Pemusnahan hewan yang mati (bangkai) harus secepatnya dilakukan untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit, Beberapa teknik pemusnahan hewan harus ditentukan untuk didapatkan hasil yang maksimal sesuai tujuannya. Berikut ini adalah cara menetukan metode pemusnahan apa saja yang sesuai yang diperlukan.
Pemusnahan Bangkai Hewan
Pendahuluan
Pemusnahan
masal hewan (bangkai) karena wabah penyakit sering
dikritisi oleh
media dan masyarakat oleh karena itu kebijakan instansi Pemerintah yang berkaitan dengan bidang kehewanan (veteriner) bukan hanya untuk melaksanakan kegiatan
pemusnahan berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah untuk menghancurkan agen penyakit
pathogen, tetapi
juga untuk dapat mengatasi
masalah kemasyarakatan dan lingkungan.
Rekomendasi
metode pemusnahan biasanya
sangat umum, pemilihan
satu atau lebih metode yang direkomendasikan seharusnya sejalan dengan Peraturan Daerah
setempat maupun Peraturan Pusat
serta dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang tersedia. Metode yang
direkomendasikan juga harus diaplikasikan sesuai dengan prosedur untuk Pematian hewan.
Strategi untuk Pemusnahan bangkai hewan
(keseluruhan atau beberapa bagian) seharusnya dipersiapkan secara matang bila ada
masalah darurat
yang mungkin ada.
Masalah masalah penting yang terkait dengan
pemusnahan ini meliputi jumlah hewan yang terkena, masalah biosekuriti perihal perpindahan hewan yang
tertular atau terekspos Penyakit, orang dan peralatan, masalah lingkungan dan
stress psikologis yang dialami oleh peternak dan pemelihara hewan.
Peraturan
dan Wilayah
Hukum
Peraturan yang
mengatur kesehatan hewan dan Instansi yang menaungi kebijakan di bidang veteriner
seharusnya memberikan kekuatan
hukum dan kekuasaan pada
petugas
veteriner untuk
menjalankan aktifitas yang diperlukan agar pemusnahan berjalan dengan efisien dan efektif. Kerjasama antara
petugas veteriner dan instansi pemerintahan lain sangat diperlukan untuk menambah upaya hukum yang jelas dalam pemusnahan bangkai pada kasus darurat. Dibawah ini adalah
hal-hal yang perlu diatur:
1.
Kedudukan dari para petugas veteriner sebagai efek control dan juga sebagai orang yang memiliki hak dan pendapat
personal lansung
untuk menetapkan petugas veteriner dan personal terkait.
2.
Kontrol
perpindahan dan otoritas untuk
membuat pengecualian terhadap beberapa kondisi khusus biosekuriti seperti perpindahan bangkai hewan ke lokasi
lain untuk pemusnahan.
3.
Kebijakan untuk
melibatkan peternak dan pemelihara hewan untuk bekerjasama dengan petugas
veteriner.
4.
Segala kebutuhan
untuk memindahkan kepemilikan hewan kepada instansi yang berwenang.
5.
Menentukan metode
dan lokasi pemusnahan, perlengkapan, dan fasilitas yang dibutuhkan oleh petugas
veteriner dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada pihak instansi yang
terlibat seperti instansi pemerintah daerah dan pusat yang memiliki kompetensi
di bidang perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan.
Seharusnya
pilihan untuk
pemusnahan bangkai hewan yang dilakukan adalah dekat
dengan batas Negara tetangga, otoritas
yang kompeten dari Negara tersebut seharusnya dikonsultasikan.
Persiapan
Pemusnahan dan Pematian hewan secara masal ketika terjadi wabah penyakit atau pemusnahan
hewan ketika bencana alam seperti banjir, biasanya harus diproses sesegera
mungkin tanpa penundaan. Keberhasilan ditentukan oleh struktur, aturan dan infrastruktur
yang ditetapkan dengan segera:
1.
Hubungan dengan
Industri
Adanya hubungan dengan organisasi
industri seperti asosiasi petani, perwakilan komoditas tertentu,
organisasi animal welfare, layanan
keamanan, media dan perwakilan konsumen untuk memenuhi peraturan kebijakan kesehatan hewan.
2.
SOP (Standar Operating Procedures)
MembuatStandar Operasi Prosedur /SOP (termasuk dokumen mengenai
proses pengambilan keputusan, pelatihan staf).
3.
Persiapan
keuangan
Persiapan keuangan
berarti sebuah mekanisme kompensasi atau asuransi, adanya akses untuk pendanaan darurat
dan adanya
akses untuk anggota dengan persetujuan dengan dokter
hewan pribadi.
4.
Rencana
komunikasi
Penyebaran
informasi pada lembaga yang terkait
ketika wabah penyakit, petani yang terkena dampak, organisasi profesi, politisi
dan media adalah penting. Seorang juru bicara yang handal sebaiknya selalu ada setiap saat untuk
menjawab pertanyaan.
5.
Sumber sumber daya
Manajemen
sumber daya
sebaiknya bisa mengatasi
hal-hal seperti personel, transportasi, fasilitas penyimpanan, peralatan
(seperti fasilitas mobil untuk menangani hewan, peralatan desinfeksi), bahan
bakar, perlindungan, dan material sekali pakai dan dukungan logistik.
6.
Peralatan khusus
Peralatan
khusus seperti truk, traktor, buldoser, front-end
loader sebaiknya tersedia.
Faktor factor Kritis (darurat)
Faktor
faktor kritis (darurat)
yang membutuhkan pertimbangan dalam perencanaan dan implementasi yaitu:
1.
Ketepatan waktu
Deteksi dini terhadap
infeksi baru, kematian mendadak pada hewan yang terinfeksi, dan segera memusnahkan bangkai hewan dengan
menginaktivasi patogen adalah hal yang penting. Penyebaran pathogen dari
bangkai hewan dan sekitarnya sebaiknya ditanggulangi seefektif dan sesegera mungkin.
2.
Keselamatan dan kesehatan kerja.
Pemusnahan
seharusnya diatur dalam
beberapa cara sehingga pekerja
terlindungi terhadap resiko penanganan pembusukan bangkai hewan. Perhatian
khusus seharusnya diberikan untuk aspek zoonosis. Pekerja harus mendapatkan pelatihan
dan perlindungan yang baik terhadap infeksi dengan baju pelindung, sarung
tangan, masker, respirator, kacamata goggle, vaksinasi dan obat antiviral
yang efektif. Pekerja
juga harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
3. Inaktivasi agen patogen
Prosedur
pemusnahan harus dipilih untuk menghasilkan
agen patogen inaktif
4.
Kepedulian
lingkungan
Pemusnahan
bangkai hewan dengan metode yang berbeda mempunyai efek yang berbeda pula
terhadap lingkugan. Contohnya, pembakaran akan menghasilkan asap dan bau;
penguburan kemungkinan
menyebabkan timbulnya produksi gas dan cairan yang menyebabkan potensi
kontaminasi pada udara, tanah, permukaan air dan
bawah permukaan air.
5. Ketersediaan kapasitas
Penilaian kapasitas daya tampung dari metode pemusnahan yang
berbeda seharusnya menjadi prioritas terhadap keadaan darurat. Penyimpanan sementara bangkai hewan di cold
storage dapat mengganti kurangnya kapasitas proses pemusnahan.
6.
Dana yang memadai
Dana yang
memadai untuk opsi
sebuah pilihan seharusnya dipastikan dan dikomitmenkan sejak
awal.
7.
Sumber daya
petugas
Ketersediaan
sumber daya manusia yang terlatih dan memadai
pada operasi yang diperpanjang atau diperbesar harus dipastikan. Hal ini terutama penting
untuk petugas teknis dan petugas inspeksi yang biasa untuk diperbantukan dalam
jangka waktu pendek.
8.
Dukungan
masyarakat
Dukungan
masyarakat adalah poin penting dalam pemilihan
metode pemusnahan.
9.
Dukungan dari Peternak
Peternak
sensitif terhadap ukuran keamanan yang diambil untuk mencegah tersebarnya
penyakit dari metode pemusnahan yang dipilih dan pengangkutan bangkai hewan
ketempat pemusnahan. Kompensasi yang cukup bagi pemilik yang kehilangan hewan atau lokasi penguburan atau pembakaran akan
meningkatkan aseptabililitas pemilik.
10.
Peralatan
Penggunaan
peralatan pada pemusnahan bangkai hewan dapat menyebarkan infeksi ke tempat
lain. Pembersihan dan desinfeksi permukaan luar peralatan seperti derek,
kontainer, truk dan kendaraan dari peternakan sebaiknya mendapat perhatian
khusus. Truk yang digunakan untuk memindahkan bangkai hewan sebaiknya anti
bocor.
11.
Hewan pemakan
bangkai dan vektor
Ketika dilakukan pemusnahan bangkai hewan,
perhatian penuh sebaiknya juga diberikan
untuk mencegah hewan pemakan bangkai dan vektor mendapatkan akses ke bangkai
hewan, yang kemungkinan
menyebabkan penyebaran penyakit.
12.
Dampak ekonomi
(jangka pendek dan jangka panjang termasuk pemulihan)
Metode
pemusnahan yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dampak
ekonomi.
Pertimbangan
praktis
1.
Pemilihan tempat
pemusnahan.
Lapisan tanah bagian atas cukup untuk menutup tempat
pembuangan; jenis tanah, drainase
air; kondisi arah angin; kemudahan di akses oleh transportasi;
ketersediaan data meterologi; terpisah dan jauh dari tempat pemukiman dan
mempertimbangkan efek ke depannya.
2.
Kontraktor.
Ketersediaan
tenaga kerja, bahan dan peralatan termasuk kendaraan transportasi, semua yang
diperlukan dapat disediakan
oleh kontraktor;
kendaraan khusus atau penggunaan kendaraan lain dengan tujuan yang berbeda
(dengan tetap mempertimbangkan resiko
penyebaran penyakit); jalan yang mudah di akses; sesuai dengan tujuan penggunaannya.
3.
Kesiapan sarana
untuk teknologi tepat guna.
Ketersediaan
bahan bakar; ketersediaan tenaga kerja yang cukup; tempat dan ketersediaan
ruang untuk disinfeksi pekerja; penyimpanan
dan pembuangan baju pelindung; perumahan bagi pekerja untuk meminimalkan
penyebaran infeksi; fasilitas untuk mengontrol masuk dan keluar; ketersediaan listrik
untuk operasional malam; fasilitas pribadi bagi pekerja seperti toilet, air
minum, tersedianya alat komunikasi /penerimaan
telepon genggam, perlindungan (contoh vaksinasi) bagi pekerja; penanganan
tanaman; penyimpanan
senjata dan amunisi, penambahan tempat pendingin (cold storage) dan fasilitas penanganan tanaman dan tempat pemotongan
hewan.
4.
Prosedur dan
kebijakan untuk pemusnahan
produk lainnya yang mungkin terkontaminasi.
Produk hewan
diantaranya sampah, kotoran, bulu, telur, dan susu; pakan hewan; dan bukan yang
termasuk produk hewan seperti baju pelindung pekerja.
5.
Satwa liar.
Perlu untuk meminimalkan resiko yang
ditimbulkan oleh satwa liar, termasuk mengusir atau menjerat mereka dari lokasi
tempat pemusnahan.
Metode Yang
Direkomendasikan Untuk Pemusnahan Hewan Mati
Cara yang
dipilih harus didasarkan pada kondisi tempat dan kapasitas tempat pemusnahan,
serta cara tercepat memperoleh hasil dan kondisi yang dibutuhkan untuk menginaktivasi
agen penyebab penyakit.
Beberapa metode
berikut mungkin membutuhkan persiapan yg sesuai di lapangan untuk membawa hewan
mati ke tempat pengolahan limbah untuk proses akhir atau pembakaran.
Persiapan dilakukan dengan cara memotong hewan mati agar mudah dibawa, disegel
dalam kontainer tertutup, atau bisa juga dilakukan dengan proses fermentasi,
pembusukan atau pembekuan.
1. Rendering.
Merupakan
perlakuan dengan cara tertutup yaitu perlakuan mekanik dan pemanasan terhadap
jaringan hewan untuk menghasilkan produk yang stabil dan steril sebagai contoh
lemak hewan dan protein. Teknologi ini ada di tempat khusus. Proses ini efektif
menginaktivasi semua patogen, kecuali prion yang infektivitasnya berkurang.
Tersedianya kapasitas harus untuk perlakuan diketahui terlebih dahulu.
2.
Fasilitas khusus berupa Incenerator.
Pada tempat ini, hewan mati, bagian dari
hewan dan substansi lain (seperti limbah kota, limbah berbahaya, atau limbah
rumah sakit) dapat dibakar sempurna menjadi abu. Hal tersebut efektif untuk
menginaktivasi agen patogen, termasuk spora.
Tempat pembakaran permanen memiliki
saluran pembuangan gas yang memiliki beberapa manfaat dilihat dari sudut
pandang lingkungan. Saluran pembuangan gas terhubung dengan ruang pasca
pembakaran yang berguna untuk membakar gas hidrokarbon dan partikel - partikel
dari ruang pembakaran utama.
3.
Rendering dan Incenerator.
Ini dikombinasikan untuk meningkatkan
keamanan lingkungan dan sebagai sumber bahan bakar tambahan untuk tungku
pembakaran di tempat yang digunakan untuk tujuan lain seperti pada pabrik semen
dan pembangkit tenaga listrik.
4.
Pembakaran (Incenerator) udara.
Proses
pembakaran ini menggunakan kekuatan udara
yang dimampatkan di dalam ruangan, dalam tungku pembakaran terjadi
perputaran udara yang sangat cepat sehingga pembakaran bisa dipercepat 6 kali
lipat dalam ruang pembakaran. Alat ini mudah dipindahkan sehingga bisa
digunakan dimana saja dan tidak ada perlakuan khusus untuk hewan yang akan
dimusnahkan. Pembakaran ini
efektif untuk menginaktivasi agen patogen.
5.
Pembakaran dengan kayu.
Merupakan cara pembakaran hewan mati
yang biasa dilakukan pada umumnya dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakar,
tidak ada perlakuan khusus ataupun pemindahan terhadap hewan mati. Namun,
proses pembakaran dengan cara ini butuh waktu lama dan inaktivasi agen patogen
tidak dapat dipastikan serta partikel dari sisa pembakaran yang kurang sempurna
susah dipisahkan. Selain itu, karena proses dilakukan ditempat terbuka maka dapat menyebabkan ketidak-nyamanan
masyarakat.
6.
Pembuatan kompos.
Pembuatan kompos merupakan dekomposisi
biologis yang terjadi secara alami dengan bantuan oksigen. Pada tahap pertama,
suhu tumpukan kompos meningkat, sehingga
bahan organik terurai menjadi senyawa yang lebih kecil, jaringan lunak terurai
dan tulang menjadi lebih lunak. Pada fase kedua, materi yang tersisa terutama
tulang akan terurai sepenuhnya menjadi humus berwarna coklat gelap atau hitam
yang mengandung bakteri non patogen dan nutrisi untuk tumbuhan. Namun beberapa
virus dan spora bakteri tetap bertahan seperti Bacillus anthracis dan patogen lain seperti Mycobacterium tubercullosis.
7.
Penguburan.
Pada metode ini, hewan mati dikubur dan
ditutup dengan tanah. Penguburan merupakan prosedur yang umum dilakukan.
Penguburan tidak dapat menginaktivasi seluruh patogen. Dalam keadaan tertentu,
hewan mati dapat dimusnahkan dengan cara ditumpuk dan ditutupi dengan lapisan
tanah.
8.
Produksi Biogas.
Merupakan
sebuah sistem tertutup berupa fermentasi anaerob yang diperlukan untuk
memusnahkan hewan mati atau bagian-bagiannya dengan terlebih dahulu diberi
perlakuan mekanis maupun pemanasan dari materi tertentu yang dimasukkan
(seperti produk cair dari tempat pengolahan limbah). Proses ini tidak dapat
menginaktivasi seluruh patogen.
9. Hidrolisis
Alkali.
Metode
ini menggunakan sodium hidroksida atau potassium hidroksida untuk mempercepat
reaksi dari proses hidrolisa materi biologis menjadi larutan steril yang
mengandung peptida - peptida
mikro, asam amino, gula, dan deterjen /surfaktan. Untuk mempercepat proses,
diperlukan panas dengan suhu 150 ºC.
Produk sampingan bahan padat yang dihasilkan yaitu hanya berupa mineral inti
dari tulang dan gigi (Kalsium). Residu ( 2% dari bobot hewan) bersifat steril
dan mudah dihancurkan menjadi serbuk. Suhu dan kondisi alkali dari proses
menghancurkan lapisan protein dari virus dan ikatan peptida dari prion. Lipid dan
asam nukleat terdegradasi. Proses ini terjadi di dalam sebuah bejana uap stainless bertekanan.
9. Penyulingan
organik.
Penyulingan
organik merupakan
sebuah proses hidrolisis termal, bersuhu dan bertekanan tinggi yang dilakukan
dalam ruang tertutup bertekanan. Materi limbah diberi perlakuan dengan uap
pemanasan bertekanan tinggi dengan suhu 180 ºC dengan tekanan minimum 10
bar dan dilanjutkan dengan pengadukan
mekanis selama 40 menit. Keseluruhan prosedur, mulai dari pemasukkan hewan mati
kedalam ruang penyulingan hingga
menjadi material cair (lelehan), membutuhkan waktu kurang lebih120 menit.
Seluruh agen mikrobiologis inaktif dan tingkat infektifitas dari agen infeksius
penyebab penyakit menular Spongiform encephalopathies telah
dihilangkan.
10.
Pemusnahan hewan
mati di laut.
Konvensi Internasional mengatur
persyaratan yang harus dipenuhi untuk pemusnahan hewan mati di laut.
Rekomendasi
Untuk Penentuan Kelayakan Terhadap Pemusnahan Hewan Mati
Pemusnahan terhadap hewan mati (dalam jumlah
banyak)
memerlukan biaya yang cukup mahal. Selain itu, biaya tetap dan biaya tidak
tetap akan berbeda dalam penentuan metode pemusnahan. Setiap metode yang
digunakan akan menghasilkan biaya tidak langsung pada lingkungan, ekonomi
setempat, produsen dan industri (peternakan
sapi). Sebagai
tambahan terhadap pertimbangan biosekuriti, pengambilan keputusan harus
memperhatikan ekonomi, sosial, perlindungan lingkungan dan efek estetika
terhadap berbagai jenis teknologi pemusnahan.
Tingkat pilihan
pemusnahan mungkin tidak mampu mengadopsi secara utuh dan sistematis. Sehingga para pengambil
kebijakan harus mempertimbangkan cara mana yang menjadi pilihan. Oleh karena
itu, dibutuhkan pemahaman yang komprehensif terhadap semua aturan teknologi
pemusnahan bangkai hewan dan memperhatikan keseimbangan antara ilmu
pengetahuan, ekonomi dan dampak sosial. Saat pemotongan
hewan, keamanan dan pencegahan terhadap penyebaran penyakit merupakan bahan
pertimbangan penting dalam pengendalian penyakit.
Berikut adalah
contoh proses yang memungkinkan untuk
membantu pengambilan keputusan yaitu dengan cara membandingkan ketepatan
berbagai macam faktor pilihan pemusnahan yang dianggap penting:
1. Langkah
1,
Menjelaskan
beberapa faktor yang akan dipertimbangkan. Termasuk faktor yang sesuai dan cukup fleksibel untuk
dilakukan modifikasi pada situasi dan lokasi yang berbeda. Contoh faktor yang
mungkin antara lain termasuk keamanan pekerja, kepentingan umum, dukungan
internasional, keberadaan transportasi, standar industri, keefektifan biaya dan
kecepatan perubahan. Faktor ini dapat dimodifikasi atau dirubah seperti yang
terlihat pada contoh berikut, untuk mendapatkan situasi yang terbaik.
2. Langkah
2, Penilaian faktor-faktor
penting dilakukan dengan cara menimbang
setiap faktor yang dianggap penting tersebut untuk menyelesaikan masalah pada
pertanyaan. Jumlah dari seluruh penimbangan tanpa memperhitungkan banyak
faktor, seharusnya total 100.
3. Langkah
3, Mengidentifikasi dan mendata
semua pilihan pemusnahan dibawah pertimbangan. Menilai setiap pilihan
pemusnahan terhadap setiap faktor dan menetapkan besarnya manfaat antara 1 - 10 untuk setiap perbandingan. Besarnya
manfaat (U) bernilai 1 - 10
yang diberikan sesuai dengan seberapa baik pencapaian ideal dari pilihan dengan
memperhatikan setiap faktor (1 = paling tidak tepat, dan 10
paling tepat).
4. Langkah
4, Untuk setiap faktor dan
pilihan pemusnahan, mengalihkan
faktor berat (F) x besarnya manfaat (U) menghasilkan nilai keseimbangan (V), (V
= F x U ).
5. Langkah
5, Dengan menambahkan nilai
keseimbangan terhadap jumlah dari setiap pilihan pemusnahan, hal ini
memungkinkan untuk membandingkan ketepatan dari pilihan pemusnahan dengan
menjumlahkan nilai keseimbangan untuk setiap pilihan pemusnahan. Penjumlahan
tertinggi menunjukkan bahwa pilihan pemusnahan tersebut merupakan pilihan
terbaik.
Sebagai contoh penggunaan proses ini adalah sebagai
berikut (Tabel 1). Dalam contoh ini, Rendering mendapat jumlah tertinggi dan
dianggap sebagai pilihan terbaik yang seimbang dan pilihan pemusnahan yang
paling cocok untuk beberapa faktor yang dipertimbangkan.
Tabel 1. Proses Pengambilan Keputusan
|
Rendering
|
Incenerator
|
Penguburan
|
||||
|
Bobot
|
Manfaat
|
Nilai
|
Manf.
|
Nilai
|
Manf.
|
Nilai
|
Faktor
|
|
|
|
|
|
|
|
Kamanan pekerja
|
20
|
7
|
140
|
4
|
80
|
8
|
160
|
Kecepatan pemulihan
|
20
|
8
|
160
|
8
|
160
|
2
|
40
|
Inaktivasi pathogen
|
15
|
10
|
150
|
10
|
150
|
8
|
120
|
Dampak Lingkungan
|
10
|
10
|
100
|
5
|
50
|
3
|
30
|
Reaksi masyarakat
|
10
|
10
|
100
|
4
|
40
|
1
|
10
|
Transportasi
|
5
|
1
|
5
|
1
|
5
|
6
|
30
|
Penerimaan industry
|
5
|
7
|
35
|
7
|
35
|
7
|
35
|
Biaya
|
5
|
4
|
20
|
4
|
20
|
6
|
30
|
Risiko hewan liar
|
5
|
10
|
50
|
10
|
50
|
5
|
25
|
Kapasitas peralatan
|
5
|
5
|
25
|
3
|
15
|
9
|
45
|
Total bobot sama dengan 100 unit
|
|
Jumlah
|
785
|
|
650
|
|
535
|
Lanjutan Tabel 1.
Pem kompos
|
Pengb
masal
|
Pengb di
kdg
|
Dst…
|
|||||
Manf.
|
Nilai
|
Manf.
|
Nilai
|
Manf.
|
Nilai
|
|||
3
|
60
|
7
|
140
|
8
|
160
|
|||
5
|
100
|
5
|
100
|
6
|
120
|
|||
5
|
75
|
4
|
60
|
4
|
Dst..
|
|||
10
|
100
|
3
|
30
|
3
|
||||
9
|
90
|
3
|
30
|
4
|
||||
5
|
25
|
3
|
15
|
8
|
||||
7
|
35
|
6
|
30
|
7
|
||||
9
|
45
|
8
|
40
|
9
|
||||
4
|
20
|
5
|
25
|
5
|
||||
9
|
45
|
9
|
45
|
9
|
||||
595
|
515
|
|||||||
*** Oleh drh
Giyono Trisnadi, alih bahasa, naskah asli “Disposal Of Dead Animals” dari oie.
Ucapan Terima kasih:
Terima kasih di sampaikan pada
siswa pelatihan dasar dokter hewan karantina angkatan tahun 2015 atas
kontribusinya dalam alih bahasa ini.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar