA
Sesuai dengan teori
menejemen, bahwa manajemen kesehatan hewan adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya
yang ada untuk mencapai tujuan / produktifitas (performance) hewan yang
ditargetkan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang diinginkan.
Sesuai dengan aspek manajemen
kesehatan hewan dan kesejahteraan hewan. Perencanaan dalam manajemen kesehatan
hewan penanggulan Hog Kolera:
3. Perencanaan Pencegahan (Sanitasi, Biosecurity, Vaksinasi).
Terapkan Biosecurity secara
ketat secara nasional maupun local (termasuk di kandang /peternakan) termasuk
diantaranya praktek karantina hewan yang benar. Vaksinasi didaerah tertular
dengan faksin yang baik, sesuai dan dengan cara yang benar, lakukan praktek
sanitasi dan Desinfeksi di peternakan terdampak, peternakan terancam maupun
peternakan daerah aman sekalipun.
2. Perencanaan Pengobatan.
Tidak ada pengobatan
terhadap babi yang terkena Hog Cholera. Pengobatan dilakukan pada babi babi
yang sakit namun belum jelas terdiagnosa penyakit hog kolera.
3. Perencanaan Pengendalian dan
kontrol Penyakit (screening test, pemisahan hewan yang baru datang dengan hewan
yang ada, isolasi hewan sakit,
pemusnahan hewan dll).
Rencanakan dan Lakukan
screening test terhadap Hog kolera pada babi babi yang kelihatan sehat di
daerah ating maupun daerah terancam agar secepatnya di ketahui bila ternak kita
terinfeksi sehingga bisa secepatnya dilakukan penaggulanggan.
Rencanakan dan Lakukan
pemisahan terhadap babi yang baru ating dengan babi yang sudah lama di
peternakan, sediakan kandang isolasi untuk melakukan isolasi terhadap hewan
yang sakit untuk melakukan perlakuan terhadap hewan yang sakit sehingga tidak
terjadi penularan.
Rencanakan dan lakukan
Pemusnahan segera lakuan ada babi yang positip Hog kolera di tempat yang benar
secara teknis agar tidak menular pada babi lain, lakukan pemusnahan sesuai
dengan teknis pemusnahan yang benar dengan kaidah kaidah animal welfare.
Dalam Penanggulanagn
penyakit Hog kolera tidak hanya perlu Perencanaan yang baik dan benar tetapi
juga perlu pelaksanaan yang benar pula sesuai dengan Perencanaan yang telah
buat.
Unsur menejemen yang benar
yaitu pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan harus dipastikan dijalankan secara maksimal.
Praktek Pengorganisasian seperti Pembuatan struktur organisasi penaggulangan
Hog kolera secara nasional yang tepat yang memuat pembagian tugas tugas apa
yang harus dikakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah maupun peternal
di kandang.
Uraian tugas setiap fihak
yang bertanggung jawab harus dibuat secara rinci, siapa harus melakukan apa dan
harus melakukan apa pada saat kritis agar tidak membingungkan.
Sistem koordinasi antar
fihak harus ditentukan, pengarahan secara rinci mengenai tugas, fungsi dan
tanggung jawab seharusnya dilakukan agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Pemimpin harus menguasai dan tahu penyakit Hog kolera dan semua permasalah
secara rinci, juga harus dipilih yang bisa mengarahkan dan memberi keteladanan
dalam organisasi. Pengangkatan pemimpin yang tepat sangat penting karena ini
juga bisa mempengaruhi keberhasilan penanggulangan wabah penyakt Hog kolera.
******
BAB IV
KESIMPULAN
Hewan terinfeksi penyakit Hog kolera tidak bisa
dilakukan pengobatan. Pencegahan Penyakit dalam suatu peternakan dapat
dilakukan dengan vaksinasi dan biosekuriti yang ketat.
Penanggulangan penyakit Hog kolera yang luas
(Nasional) adalah dengan menerapkan Menejemen Kesehatan hewan yang benar, dalam
suatu sistem menejemen Kesehatan Hewan Nasional sesuai dengan tugas, fungsi dan
tanggung jawabnya masing masing baik sebagai Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah maupun Peternak.
******
DAFTAR PUSTAKA
Alexandre Fediaevsky. 2014 “CLASSICAL SWINE FEVER (HOG
CHOLERA)”. AHP Disease Manual. Reference Guide for Animal Health Staff, Food
and Agriculture Organisation of the United Nations, Secretariat of the Pacific
Community. First edition by Graeme Garner and Peter Saville.
Anonimous, 2011. Keputusan Menteri Pertanian No.
34/PERMENTAN/OT.140/6/2011 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi
Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian
Anonimous, 2013. “hog cholera”. Written by The Editors
of Encyclopædia Britannica, Last Updated 6-6-2013.
Chris Harris. et all, 2014. “Classical Swine Fever
(CSF) - Hog Cholera (HC)”. ThePigSite Pig Health, Chris Harris - Editor in
Chief, Jackie Linden - Senior Editor, Chris Wright - Senior Editor. 2014.
Ernawati, 2013 “Manajemen rantai
dingin (cold chain) Vaksin”. Di dalam Website Direktorat Kesehatan Hewan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
Indonesia dengan. tahun 2013.
Fachruramadhan, “Pengertian manajemen Dan Fungsinya th
2012.
Irene Greiser. Et all, 2012.
“Overview of Classical Swine Fever (Hog cholera, Swine fever)”. Last full
review/revision March 2012 by Irene Greiser-Wilke, Dr rer nat. The Merck
Veterinary Manual.
Oie, 2014, CLASSICAL SWINE FEVER (hog cholera).
Website: http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Animal_Health_in_the_World/docs/pdf/Disease_cards/CLASSICAL_SWINE_FEVER.pdf).
oie, 2014. “Classical swine fever”. List of countries by
disease situation. World Animal Health
Information System (WAHIS). WEBSITE: http://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Diseaseinformation/statuslist)
Pasific Pos, 2015. Koran, website:
http://www.pasificpos.com/index.php/kota-jayapura/528-virus-hog-kolera-serang-babi-di-nabire
Wikipedia, 2014. “Classical Swine Fever”. Wikipedia, the
free encyclopedia. Website: http://en.wikipedia.org/wiki/Classical_swine_fever).
******