EPIDEMIOLOGI
Kejadian Penyakit
Kejadian Penyakit
Tidak
ada laporan bahwa BSE pernah terjadi di Indonesia, angka kejadian BSE di dunia telah rendah, dan
di negara-negara Eropa (Austria, Belanda, Belgia, Denmark, Finlandia, Inggris,
Italia, Perancis, Polandia, Portugal, Jerman Spanyol, swedia, switzerlandia), Canada
dan Amerika juga telah rendah, tapi adalah baik jika setiap peternak di
Indonesia tahu tentang penyakit ini. BSE adalah penyakit fatal dan euthanasia
dengan alasan kesejahteraan diperlukan. Penyakit ini sangat merugikan petani
baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena jika penyakit ini terdeteksi
dari bahkan satu hewan sekalipun maka akan membuat masyarakat takut makan
produk produk hewan yang dimaksud.
Hospes
(Inang)
Bovidae
(sapi, nyala, kudu besar, kijang, dan banteng), Felidae (kucing, cheetah, puma,
kucing hutan dan harimau), dalam percobaan bisa menular ke sapi, babi, domba,
kambing, tikus, cerpelai, kera marmoset dan kera makaka.
Cara
Penularan
- BSE terjadi sebagai akibat dari paparan diet pemberian bahan pakan yang mengandung tepung daging dan tulang (MBM) yang terinfeksi.
- Tidak ada kasus BSE yang telah tercatat sebagai akibat dari penularan iatrogenik (artinya penularan akibat perlakuan oleh petugas atau dokter hewan seperti ekplorasi rektal yang tidak steril dan tidak legeartis dll), namun berpotensi.
- Ada beberapa bukti dari risiko maternal pada anak sapi lahir dari induk sapi yang terkena dampak. Mekanisme biologis yang terlibat tidak diketahui, tetapi efek ini tidak signifikan dalam epidemiologi tersebut.
- Tidak ada bukti penularan horizontal antara sapi BSE.
Sumber
virus
System
saraf pusat (termasuk mata) pada kasus klinis terpengaruh secara alami. Pada
sapi percobaan yang diinfeksi, infektiktifitasnya terdeteksi pada distal ileum
yang diduga terkait dengan jaringan lymphoreticular.
ETIOLOGI
Klasifikasi
agen penyebab penyakit
Suatu
agen penularan (bukan konvensional) yang mirip dengan penyebab penyakit scrapie
pada hewan domba dan kambing. Secara hipotesa disebut prion untuk menunjukkan
protein menular, karena sebagian protease resisten isoform dari inang protein,
PrP, adalah satu satunya makromolekul yang terdeteksi sehubungan dengan
infektifitasnya.
Ketahanan terhadap tantangan fisik dan kimia
- Temperatur: Awet dengan pendinginan dan pembekuan. Inaktivasi fisik yang dianjurkan adalah dengan memakai autoklaf pada suhu 134 -138 derajat C selama 18 menit (kisaran suhu ini mungkin tidak sepenuhnya menonaktifkan)
- pH: Stabil pada rentang pH yang lebar.
- Desinfektan: Sodium hypochlorite mengandung sediaan chlorine 2 %, atau sodium hydroxida, Aplikasikan lebih dari 1 jam pada suhu 20 derajat C, untuk permukaan atau peralatan.
- Ketahanan hidup: Rekomendasikan dilakukan langkah-langkah dekontaminasi dimana mengurangi titer tetapi mungkin kurang efektif jika berkenaan dengan titer tinggi material, ketika agen terlindung dalam bahan organik kering, atau dalam jaringan diawetkan dengan fiksasi aldehyde. Bertahan dalam jaringan post-mortem setelah berbagai proses perubahan. Terkait scrapie hamster invektivitasnya di tanah selama 3 tahun dan panas kering selama 1 jam pada suhu setinggi 360 derajat C.
DIAGNOSIS
Masa
inkubasi 4 - 5 tahun.
Diagnosa
klinis
Bovidae
- Subakut atau kronis, gangguan progresif (berkembang dari waktu kewaktu)
Tanda klinis utama adalah neurologis:
- Perasaan takut, takut, mudah kaget, atau depresi.
- Hyper-aesthesia (Sensitivitas yang berlebihan terhadap semua stimulus /rangsangan) atau hyper-refleksia (reflek yang berlebihan).
- Pergerakan adventisia (nama suatu lapisan bagian dari Jaringan): fasikulasi (gerakan lembut) otot, tremor (gemetar) dan myoclonus (kedutan otot).
- Gaya berjalan ataksia (inkoordinasi), termasuk hypermetria (tidak mampu menghentikan gerakan pada tempat yang dituju).
- Disfungsi syaraf otonom: berkurang memamah biak, bradikardia (denyut jantung kurang dari normal) dan terubahnya ritme jantung.
- Pruritus (sensasi rasa ingin menggaruk), terjadi juga tetapi biasanya bukan ciri khusus.
- Kehilangan berat badan
Bovidae
(Kebun binatang)
Mirip
dengan sapi ternakan tetapi beberapa kasus dengan angka kejadian yang mendadak
naik dan dengan perkembangan yang sangat cepat.
Kucing
Gejala
awal sering berperilaku (timidity: takut bergaul atau agresif). Ataksia
(inkoordinasi) adalah gejala yang perkembangannya paling konsisten.
Lesi
·
Secara garis
besar pada pemeriksaan post mortem tidak ada perubahan.
- Pada banyak kasus, gejala menciri spongiformencephalopathy terlihat.
Differential
diagnosa
- Hypomagnesaemia
- Nervous ketosis
- Enchephalic listeriosis and other enchephalides
- Polioencephalomalacia or cerebro-cortical necrosis
- Intra-cranial tumour
Diagnosa
laboratorium
Identifikasi
agen penyakit
- Tidak ada tes diagnostik yang tersedia untuk agen BSE.
- Bioassay jaringan otak dari sapi tersembuhkan yang terkena dampak atau species lain dengan inokulasi parenteral tikus adalah satu-satunya metode yang saat ini tersedia untuk deteksi od (optis densitas) infektivitas. Hal ini tidak praktis karena masa inkubasi minimal mendekati 300 hari.
Tes
Serologis
- Tidak adanya respon detectableimmune di BSE atau spongiform encephalopathies menular lain menghalangi tes serologi.
Tes
lain
- Pemeriksaan histopatologi.
- Pemeriksaan dengan microschope elektron.
Sampel
- Sebaiknya mengambil seluruh otak, batang otak atau medula sesegera mungkin setelah kematian untuk pemeriksaan hispathologi.
- Sumsum tulang belakang Segar atau medulla caudalis (3 g) untuk deteksi Prion Protein, dibekukan sesegera mungkin.
KONTROL
DAN PENCEGAHAN
Tidak
ada pengobatan yang efektif dan tersangka harus dibunuh dengan suntikan
mematikan untuk menghindari kerusakan sampel jaringan otak untuk diagnosis.
Pencegahan
dengan cara sanitasi
- Negara bebas BSE
o
Target
surveilance patologis untuk kejadian penyakit neurologis klinis
o
Perlindungan pada
importasi spesies ruminansia hidup dan produk mereka.
o
Kebijakan dan
prosedur untuk impor embrio
- Negara dengan kasus pada sapi
o
Pemotongan
dan kompensasi untuk pemastian kasus
o
Pengendalian daur
ulang protein sapi
o
Identifikasi efektif
dan penelusuran ternak
Pencegahan
dengan cara medis
Pekerja
laboratorium penanganan jaringan hewan BSE-tersangka harus mengenakan pakaian
pelindung yang tepat dan praktek pengamatan yang serius untuk menghindari
paparan agen yang sangat tahan terhadap banyak perlakuan fisik dan kemis. BSE
tidak menular, sehingga penanganan laboratorium bertujuan terutama untuk
menghindari kecelakaan iatrogenik, tereksposnya mata atau hidung.
*** Penulis Drh Giyono Trisnadi - dari berbagai sumber
English version
BOVINE
SPONGIFORM ENCEPHALOPATHY (BSE)
EPIDEMIOLOGY
Occurrence
There is no report that BSE ever occur in Indonesia, BSE Incedence in the world has been low, and in European countries (Austria, Netherland, Belgium, Denmark, Finland, UK, Italy, France, Polandia, Portugal, Germany, Spain, sweden, switzerland), Canada dan Amerika has also been reduced occurrence, but better if every breeder in Indonesia know about this disease. BSE is a fatal disease and euthanasia on welfare grounds is necessary. This disease is very detrimental to farmers either directly or indirectly. Because if the disease is detected from the even one of animals it will make people afraid to eat the animal products wich it meant.
Host
Bovidae
(domestic cattle, nyala, greater kudu, oryx, and bison), Felidae (domestic cat,
cheetah, puma, ocelot and tiger), experimentally transmissible to cattle, pigs,
sheep, goats, mice, mink, marmosets and macaque monkeys.
Transmission
- BSE occurs as a reseult of dietary exposure to feedstuffs containing infected meat and bone meal (MBM).
- No cases of BSE have been recorded as a result of iatrogenic transmission, but this potential means.
- There is some evidence of a maternally associat risk for calves born to affected cows. The biological mechanisms involved are unknown, but this effect is insignificant in the epidemiology.
- There are no evidence of horizontal transmission of BSE between cattle.
Sources
of virus
Central
nervous ystem (including eye) of naturally occuring Clinically affected cases.
Infectivity detected in the distal ileum of experimentally infected cattle is
presumed associated with lymphoreticular tissues.
AETIOLOGY
Classification
of causative agent
An
unconventional transmissible agent closely similar to that causing scapie of
sheep and goats. Hypothetically termed
aprion to denote an infectious protein, because a partially protease
resistant isoform of a normal host protein, PrP, is the only detectable
macromolecule associated with infectivity.
Resistance
to physical and chemical action
- Temperature : Preserved by refrigeration and freezing. Recommended physical inactivation is porous load autoclaving at 134 - 138 degree C for 18 minutes (this temperature range may not completely inactivate)
- pH : Stable over a wide range of pH.
- Disinfectants : Sodium hypochlorite containing 2 % available chlorine, or r N sodium hydroxide, applied for > 1 hour at 20 degree C, for surfaces, or equipment.
- Survival : Recommended decontamination measures will reduce titres but may be incompletely effective if dealing with high titre material, when agent is protected within dried organic matter, or in tissue preserved in aldeyde fixative. Survives in tissue post-mortem after a wide range of rendering processes. Related hamster scrapie infectivity in soil for 3 years and dry heat of 1 hour at temperature as high as 360 degree C.
DIAGNOSIS
Mean
incubation period is 4 - 5 years.
Clinical
diagnosis
Bovidae
·
Subacute or
chronic, progressive disorder
- The main clinical sign are neurological:
- Apprehension, fear, increased startle, or depression
- Hyper-aesthesia or hyper-reflexia.
- Adventitial movements: muscle fasciculations, tremor and myoclonus.
- Ataxia of gait, including hypermetria.
- Autonomic dysfunction: reduced rumination, bradycardia and altered heart rhytm.
- Pruritus, seen inscapie, occur also but is not usually a prominent sign.
- Loss of body weight and condition
Zoo
bovid
Similar
to cattle but some cases have sudden onset and very rapid progression.
Cats
Initial
signs frequenly behavioural (timidity or agression). Ataxia is most consistent
progressive sign.
Lesion
- There are no gross post-mortem changes.
- A characteristic spongiformencephalopathy is present in most cases
Differential
diagnosis
- Hypomagnesaemia
- Nervous ketosis
- Enchephalic listeriosis and other enchephalides
- Polioencephalomalacia or cerebro-cortical necrosis
- Intra-cranial tumour
Laboratory
diagnosis
Identification
of the agent
- There is no available diagnostic test for the BSE agent.
- Bioassay of brain tissue of terminally affected cattle or other pecies by parenteral inoculation of mice is the only method currently available for detection od infectivity. This is impractical because of minimum incubation periods approaching 300 days.
Serological
test
- The absence of detectableimmune respon in BSE or other transmissible spongiform encephalopathies precludes serological test.
Other
test
- Histopathological examination
- Examination by electron microschope
Samples
- Preferably take whole brain, in a country experiencing initial cases or low incidence and brain stem or medulla (dependent upon BSE incidence in country) as soon as possible after death for hispathological examination.
- Fresh cervical spinal cord or caudal medulla (3 g) for PrP detection, frozen as soon as possible after death.
PREVENTION
AND CONTROL
There
is no effective treatment and clinically suspect cases must be killed by lethal
injection to avoid damage to brain tissue sampled for diagnosis.
Sanitary
prophylaxis
·
Free country
o
Targeted
pathological surveilance to occurences of clinical neurological disease
o
Safeguards on
importation of live ruminant species and their product.
o
Policy and
procedures for importation of embryos
·
Country with
cases in cattle
o
Slaugter and
compensation for ascertain ment of cases
o
Control of
recycling of mammalian protein
o
Effective
identification and tracing of cattle
Medical
prophylaxis
Laboratory
worker handling the tissues of BSE-suspect animals should wear appropriate
protective clothing and observe astrick code of practice to avoid exposure to
the agent which is higly resistant to physical and many chemical treatments.
BSE is not contagious, therefore laboratory handlinga aims primarily to avoid
accidental iatrogenic, ocular or oronasal exposures
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar