Swinepox
atau cacar babi adalah penyakit yang disebabkan oleh virus pada babi dengan
gejala yang menciri lepuh pada kulit, dan merugikan secara ekonomi karena kematian yang tinggi anak babi. Nama
lain penyakit ini adalah: Cacar babi, Pigpox, Variola suilla, Louse borne
dermatitits. Contagious inpertigo.
A. PENDAHULUAN
Cacar
babi merupakan penyakit menular pada babi, ditandai dengan adanya Iepuh dan
keropeng pada kulit. Cacar babi biasanya merupakan penyakit ringan dengan lesi
terbatas pada kulit. Anak babi terserang dengan tingkat mortalitas tinggi.
Kerugian
ekonomi cukup besar karena menyerang anak babi yang sedang mengalami
pertumbuhan. Selain itu larangan ekspor atau lalu lintas antar pulau dari
daerah tertular ke daerah bebas.
B. ETIOLOGI
Cacar
babi disebabkan oleh Swinepox virus dari famili Poxviridae. Semua strain
memiliki imunogenik yang sama dan dapat dibedakan dengan virus pox lainnya.
Genom
virus tersusun atas DNA beruntai tunggal (ss-DNA) dengan berat molekul 80 x 106
D. Asam inti tersebut dilapisi protein (nukleoid) dan lapisan luar terdapat
membran serta di kedua sisi terdapat badan lateral bentuknya elips. Partikel
virus ini dibungkus oleh struktur membran (amplop). Bentuk virus seperti cakram
atau bundar dan berukuran 300-350 nm x 200-250 nm.
Gambar
1. Struktur virus cacar babi.
(Original picture by: http://img.springerimages.com/Images/SpringerBooks/PUB)
C. EPIDEMIOLOGI
1. Sifat
alami agen.
Virus sangat
tahan dalam lingkungan
luar seperti debu
dan bekas bangunan. Virus dapat
ditumbuhkan secara in vitro pada kultur sel, seperti sel ginjal babi, testes
dan paru-paru embrio babi. Pertumbuhan virus ditandai dengan adanya
cytopathogenic effect (CPE), setelah 3 kali pasase dan tetap konstan pada
pasase berikutnya. Di dalam sitoplasma sel terdapat inclusion bodies. Virus tidak tumbuh pada biakan sel sapi,
kambing, domba, dan sel tumor anjing.
2. Spesies
rentan.
Cacar
babi hanya menyerang babi dan yang paling peka adalah babi berumur muda.
sedangkan babi yang berumur tua relatif tahan.
3.
Cara penularan.
Penyakit
ditularkan melalui kontak langsung antara babi sakit dengan yang sehat atau
lewat gigitan serangga pengisap darah (nyamuk) dan kutu babi (Haematopinus
suis) atau tungau (Tyrogtyphid spp).
Peranan hewan karier dalam penularan penyakit tidak diketahui, tetapi
yang jelas virus tahan hidup dalam jangka waktu yang lama dalam debu dan bekas
bangunan.
4. Sifat
penyakit.
Cacar babi
biasanya merupakan penyakit
ringan dengan lesi
terbatas pada kulit. Lesi dapat terjadi di mana saja, tetapi paling
sering ditemukan pada daerah perut. Demam sementara yang ringan dapat
mendahului timbulnya papula. Dalam waktu 1-2 hari papula menjadi vesikel dan
kemudian menjadi bisul bertangkai dengan diameter 1-2 cm. Kutil mengerak dan
mengeropeng dalam 7 hari, kesembuhan biasanya tuntas dalam 3 minggu.
5. Kejadian
di Indonesia.
Cacar
babi berjangkit secara sporadis di daerah peternakan babi di seluruh dunia.
Cacar babi dilaporkan di beberapa negara Eropa, Papua New Guinea dan Australia.
Di Indonesia dilaporkan di Denpasar dan Jembrana, Bali pada tahun 1997.
D. PENGENALAN
PENYAKIT
1. Gejala
klinis.
Periode
inkubasi adalah 3-6 hari, gejala awal ditandai dengan bintik kemerahan kemudian
berubah menjadi lepuh yang makin membesar (6 mm). Pada stadium pustular,
lesi-lesi terlihat iskemik dan kuning kecoklatan berbentuk bundar. Pusat lesi
agak melekuk ke dalam dan di bagian tepi jaringan mengalami hipertrofi. Keropeng
kulit setelah beberapa hari (10 hari) akan mengelupas meninggalkan bintik
putih. Pada beberapa kasus kelenjar limfe membengkak, demam, konjungtivitis dan
keratitis.
Gambar
2. Cacar babi.
(Original pictures by:
http://www.thepigsite.com/pighealth/article/399/swine-pox; dan
http://www.naro.affrc.go.jp/org/niah/disease/em/em_en/virus/avian-pox/swine-
pox-ma.jpg)
2. Patologi.
Patologi
dari organ tidak menonjol, hanya terjadi pada kulit.
Gambaran
histopatologi menunjukkan penebalan epidermis akibat degenerasi hidrofik dan
hiperplasia epitel. Di dalam sitoplasma terdapat inclusion bodies. Pada dermis
terdapat infiltrasi limfosit, netrofil, eosinofil dan histiosit, serta dilatasi
pembuluh darah. Pada stadium pustular terjadi nekrosis yang meluas di bagian
lapisan basiler disertai infiltrasi netrofil dan sedikit limfosit, eosinofil dan
histiosit. Inclusion bodies dapat ditemukan
di dalam sitoplasma dan terdapat vakuol di dalam inti sel dapat diamati
pada daerah nekrosis. Pada stadium kronik pada keropeng terjadi nekrosis sel.
Di beberapa bagian di lapisan superfisial dari debris seluler menjadi terpisah
dari lapisan tipis dan epidermis yang mengalami regenerasi. Kelenjar limfe
regional terlihat edema, hiperemik dan hiperplastik.
3. Diagnosa.
Cacar
babi dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis, perubahan patologis dan
isolasi virus. Dari gejala klinis babi terserang biasanya cukup untuk menetapkan
diagnosa. Diagnosa yang paling tepat didapat setelah konfirmasi laboratorium
dari hasil pemeriksaan histopatologis dan isolasi virus. Perubahan
histopatologis menunjukkan degenerasi hidrofik dari stratum spinosum dan adanya
inclusion bodies intra sitoplasmik dan vakuolisasi di dalam inti sel epitel
yang merupakan perubahan patognomonik.
4. Diagnosa
Banding.
Lesi
di daerah mulut sering dikelirukan dengan penyakit mulut dan kuku, vesicular
exanthema dan vesicular stomatitis. Sementara itu adanya lesi pada kulit
seringkali dikelirukan dengan hog cholera, alergi kulit, erysipelas, ptyriasis
rosea, dermatitis vegetatif, scabies,
kelainan nutrisi dan infestasi ektoparasit lainnya. Gejala kemerahan dan
gatal-gatal akibat alergi dapat diatasi dengan pemberian obat anti alergi.
5. Pengambilan
dan Pemeriksaan Spesimen.
Spesimen
untuk isolasi virus diambil dari jaringan lepuh atau keropeng kulit dan
ditampung dalam botol berisi media transpor, seperti bufer fosfat gliserin
50%
atau media Hank’s yang mengandung
antibiotik. Untuk pengujian histopatologis dan imunohistokimia, diambil
jaringan yang difiksasi ke dalam bufer formalin 10%.
E.
PENGENDALIAN
1. Pengobatan.
Pengobatan spesifik terhadap cacar babi belum ada. Pengobatan
dengan yodium pekat dan antibiotika pada kulit dapat mencegah infeksi sekunder.
2. Pelaporan,
Pencegahan, dan Pengendalian.
a. Pelaporan.
Setiap
ada kasus harus dilaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan
Kesehatan Hewan setempat untuk dilakukan tindakan sementara dan diteruskan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
b. Pencegahan
dan Pengendalian.
Vaksinasi
tidak dilakukan karena penyakit ini dianggap tidak merugikan. Babi yang sembuh
dari swinepox akan kebal terhadap infeksi berikutnya. Infeksi dapat menimbulkan
imunitas lokal dan melindungi babi dari infeksi berikutnya. Anak babi yang baru
lahir memiliki antibodi maternal, demikian pula babi yang sembuh memiliki
kekebalan yang yang bertahan lama bisa selama hidupnya. Tindakan pengendalian
lebih diarahkan dengan melakukan
tindakan karantina yang ketat, yaitu mencegah masuknya babi berpenyakit
Swinepox ke suatu daerah atau ke peternakan yang bebas, memberantas nyamuk dan
tungau di daerah wabah.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus
1999. Manual Diagnostik Penyakit Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Japan International Cooperation Agency (JICA), Jakarta.
Beveridge
WIB 1981. Pigpox. In Animal Health in
Australia. Viral Diseases of Farm Livestock. Vol 1 .123,124.
Blood.
DC, JA Henderson, OM Radostitis 1979. Swinepox. In Veterinary Medicine. 5th ed.
ELBS and Bailliere Tindall. 709.
Kasza
L 1975. Swinepox. In Disease of Swine. 4th ed. The Iowa State University press.
Ames, Iowa USA 273-285.
Ketut
Santhia, APN Dibia dan N Purnatha 1998. Kejadian Cacar Babi di Bali. BPPH VI
Denpasar. 1-8.
Naroaffrc.
“Swine Pox”. Website: http://www.naro.affrc.go.jp/org/niah/disease/em /em_en /virus/avian-pox/swine- pox-ma.jpg
The
Pigsite. “Swine Pox”. website: http://www.thepigsite.com/pighealth /article/399/swine-pox.
Springeimages.
Website: http://img.springerimages.com/Images/SpringerBooks/PUB.
***Di
sadur oleh Drh Giyono Trisnadi, dari MANUAL PENYAKIT HEWAN MAMALIA, dengan
judul “CACARBABI”, Tahun 2014. Cetakan ke
2. Diterbitkan oleh: Subdit Pengamatan Penyakit Hewan, Direktorat Kesehatan
Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C, Lantai 9, Pasar Minggu, Jakarta
12550.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar