Strangles (equine distemper) adalah penyakit yang bersifat kontagious akut pada kuda yang ditandai dengan gejala inflamasi muko-purulen pada hidung dan mukous pada membran pharyng (saluran pernafasan atas), disertai dengan abses dari daerah kelenjar limfe. Penyakit dapat menyebar kebagian tubuh yang lain. Nama lain dari pentakit ini adalah Distemper kuda, Equine distemper, Ingus jinak, Ingus tenang
A.
PENDAHULUAN
Kuda merupakan spesies yang paling peka terhadap
strangles. Kejadian penyakit terutama pada kuda muda (berumur 1-5 tahun). Wabah
dapat terjadi sepanjang tahun, tapi paling sering terjadi pada musim dingin
(udara basah). Perpindahan (transportasi) kuda juga dapat menjadi pemicu
timbulnya Strangles.
Meskipun terbentuk kekebalan pada kuda yang pernah
terinfeksi (carier), kuda dapat terinfeksi kembali oleh penyakit Strangles
dalam interval waktu sekitar 6 bulan kemudian.
Sumber infeksi strangles adalah cairan hidung
(discharge) dari hewan yang sakit, pastura (padang pengembalaan), serta pakan
dan tempat minum yang terkontaminasi. Infeksi dapat menyebar dalam waktu 4
minggu setelah gejala klinis. Infeksi terjadi melalui pencernaan dan pernafasan
(inhalasi).
Agen infeksi dapat bertahan sekitar 10 bulan dalam
pharynx kuda, walaupun secara klinis kuda terlihat normal (tidak sakit). Kuda
yang demikian ini (carier) merupakan sumber penularan terhadap kuda lain, dan
periode ini disebut dengan periode dormant.
B. ETIOLOGI
Strangles disebabkan oleh bakteri Steptococcus
equi. Jika kejadian dalam waktu lama (kronis), maka dapat diperoleh biakan
murni (pure culture) dalam eksudat hidung atau nanah dari lesi (borok).
Bakteri bersifat Gram positif coccus, Streptococcus
equi lebih resisten pada keadaan panas dibanding spesies lain dari grup
Streptococcus, namun dapat mati dengan perebusan hingga suhu 70 °C selama 10
menit.
Bakteri dalam eksudat purulen juga resisten
terhadap desinfektan dan pengeringan, sehingga bakteri ini digolongkan dalam
Lancefield’s grup C.
C.
EPIDEMIOLOGI
1. Spesies
rentan
Spesies
rentan terhadap penyakit
strangles pada umumnya
adalah bangsa kuda (equidae)
2. Pengaruh
Lingkungan
Umumnya
terjadi pada perubahan
musim panas ke
musim hujan, demikian pula
sebaliknya dari musim hujan ke musim panas.
3. Sifat
Penyakit
Angka
morbiditas mendekati 100
% pada daerah
terserang, sedangkan mortalitas relatif kecil, yaitu kurang dari 2 %.
4. Cara
Penularan
Penularan
terjadi pada sumber
infeksi, yaitu cairan
hidung (discharge) dari hewan
yang terinfeksi yang mencemari pakan, tempat minum dan padang pengembalaan.
5. Faktor
Predisposisi
Kuda
dari segala umur
terinfeksi penyakit ini,
namun kuda muda dan tua lebih rentan. Kuda muda lebih
mudah terserang diduga karena sistem kekebalan tubuh belum sempurna, dan akibat
belum pernah terpapar penyakit ini sebelumnya. Pada kuda tua umumnya sistem
kekebalan tubuh melemah, sehingga mudah terserangnya penyakit.
6.
Distribusi Penyakit
Penyakit
strangles terjadi hampir
di seluruh dunia,
terutama di negara dengan
populasi kuda tinggi. Pada beberapa negara penyakit ini menjadi sangat penting
terutama yang memiliki kuda untuk angkatan perang, peternakan kuda, kuda lomba,
kuda polo dan sekolah mengendarai kuda.
Di
Indonesia penyakit ini
sering juga terjadi
terutama pada daerah dengan populasi kuda tinggi, seperti
Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
D.
PENGENALAN PENYAKIT
1. Gejala
Klinis
Setelah
melewati masa inkubasi
4-8 hari, penyakit
berkembang dengan cepat disertai demam (suhu 39,5-40,5 °C), anoreksia,
dari hidung keluar cairan serous yang dengan cepat berubah menjadi copius dan
purulen, gejala pharyngitis dan laryngitis. Akibat pharyngitis, maka pada saat
makan, kuda sering mengalami regurgitasi melalui lubang hidung, serta terdengar
batuk lembab, kesakitan dan sangat mudah terangsang. Kepala menunduk untuk
mengurangi rasa sakit pada tenggorokan.
Gambar 1. Strangles
(Original picture by:
http://www.equinechronicle.com/health/free-lecture-on-strangles-at-new-bolton-center.html)
Demam biasanya berlangsung dalam 2-3 hari dan
ditandai dengan
membengkaknyalimphoglanduladaerahtenggorokan.Daerahlimphoglandula menjadi
bengkak, panas dan sakit. Nanah
dari hidung meningkat
dan menyumbat saluran
pernafasan, sehingga pernafasan dangkaI (tersengal). Pembengkakan
limphoglandula (pharyngealis, submaxillaris dan parotis) berkembang 3-4 hari
dan glandula membentuk cairan serous dalam 10 hari. Akhirnya terjadi ruptur
(perobekan) yang mengeluarkan nanah kental berwama kuningan.
Gambar 2. Strangles (Distemper).
Abses yang sakit
dan panas pada limfoglandula di tenggorokan. (Original picture by:
http://www.fao.org/docrep/003/ t0756e/T0756E07.htm)
Kadang
ditemukan abses lokal
pada permukaan tubuh
lain, terutama pada wajah dan
leher. Komplikasi penyakit ini memungkinkan timbulnya metastasis ke organ lain,
seperti paru (pneumonia akut); otak (meningitis purulenta) dengan gejala
eksitasi, hyperestesia, kekakuan leher, terminal paralisis; infeksi trombi pada
pembuluh darah vena; abses hati, limpa dan limfooglandula viseral.
2. Patologi
Pada
kasus yang fatal,
secara Patologi ditemukan
pernanahan yang meluas pada organ dalam, terutama hati, limpa, paru,
pleura, pembuluh darah vena besar dan peritoneum. Selain itu juga ditemukan
abses pada limfoglandula mesenterika.
3. Diagnosa
Strangles
ditandai oleh infeksi
saluran pernafasan bagian
atas yang disertai cairan hidung purulen dan pembengkakan limfoglandula
daerah tenggorokan.
4. Diagnosa
Banding
Pada
tahap dini Strangles
dapat dikacaukan dengan
beberapa penyakit berikut :
a. Equine
Viral Rhinopneumosilis
b. Equine viral
arteritis
c. Equine
influenza
d. Infeksi
Streptococus zooepidemicus.
Namun, pada semua penyakit yang disebutkan di atas
tidak disertai pembesaran limpoglandula.
5.
Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Bahan
pemeriksaan adalah cairan
discharge atau cairan
yang keluar dari mukosa hidung, atau abses limfoglandula submaxillaris
dan pharyagealis. Dikirim ke laboartorium dalam keadaan segar untuk isolasi dan
identifikasi bakteri atau dari nekropsi hewan mati.
E.
PENGENDALIAN
1.
Pengobatan
Pada
abses yang baru,
dapat dilakukan pengompresan,
sedangkan pada abses yang lama (tukak) dilakukan drainasi. Pengobatan
dilakukan dengan penisilin, sulfametazine, trimethoprim dan sulfadiazin. Dosis
Penisilin adalah 2.500 - 10.000 iu/kg bobot badan selama 4-5 hari.
2.
Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan
a.
Pencegahan
Lakukan Vaksinasi. Disarankan vaksinasi
jika ada sejumlah
kuda yang terinfeksi. Vaksinasi dilakukan berulang 2-3
kali, dengan meningkatkan dosis selang waktu 10-14 hari. Diharapkan pada
vaksinasi ke 3 telah diperoleh perlindungan yang memadai, kemudian diulang
setiap 12 bulan.
b.
Pengendalian dan Pemberantasan
Lakukan Biosecurity yang ketat, batasi keluar masuknya orang kekandang. Kuda yang
terinfeksi strangles secepatmnya diisolasi, kemudian diberikan desinfektan
terhadap alat, kandang, dan barang lain yang mungkin tercemar.
F. DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2005. The Merck Veterinary Manual 8th
Edition, Merek & CO, Inc Rahway, Newjersey, USA.
Radostits OM and DC Blood 1989. Veterinary Medicine
A Text Book of the Disease of Cattle, Sheep, Pigs, Goats and Horses. Seventh
Edition. Bailiere Tindall. London England.
***Disadur dari MANUAL PENYAKIT HEWAN MAMALIA. Diterbitkan oleh Subdit Pengamatan Penyakit Hewan. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar