HOG CHOLERA

Classical Swine Fever (CSF), juga disebut Swine Fever atau Hog Cholera adalah penyakit yang sangat penting pada babi karena sering bersifat fatal, ditandai dengan demam tinggi dan kelemahan. Hog kolera (Hog Cholera) merupakan penyakit virus yang sangat menular pada babi yang disebabkan oleh pestivirus dari familly Flaviviridae.


Secara klinis, penyakit ini tidak mudah dibedakan dari penyakit “African swine fever” (penyakit lain apda babi) dan dapat menyebabkan kerugian yang sangat serius. Hog Kolera adalah salah satu penyakit virus berpotensi pandemi yang paling merusak secara ekonomi pada babi di dunia. Banyak Pemerintah di dunia yang menanggapinya sangat serius dan mengambil kebijakan kontrol yang ketat, yang meliputi kebijakan wajib vaksinasi atau pemotongan dan pemusnahan.

Virulensi penyakit berhubungan dengan strain virus, umur babi dan status kekebalan hewan. Virus ini sangat menular. Penyakit bersifat akut adalah bentuk umum pada hewan muda, bentuk subakut dan kronis sering ditemukan pada hewan yang lebih tua.

EPIDEMIOLOGI
Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit Hog kolera terdeteksi di Eropa, Afrika timur dan tengah, Meksiko, dan negara-negara Amerika Tengah lainnya, juga sebagian besar Amerika Selatan. Hog kolera juga terdeteksi sangat jelas di India, Cina, Asia timur dan tenggara (Korea, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam).

Hog kolera di wilayah Australia dieliminasi /dinyatakan bebas sejak tahun 1962, Perancis Polinesia dieliminasi sejak tahun 1972, New Zealand dihapuskan sejak 1953, Northern Mariana dihapuskan sejak tahun 1968. Wabah ini berasal dari daging babi yang diimpor atau makanan sampah dari kapal yang diberikan sebagai makanan pada babi.

Negara negara berikut belum pernah ada kejadian (wabah) penyakit Hog kolera (oie list 2014): Afghanistan, Aljazair, Angola, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Botswana, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Republik Afrika Tengah, Djibouti, Mesir, Kepulauan Falkland (Malvinas), Fiji, Guyana Prancis, Gabon, Greenland, Grenada, Guyana, Iran, Jamaika , Jordan, Kenya, Kiribati, Kuwait, Lesotho, Libya, Malawi, Maladewa, Mali, Mauritania, Mozambik, Kaledonia Baru, Nigeria, Oman, Palestina, Papua Nugini, Qatar, Rwanda, Samoa, San Marino, Arab Saudi, Senegal, Seychelles, St Vincent dan Grenadines, Sudan, Suriname, Swaziland, Tanzania, Togo, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Vanuatu, Yaman , Zambia, Zimbabwe.

Penyakit Hog kolera telah tidak terdeteksi lagi di negara negara berikut sejak dilaporkan (ke oie): Andorra 1975, Argentina 05/1999, Armenia 2006, Aruba 2013 (hewan pelihaaraan) dan 1993 (binatang hewan liar), Australia 1962, Austria 1997, Belarus 08/1995, Belgia 1997 (hewan pelihaaraan) dan 10/2002 (hewan liar), Belize 03/1988, Bosnia dan Herzegovina 12/2007 (hewan pelihaaraan) dan 01/2002 (hewan liar), Brasil 08/2009, Bulgaria 07/2008 (hewan peliharaan) dan 12/2009 (hewan liar), Burundi 2010, Kanada 1963, Chad 2013, Chili 08/1996, Cina Taipei 06/2005, Kosta Rika 07/1997, Kroasia 05/2009 (hewan peliharaan) dan 11/2008 (hewan liar), Siprus 1967, Republik Ceko 1997 (hewan peliharaan) dan 01/11/1999 (hewan liar), Denmark 1933, El Salvador 09/2008, Eritrea 2013, Estonia 01/1994, Finlandia 1917, Rep. Makedonia 11/2008 (hewan peliharaan) dan 01/06/2008, Prancis 2002 (hewan peliharaan) dan 05/2007, Polinesia Prancis 1972, Georgia 1984, Jerman 29/11/2006 (hewan peliharaan) dan 07/2009 (hewan liar) , Ghana 2013, Yunani 07/1985, Hongaria 05/1993 (hewan peliharaan) dan 10/2009 hewan liar), Islandia 1953, Irlandia 1958, Israel 04/2009 (hewan peliharaan) dan 2010 (hewan liar), Italia 09/2003, Jepang 1992, Kazakhstan 2013, Korea selatan 04/2009, Kyrgyzstan 06/1991, Lithuania 17/09/2011 (hewan peliharaan) dan 12/2009 (hewan liar), Luksemburg 08/2003, Malaysia 06/2010, Malta 1967, Mauritius 2002 , Meksiko 2009, Mikronesia (Negara Federasi) 2011, Moldova 08/2002, Montenegro 01/06/2007, Belanda 03/1998, Selandia Baru 1953, Niger 2013, Norwegia 1963, Polandia 09/1994, Portugal 1985, Reunion (Perancis) 2013, Rumania 2008, Sao Tome dan Principe 2012, Serbia 03/2011, Sierra Leone 2013, Singapura 1989 (hewan peliharaan) dan 04/2012 (hewan liar), Slovakia 2008, Slovenia 05/1996, Somalia 2012, Afrika Selatan 08/2007, Spanyol 05/2002, Sri Lanka 2013, Swedia 1944, Swiss 12/1993 (hewan peliharaan) dan 09/1999 (hewan liar), Suriah 2013, Tajikistan 1991, Ukraina 01/1996 (hewan peliharaan) dan 07/2001 (hewan liar), Inggris 11/2000, Amerika Serikat 1976, Uruguay 11/1991.

Daftar negara negara yang terdeteksi adanya penyakit Hog kolera berdasarkan ditemukannya gejala klinis tahun 2013 -2014 (oie list 2014): Bhutan 2013, Kamboja Januari-Juni 2014, Cuba Juli-Desember 2013, Ekuador Juli-Desember 2013, Haiti Juli-Desember 2013, Indonesia Juli-Desember 2013 , Myanmar Juli-Desember 2013, Nepal Juli-Desember 2013, Filipina Januari-Juni 2013, Thailand Juli-Desember 2013, Vietnam Januari-Juni 2014, Cina (Rep Rakyat.) Januari-Juni 2013, India Januari-Juni 2013, Peru Juli-Desember 2013.

Hospes /Inang
Babi dan babi hutan adalah satu-satunya reservoir alami dari penyakit hog kolera. Semua babi liar, termasuk babi hutan Eropa, rentan. Collared peccaries (babi peccaries berkerah) terbukti rentan dalam sebuah penelitian, tetapi pulih dalam 10 hari.

Penularan
Penularan terutama oleh rute oral dan oronasal, melalui kontak langsung atau tidak langsung; Kontak langsung antara hewan (sekret, ekskresi, sperma, darah); Disebarkan oleh pengunjung peternakan, dokter hewan, pedagang babi; Kontak tidak langsung melalui tempat, alat, kendaraan, pakaian, peralatan medis dan jarum; ‘Neighbourhood effect’ atau 'Efek kedekatan' selama wabah di daerah dengan kepadatan tinggi dalam peternakan babi: penularan melalui udara jarak pendek (sampai dengan 1 km dalam suatu studi); Kurang masaknya makanan sampah yang diberikan pada babi: merupakan cara yang paling umum masuk ke negara-negara bebas; Infeksi transplasenta: dapat menciptakan babi karier tanpa gejala atau kelainan bawaan; Populasi babi hutan mungkin adalah tempat pelabuhan virus hog kolera; Babi peliharaan di daerah yang terserang penyakit hog kolera berada pada risiko tinggi hog kokera; Dan biosekuriti adalah sangat penting.

Sumber Penyakit
Sumber penyakit Hog kolera adalah: Darah, sekret, dan ekskresi (oronasal dan sekresi lakrimal, air mata, urin, feses dan sperma /air mani) dan jaringan hewan yang sakit atau mati, termasuk daging; Anak babi yang terinfeksi bawaan terus-menerus viraemia dan bisa terjangkit virus selama 6-12 bulan sebelum mati; Rute Infeksi: Melalui saluran pencernaan (paling umum), kontak dengan konjungtiva atau selaput lendir, kulit lecet, alat kelamin, inseminasi buatan, transfer darah perkutan.

ETIOLOGI
Klasifikasi Agen Penyebab Penyakit
Group: Group IV ((+)ssRNA), Family: Flaviviridae, Genus: Pestivirus, Species: Classical swine fever virus /Hog Cholera.

Ketahanan Terhadap Tantangan Fisik Dan Kimia
1. Suhu: Virus hog kolera mudah dilemahkan denganh memasak: daging dengan pemanasan sampai 65,5 ° C selama 30 menit atau 71 ° C selama satu menit. Virus bertahan berbulan dalam daging dingin dan bertahun dalam daging beku. Pada beberapa strain virus hog kolera sebagian tahan terhadap panas sedang (56 ° C).

2. pH: Virus hog kolera stabil pada pH 5-10. Cepat tidak aktif pada pH <3.0 atau pH> 11.0.

3. Desinfektan /kimiawi: Rentan terhadap eter, kloroform, ß-propiolactone (0,4%). Inaktif oleh desinfektan berbasis klorin, kresol (5%), natrium hidroksida (2%), formalin (1%), natrium karbonat (4% anhidrat atau 10% kristal, dengan 0,1% deterjen), deterjen ionic maupun non-ionik, dan iodophors kuat (1%)  dalam asam phosphoric acid.

4. Ketahanan hidup: Virus Hog kolera cukup rapuh dan tidak bertahan di lingkungan. Peka terhadap pengeringan dan sinar ultraviolet. Bertahan dengan baik dalam kandang selama kondisi dingin (hingga 4 minggu di musim dingin). Bertahan 3 hari pada suhu 50 ° C dan 7-15 hari pada suhu 37 ° C. Bertahan selama 17 sampai> 180 hari di dalam daging awetan dengan garam maupun pengasapan tergantung pada proses yang digunakan. Virus betahan selama 3-4 hari di dalam organ membusuk dan 15 hari dalam darah dan sumsum tulang yang membusuk.

DIAGNOSA
Diagnosis utama dilakukan oleh dokter hewan di lapangan. Bila tanda-tanda klinis tidak menciri, umumnya diikuti dengan diagnosa laboratorium. Masa inkubasi hog kolera  adalah 2-14 hari. Bentuk klinis bervariasi menurut strain virus, umur /kerentanan babi dan adanya kejadian patogen lain di dalam populasi hewan (status kesehatan populasi hewan).

Gejala
Bentuk akut:
Gejala klinis Strain virus ganas atau pada babi muda: Demam (41 ° C); Anoreksia, lesu; Leukopenia berat; Hiperemi multifokal dan /atau lesi perdarahan kulit; konjungtivitis; Pembesaran, pembengkakan kelenjar getah bening; Sianosis kulit terutama dari ekstremitas (telinga, kaki, ekor, moncong); Sembelit transient (tdk tetap) diikuti dengan diare; Muntah (sesekali); Sesak, batuk; Ataksia, paresis dan kejang; Babi berkumpul bersama (berdesakan); Kematian terjadi 5-25 hari setelah serangan (onset) penyakit; Angka kematian (mortalitas) pada babi muda bisa mendekati 100%.

Bentuk kronis:
Gejala klinis strain virus yang kurang ganas atau ternak punya sebagian kekebalan: Kusam, nafsu makan berubah-ubah, demam, diare hingga 1 bulan; Penampilan babi jelek; Retardasi (kelambatan) pertumbuhan; Kesembuhan semu, kambuh dan akhirnya terjadi kematian dalam waktu sekitar 3 bulan..

Bentuk kongenital:
Gejala klinis tergantung pada virulensi strain virus dan tahap kehamilan; Janin mati, resorpsi, mumifikasi, lahir mati; aborsi; Tremor bawaan, kelemahan; Kerdil dan pertumbuhan yang buruk selama beberapa minggu atau bulan menyebabkan kematian; Lahir klinis normal, tetapi terus-menerus viraemic tanpa respon antibodi: shedding virus bersifat intermiten penting sampai babi mati dalam 6-12 bulan (late onset form).

Bentuk ringan:
Biasanya terjadi pada hewan yang lebih tua; Hasil tergantung pada virulensi strain virus; Demam sementara dan apatis; kesembuhan dan kebal (seumur hidup).

Lesi
Bentuk akut:
Lesi biasanya bersifat komplek karena infeksi sekunder; Leukopenia dan trombositopenia; kebengkaan perdarahan kelenjar getah bening adalah umum; Petechiae tersebar luas dan ekimosis, terutama di kulit, kelenjar getah bening, epiglotis, kandung kemih, ginjal dan rektum; Tonsilitis berat dengan foci nekrotik kadang-kadang terjadi; Infark multifokal dari pinggiran limpa adalah karakteristik (hampir patognomonik tetapi jarang terjadi dengan strain yang ada saat ini); Paru-paru mungkin kongesti dan hemoragi; Encephalomyelitis dengan perivaskular cuffing adalah biasa terjadi.

Bentuk kronis:
Lesi biasanya bersifat komplek karena infeksi sekunder; Adanya 'Tombol' borok di sekum dan mukosa usus besar; Penipisan jaringan limfoid; Adanya goresan melintang dari tulang rawan di persimpangan costochondral pada babi masa pertumbuhan; Hemoragi dan lesi inflamasi sering tidak dijumpai.

Bentuk kongenital:
Adanya sentral dysmyelinogenesis, cerebellar hypoplasia, microencephaly, pulmonary hypoplasia, dan malformasi lainnya.

Diagnosa Banding
(Bervariasi berdasar pada bentuk penyakitnya)
  1.  African swine fever (Clinico-patologis tak terbedakan. Sangat penting untuk mengirimkan sampel untuk konfirmasi laboratorium).
  2. Septicaemia: erisipelas, eperythrozoonosis, salmonellosis, streptococcosis, pasteurellosis, actinobacillosis, dan Haemophilus parasuis.
  3. Hemoragi /perdarahan: porcine dermatitis dan nephropathy syndrome, penyakit hemolitik pada bayi (babi) baru lahir, keracunan coumarin, thrombocytopenic purpura.
  4. Kerdil: Sindrom kelelahan multisitemik paca menyapih, enterotoxicosis, swine dysentery, kampilobakteriosis.
  5. Aborsi: Penyakit Aujeszky’s disease (pseudorabies virus) infeksi virus encephalomyocarditis, sindroma reproduksi dan sindrom pernapasan (babi), parvovirus.
  6. Gejala syaraf: viral encephalomyelitis, keracunan garam.
  7. Infeksi kongenital bersama ruminansia pestiviruses: Bovine virus diare, Border disease.
Diagnosa Laboratorium
Sampel:
Identifikasi agen. Metode pilihan untuk mendeteksi ternak pada awal infeksi adalah darah utuh (whole blood) dan jaringan dari beberapa hewan yang demam atau baru mati: Tonsil; Lympo nodus /Kelenjar getah bening (faring, mesenterika); limpa; ginjal; Ileum distal; Darah dalam EDTA atau Heparin (pada kasus hewan hidup). Dinginkan dan kirim ke laboratorium secepat mungkin.

Identifikasi Agen Penyakit:
Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) atau real time RT-PCR; Isolasi virus dalam kultur sel, dengan deteksi virus dengan imunofluoresensi atau immunoperoxidase. Identifikasi konfirmasi dengan antibodi monoklonal; Uji imunofluoresensi langsung pada bagian cryostat organ dari babi yang terdampak penyakit.

Tes /Uji Serologi:
Antibodi berkembang hanya selama minggu ketiga sejak sakit: kirim sera dari babi yang sembuh dan dari ternak yang kontak ketika > 3 minggu telah berlalu sejak dicurigai terjadi kontak. Serum juga harus diuji dari induk babi yang diduga terinfeksi bawaan. Antibodi bertahan selama hidup pada babi yang teregistrasi.

Metode berikut ini dapat digunakan untuk mendiagnosa secara serologis atau untuk surveillance /pemantauan penyakit, dan juga Uji yang ditentukan oleh OIE dalam skrining untuk kepentingan perdagangan internasional: 1. Neutralisation peroxidase-linked assay. 2. Fluorescent antibody virus neutralisation. 3. ELISA.

Virus neutralization tests (Uji netralisasi) dan ELISA tersedia. Karena virus ini noncytopathogenic dalam kultur, uji netralisasi memerlukan tahap immunolabeling tambahan. ELISA lebih cocok untuk uji serologi skala besar, yaitu, untuk Surveilance /pemantauan /pengawasan. Beberapa ELISA komersial dapat membedakan antibodi virus Classical swine fever dari Bovine viral diarrhea, meskipun pengujian konfirmasi disarankan dalam kasus yang meragukan. Beberapa metode ELISA dapat mendeteksi antibodi terhadap protein virus tertentu yang tidak hadir dari apa yang disebut “marker vaccines.” Seperti membedakan individu terinfeksi dari individu yang divaksinasi (DIVA) ELISA dikembangkan untuk mengidentifikasi babi terinfeksi virus lapangan dengan populasi divaksinasi dengan subunit vaksin komersial yang tersedia. Teknik ini belum banyak diterima untuk penggunaan di lapangan, dan DIVA ELISA memiliki sensitivitas agak rendah.

Uji Serologi adalah metode pilihan untuk menguji induk induk babi yang telah melahirkan sampai ke anak anak yang terinfeksi bawaan dan untuk skrining tes guna mengungkapkan virus, khususnya dalam populasi babi hutan dan populasi babi liar.

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
Pencegahan Dengan Sanitasi
Komunikasi yang efektif antara otoritas veteriner (Pemerintah yang mengurusi bidang kehewanan), dokter hewan praktisi dan peternak babi; Sistem pelaporan penyakit yang efektif; Kebijakan impor yang ketat untuk babi hidup, semen (sperma) babi, daging babi segar dan daging babi asap; Pengkarantina terhadap babi sebelum masuk ke dalam peternakan; Sterilisasi yang efisien (atau larangan) dari makanan limbah menjadi makanan babi; Kontrol yang efisien pada tanaman yang diberikan; Surveilans serologi terstruktur ditargetkan untuk babi indukan dan babi hutan; Identifikasi babi yang efektif dan sistem pencatatan; Langkah-langkah hygiene (kebersihan) yang efektif melindungi babi piaraan dari kontak (bersinggungan) dengan babi hutan.

Pencegahan Dan Pengobatan Secara Medis
Tidak ada pengobatan yang menyembuhkan. Babi babi yang terkena harus dipotong dan bangkai bangkai dikubur atau dibakar.

Vaksinasi dengan modified live virus adalah efektif untuk mencegah kerugian di negara-negara di mana Hog kolera adalah enzootik (selalu ada kasus), tetapi tidak mungkin, sendiri, untuk menghilangkan infeksi sepenuhnya. Di negara-negara yang bebas dari penyakit ini, atau di mana pemusnahan terhadap penyakit ini sedang berlangsung, vaksinasi biasanya dilarang.

Tindakan untuk kejadian outbreak (wabah): Pemotongan semua babi di peternakan yang terkena dampak; Pembuangan bangkai yang aman, alas kandang, dll; Desinfeksi menyeluruh; Penetapan zona terinfeksi, dengan mengontrol pergerakan (perpindahan) babi; Investigasi epidemiologi secara rinci, dengan menelusuri sumber-sumber (hulu /up-stream) yang mungkin dan kemungkinan penyebaran (hilir /down-stream) infeksi; Surveillance (pemantauan) zona terinfeksi, dan daerah sekitarnya.

Tindakan pencegahan di Peternakan: 1. Jika peternakan babi anda di negara di mana Hog kolera merupakan penyakit yang endemik atau di mana ada risiko tertular Hog kolera lakukan vaksinasi secara rutin pada ternak babi anda jika vaksinasi diperbolehkan (oleh Pemerintah setempat). Ini akan sangat mengurangi kemungkinan kontaminasi. 2 Virus Hog kolera tidak menyebar sama mudahnya seperti beberapa infeksi virus lainnya (misalnya Transmissible gastroenteritis /TGE dan Foot and Mouth disease /FMD /Penyakit Mulut dan Kuku /PMK). Tidak seperti PMK, penyakit Hog kolera ini tidak bersifat windborne (airborne /penularan lewat udara). Namun demikian penerapan tindakan biosekuriti sederhana harus tetap dilakukan untuk pencegahan penyakit pada hewan ternakan. 3. Jika Hog kolera terdapat di negara anda tindakan pencegahan penting termasuk mengurangi pengunjung untuk meminimalisasi, mengambil tindakan pencegahan terhadap kontaminasi dari kendaraan, dan tidak membiarkan produk daging babi dekat dengan ternak babi. 4. Setiap ternak babi pengganti datang (dimasukkan) ke lokasi (peternakan) harus berasal dari sumber yang dikenal aman dan harus dikarantina. Di beberapa daerah penyakit hog kolera telah menjadi bersifat sangat ringan dan menyebar tanpa bisa dikenali. 5. Bangunan kandang babi harus dilindungi dari hewan hewan liar, terutama babi hewan liar dan babi hutan.

***Penulis: drh. Giyono Trisnadi – dari berbagai sumber

English Version

HOG CHOLERA (Classical Swine Fever)

Classical swine fever (CSF), also called swine fever or hog cholera is  serious and often fatal viral disease of swine. Characterized by high fever and exhaustion.Hog Cholera is a highly contagious viral disease of pigs caused by a Pestivirus from the Flaviviridae familly. Clinically, it is indistinguishable from African swine fever and can cause very serious losses.
Hog Cholera is one of the most economically-damaging pandemic viral diseases of pigs in the world. Many governments take it very seriously and adopt strict control policies, which include compulsory vaccination or slaughter and eradication policies.
Virulence of disease is related to strain of virus isolate, age of pig and immune status of herd. Virus is highly contagious. Acute disease is still the prevalent form in younger animals, with subacute and chronic forms often observed in older animals.

EPIDEMIOLOGY
Occurence
CSF is present in Europe, east and central Africa, Mexico, other central American countries, most of South America. It is also very present in the Indian sub-continent, China, east and south east Asia, (Korea, Indonesia, Philippines, Thailand, Vietnam).
In the region, the disease has been recorded in Australia (eliminated since 1962), French Polynesia (eliminated since 1972), New Zealand (eliminated since 1953) Northern Mariana (eliminated since 1968). These outbreaks resulted from imported pig meat or food refuse from ships being swill fed to pigs. 
List (oie) of countries by Hog Cholera disease situation, Disease never occurred in Afghanistan, Algeria, Angola, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh, Botswana, Brunei Darussalam, Burkina Faso, Central African Republic, Djibouti, Egypt, Falkland Islands (Malvinas), Fiji, French Guiana, Gabon, Greenland, Grenada, Guyana, Iran, Jamaica, Jordan, Kenya, Kiribati, Kuwait, Lesotho, Libya, Malawi, Maldives, Mali, Mauritania, Mozambique, New Caledonia, Nigeria, Oman, Palestinian Auton. Territories, Papua New Guinea, Qatar, Rwanda, Samoa, San Marino, Saudi Arabia, Senegal, Seychelles, St. Vincent and the Grenadines, Sudan,  Suriname, Swaziland, Tanzania, Togo, Tunisia, Turkey, United Arab Emirates, Vanuatu, Yemen, Zambia, Zimbabwe.       
Hog cholera disease absent during the report (to oie) period: Andorra 1975, Argentina 05/1999, Armenia 2006, Aruba  2013 (domestic animals) and 1993 (wild animals), Australia 1962, Austria 1997, Belarus 08/1995, Belgium 1997 (domestic) and 10/2002 (wild), Belize 03/1988, Bosnia and Herzegovina 12/2007  (domestic) and 01/2002 (wild), Brazil 08/2009, Bulgaria 07/2008 (domestic) and 12/2009 (wild), Burundi 2010, Canada 1963, Chad 2013, Chile 08/1996, Chinese Taipei 06/2005, Costa Rica 07/1997, Croatia 05/2009 (domestic) and 11/2008 (wild), Cyprus 1967, Czech Republic 1997 (domestic) and 01/11/1999 (wild), Denmark 1933, El Salvador 09/2008, Eritrea 2013, Estonia 01/1994, Finland 1917, Former Yug. Rep. of Macedonia 11/2008 (domestic) and 01/06/2008, France 2002 (domestic) and 05/2007, French Polynesia 1972, Georgia 1984, Germany 29/11/2006 (domestic) and 07/2009 (wild), Ghana 2013, Greece 07/1985, Hungary 05/1993 (domestic) and 10/2009 wild), Iceland 1953, Ireland 1958, Israel 04/2009 (domestic) and 2010 (wild), Italy 09/2003, Japan 1992, Kazakhstan 2013, Korea (Rep. of) 04/2009, Kyrgyzstan 06/1991, Lithuania 17/09/2011 (domestic) and 12/2009 (wild), Luxembourg 08/2003, Malaysia 06/2010, Malta 1967, Mauritius 2002, Mexico 2009, Micronesia (Federated States) 2011, Moldova 08/2002, Montenegro 01/06/2007, Netherlands 03/1998, New Zealand 1953, Niger 2013, Norway 1963, Poland 09/1994, Portugal 1985, Reunion (France) 2013, Romania 2008, Sao Tome and Principe 2012, Serbia 03/2011, Sierra Leone 2013, Singapore 1989(domestic) and  04/2012 (wild), Slovakia 2008, Slovenia 05/1996, Somalia 2012, South Africa 08/2007, Spain 05/2002, Sri Lanka 2013, Sweden 1944, Switzerland 12/1993 (domestic) and 09/1999 (wild), Syria 2013, Tajikistan 1991, Ukraine  01/1996 (domestic) and 07/2001 (wild), United Kingdom 11/2000, United States of America 1976, Uruguay 11/1991.
List (oie) of countries by Hog Cholera disease situation, demonstrated clinical disease: Bhutan 2013, Cambodia Jan - Jun, 2014, Cuba Jul - Dec, 2013, Ecuador Jul - Dec, 2013, Haiti Jul - Dec, 2013, Indonesia Jul - Dec, 2013, Myanmar Jul - Dec, 2013, Nepal Jul - Dec, 2013, Philippines Jan - Jun, 2013, Thailand Jul - Dec, 2013, Vietnam Jan - Jun, 2014, China (People's Rep. of) Jan - Jun, 2013, India Jan - Jun, 2013, Peru Jul - Dec, 2013.

Hosts
Pigs and wild boar are the only natural reservoir of classical swine fever virus. All feral and wild pigs, including European wild boar, are susceptible. Collared peccaries were susceptible in one study, but recovered in 10 days.

Transmission
Mainly by the oral and oronasal routes, via direct or indirect contact; Direct contact between animals (secretions, excretions, semen, blood); Spread by farm visitors, veterinarians, pig traders; Indirect contact through premises, implements, vehicles, clothes, instruments and needles; ‘Neighbourhood effect’ during outbreaks in areas of high pig farm density: airborne transmission over short distances (up to 1 km in one study); Insufficiently cooked waste food fed to pigs: most common means of entry into free countries; Transplacental infection: may create inapparent carrier piglets or congenital abnormalities; Wild boar populations may harbour virus; domestic pigs in the affected area are at a high risk; and biosecurity is crucial.

Sources of agent
Blood, secretions and excretions (oronasal and lachrymal discharges, urine, faeces and semen) and tissues of sick or dead animals, including meat; Congenitally infected piglets are persistently viraemic and may shed the virus for 6–12 months before dying; Infection routes: ingestion (most common), contact with the conjunctiva or mucous membranes, skin abrasions, genital transmission, artificial insemination, percutaneous blood transfer.

AETIOLOGY
Classification Of The Causative Agent
Group: Group IV ((+)ssRNA), Family: Flaviviridae, Genus: Pestivirus, Species: Classical swine fever virus.

Resistance To Physical And Chemical Action
1. Temperature: Readily inactivated by cooking: heating meat to 65.5°C for 30 minutes or 71°C for one minute. Survives months in refrigerated meat and years in frozen meat. Some strains are partially resistant to moderate heat (56°C).
2. pH: Stable at pH 5-10. Rapidly inactivated at pH <3.0 or pH >11.0.
3. Chemicals/Disinfectants: Susceptible to ether, chloroform, ß-propiolactone (0.4%). Inactivated by chlorine-based disinfectants, cresol (5%), sodium hydroxide (2%), formalin (1%), sodium carbonate (4% anhydrous or 10% crystalline, with 0.1% detergent), ionic and non-ionic detergents, and strong iodophors (1%) in phosphoric acid.
4. Survival: Moderately fragile and does not persist in the environment. Sensitive to drying
and ultraviolet light. Survives well in pens during cold conditions (up to 4 weeks in winter). Survives 3 days at 50°C and 7-15 days at 37°C. Survives in meat during salt curing and smoking for 17 to >180 days depending on the process used. Virus persists 3–4 days in decomposing organs and 15 days in decomposing blood and bone marrow.

DIAGNOSIS
Incubation period is 2–14 days. Clinical form varies with the strain of virus, the age/susceptibility of pigs and the occurrence of other pathogens in the herd (herd health status).
The first line of diagnosis is performed by the veterinarian in the field. As clinical signs are not necessarily typical, differential and laboratory diagnosis generally follow.

Signs
Acute form:
More virulent virus strains and/or younger pigs); Fever (41°C); Anorexia, lethargy; Severe leucopenia; Multifocal hyperaemia and/or haemorrhagic lesions of the skin; Conjunctivitis; Enlarged, swollen lymph nodes; Cyanosis of the skin especially of extremities (ears, limbs, tail, snout); Transient constipation followed by diarrhoea; Vomiting (occasional); Dyspnoea, coughing; Ataxia, paresis and convulsion; Pigs huddle together; Death occurs 5–25 days after onset of illness
Mortality in young pigs can approach 100%.
Chronic form:
less virulent virus strains or partially immune herds; Dullness, capricious appetite, pyrexia, diarrhoea for up to 1 month; Ruffled appearance of pigs; Growth retardation; Apparent recovery with eventual relapse and death within about 3 months.
Congenital form:
Outcome depends on virulence of virus strain and stage of gestation; Fetal death, resorption, mummification, stillbirth; Abortion;  Congenital tremor, weakness; Runting and poor growth over a period of weeks or months leading to death; Born clinically normal but persistently viraemic with no antibody response: important intermittent shedders of virus until dying in 6–12 months (late onset form).
Mild form:
Usually older animals; outcome depends on virulence of virus strain; Transient pyrexia and inappetence; Recovery and (lifelong) immunity.

Lesions
Acute form:
Lesions are usually complicated by secondary infections; Leucopoenia and thrombocytopenia; Enlarged haemorrhagic lymph nodes are common; Widespread petechiae and ecchymoses, especially in the skin, lymph nodes, epiglottis, bladder, kidney and rectum; Severe tonsillitis with necrotic foci sometimes occurs; Multifocal infarction of the margin of the spleen is characteristic (nearly pathognomonic but occurs infrequently with currently circulating strains); Lungs may be congested and haemorrhagic; Encephalomyelitis with perivascular cuffing is common.
Chronic form:
Lesions are usually complicated by secondary infections; ‘Button’ ulcers in the caecum and large intestine mucosa; Generalised depletion of lymphoid tissue; Transverse striations of unmodelled growth cartilage at costochondral junctions in growing pigs; Haemorrhagic and inflammatory lesions are often absent.
Congenital form:
Central dysmyelinogenesis, cerebellar hypoplasia, microencephaly, pulmonary hypoplasia, hydrops and other malformations.

Differential Diagnosis
(Varies with form of the disease)
1. African swine fever (indistinguishable clinico-pathologically. It is essential to send samples for laboratory confirmation.
2. Septicaemias: erysipelas, eperythrozoonosis, salmonellosis, streptococcosis, pasteurellosis, actinobacillosis, and Haemophilus parasuis.
3. Haemorrhage: porcine dermatitis and nephropathy syndrome, haemolytic disease of the newborn, coumarin poisoning, thrombocytopenic purpura.
4. Runting: post weaning multisystemic wasting syndrome, enterotoxicosis, swine dysentery, campylobacteriosis.
5. Abortions: Aujeszky’s disease (pseudorabies virus), encephalomyocarditis virus infection, porcine reproductive and respiratory syndrome, parvovirus.
6. Nervous signs: viral encephalomyelitis, salt poisoning.
7. Congenital infection with ruminant pestiviruses: Bovine virus diarrhea, Border disease.

Laboratory Diagnosis
Samples:
Identification of the agent. Method of choice for detecting herds early in infection is to collect whole blood and tissues from multiple febrile or recently dead animals: Tonsil; Lymph nodes (pharyngeal, mesenteric); Spleen; Kidney; Distal ileum; Blood in EDTA or Heparin (live cases). Refrigerate and ship to laboratory as quickly as possible.
Identification Test Of The Agent:
Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) or real time RT-PCR; Virus isolation in cell culture, with virus detection by immunofluorescence or immunoperoxidase. Confirmatory identification with monoclonal antibodies; Direct immunofluorescence test on cryostat sections of organs from affected pigs.
Serological Tests:
Antibodies develop only during the third week of illness: submit sera from convalescent pigs and from contact herds when >3 weeks have elapsed since suspected contact took place. Serum should also be tested from sows with suspected congenitally infected litters. Antibodies persist for life in recorded pigs.
The following may be used for serological diagnosis or surveillance, and are also tests prescribed by the OIE for screening for international trade: 1. Neutralisation peroxidase-linked assay. 2. Fluorescent antibody virus neutralisation. 3. ELISA.
Virus neutralization tests and ELISA are available. Because the virus is noncytopathogenic in culture, the neutralization test requires an additional immunolabeling stage. The ELISA is more suited to large-scale serology, ie, for surveillance. Some commercial ELISA can distinguish classical swine fever from bovine viral diarrhea virus antibodies, although confirmatory testing is advised in cases of doubt. Some ELISA methods can detect antibodies to a specific viral protein that is absent from so-called “marker vaccines.” Such a differentiating infected from vaccinated individuals (DIVA) ELISA was developed for identifying pigs infected with field virus among a population vaccinated with a commercially available subunit vaccine. The technique has not as yet found much acceptance for field use, and the DIVA ELISA has rather low sensitivity.
Serology is the method of choice for testing sows that have given birth to congenitally affected litters and for screening to reveal the virus, in particular in wild boar and feral pig populations.

PREVENTION AND CONTROL
Sanitary Prophylaxis
Effective communication between veterinary authorities, veterinary practitioners and pig farmers; Effective disease reporting system; Strict import policy for live pigs, pig semen, and fresh and cured pig meat; Quarantine of pigs before admission into herd; Efficient sterilisation (or prohibition) of waste food fed to pigs; Efficient control of rendering plants; Structured serological surveillance targeted to breeding sows and boars; Effective pig identification and recording system; Effective hygiene measures protecting domestic pigs from contact with wild boar.

Medical Prophylaxis
No treatment is possible. Affected pigs must be slaughtered and the carcases buried or incinerated.
Vaccination with modified live virus strains is effective in preventing losses in countries where classical swine fever is enzootic, but is unlikely, on its own, to eliminate infection entirely. In countries which are free of disease, or where eradication is in progress, vaccination is normally prohibited.
Response to outbreaks: Slaughter of all pigs on affected farms; Safe disposal of carcasses, bedding, etc.; Thorough disinfection; Designation of infected zone, with control of pig movements; Detailed epidemiological investigation, with tracing of possible sources (up-stream) and possible spread (down-stream) of infection; Surveillance of infected zone, and surrounding area.
On-farm precautions: 1. If you farm in a country where CSF is endemic or where there is a risk of CSF occurring consider routinely vaccinating your herd if vaccination is allowed. This will greatly reduce the possibility of contamination. 2.  CSF virus does not spread as readily as some other viral infections (e.g. TGE and FMD). Unlike FMD it is not windborne. Thus the conscientious application of simple biosecurity measures should keep it out of the herd. 3. If CSF is in your country important precautions include reducing visitors to a minimum, taking precautions against contamination from vehicles, and not allowing pig meat products near any pigs. 4. Any replacement pigs coming on to the premises should come from known safe sources and should be quarantined. In some areas the disease has become very mild and spread can go unrecognised. 5. Pig buildings should be protected from stray animals, particularly wild pigs and boars.
*** By: Giyono Trisnadi, DVM - From Many References.

Tidak ada komentar:

PENTING UNTUK PETERNAKAN: