Di negeri ini ada lebih dari 230 juta mulut
manusia yang perlu makan tiap harinya. Bahan makan tentu saja dari hasil
pertanian: baik itu berupa hasil tetumbuhan, ternakan dan ikan. Ini untuk
mencukupi kebutuhan energi, protein, vitamin dan mineral yang diperlukan setiap
manusia tersebut. Sayangnya kecepatan pertumbuhan jumlah manusia di negeri ini
tidak diikuti dengan pertumbuhan hasil pertanian yang memadai.
Negeri ini mengalami kemunduran, Ini bukan sebuah provokasi karena tolok ukurnya sangat jelas dan pasti yaitu jumlah impor komoditas pertanian kita semakin hari semakin bertambah banyak, baik jenis dan jumlah kuantitasnya.
Negeri ini mengalami kemunduran, Ini bukan sebuah provokasi karena tolok ukurnya sangat jelas dan pasti yaitu jumlah impor komoditas pertanian kita semakin hari semakin bertambah banyak, baik jenis dan jumlah kuantitasnya.
Fakta di atas mengidentifikasikan bahwa negeri ini
semakin tidak memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan pangan untuk
masyarakatnya sendiri, jadi tidak salah
kalau kita katakan nilai ketahanan
pangan kita rendah. Pantaslah kita
sebagai masyarakat bertanya kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai
hal ini. Apa saja yang sudah di kerjakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) beserta
jajarannya berserta Badan Ketahanan Pangan?
Tentu Kementan akan marah bila dikatakan tidak bekerja dan hanya makan gaji buta saja sehingga terjadi kemunduran. Kita percaya sungguh, kalau Kementan telah bekerja keras tetapi fakta menunjukkan bila memang hasil pekerjaannya tidak effektif kalau tidak mau dibilang gagal.
Kalau kita tengok sebenarnya beberapa Direktorat teknis di
Kementan mempunyai program yang berhubungan dengan masalah ini seperti program
swasembada padi, jagung, kedelai, daging sapi dll. Dan secara khusus Kementan
telah memiliki Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan diartikan
sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap
saat di semua daerah, mudah memperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang
terjangkau. Tetapi hasilnya kita semua sudah tahu... semua program dan institusi sepertinya mati gaya...
Kegagalan kegagalan pelaksanaan program Kementan bisa
disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah adanya kesalah program itu
sendiri yang disebabkan oleh kesalahan data sehingga mengakibatkan terjadi
kesalah strategi dan program yang dibuat oleh Kementan. Semua orang tahu betapa
pentingnya data, tetapi biasanya orang meremehkan pekerjaan pengumpulan dan
penyajian data. Semestinya bila penyajian dan pengumpulan data ini masuk dalam
suatu kesisteman (Program komputer online) dalam suatu lembaga. Apakah kemetan
sudah memiliki data yang bisa diandalkan yang dihasilkan dari suatu sistem
program komputerisasi yang online yang apabila diperlukan tinggal menekan
keperluan datanya apa dan klik enter semuanya tersedia...?
Sensus Pertanian 2013 beberapa kali diiklankan di
telivisi. Badan Pusat Statistik (BPS)
akan menyelenggarakan Sensus Pertanian (SP) 2013, biayanya sebesar 1,3 trilun (warta
ekonomi on line 13 mei 2013) dari
informasi di sini sensus dilakukan untuk memperoleh data lengkap dan akurat
terkait sektor pertanian. Seluruh rumah tangga yang berkaitan dengan aspek
pertanian dan rumah tangga yang bergerak dalam subsektor pertanian disensus
mulai awal Mei 2013. Dari sensus ini akan didapatkan gambaran berapa rumah
tangga yang bergerak di sektor pertanian seperti berapa laki-laki dan perempuan
juga lahan dan tanaman. BPS juga akan melakukan pendataan secara rinci terkait
pendapatan petani per tahun. Bahkan di 2014 BPS akan mendata ongkos yang
dikeluarkan petani. Sensus pertanian dilakukan periodik setiap 10 tahun sekali.
Sensus Pertanian 2013 oleh BPS tentu akan
mengasilkan suatu data. Bila penyensus cermat dan dijawab dengan jujur maka
akan didapat data yang valid. Bila ada salah satu pihak yang tidak jujur maka akan didapat data yang tidak valid.
Validitas hasil sensus tidak hanya disebabkan oleh faktor kejujuran saja namun
oleh banyak hal seperti jumlah penyensus, luas wilayah, rentang waktu sensus,
jumlah data, variabel dll. Contoh untuk menyensus jumlah ayam potong dalam
suatu kandang hasilnya akan berlainan bila dilakukan sensus hari ini dan hari
lain bisa jadi hari ini jumlahnya 15.000 ekor seminggu kemudian kandang tersebut
bisa jadi jumlahnya 0 ekor atau kosong. Atau sebaliknya, hal ini bisa terjadi karena
ayam potong hanya dipelihara dalam 30 hari kemudian dipotong.
Secara umum pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut 1. Mengumpulkan data dengan kuisioner atau angket.
2. Dengan interview, 3. Observasi. 4 dokumentasi. Anggaran 1,3 trilun untuk
sensus pertanian oleh BPS tentu saja sudah ada hitung-hitungannya karena
dilakukan dengan hunting (perjalanan dinas dll) dengan kuisioner dan interview,
dengan harapan hasilnya nanti (Data) dapat dipakai oleh Pemerintah atau
siapapun yang membutuhkan. Kita tidak membahas dana 1,3 triliun digunakan apa
saja oleh BPS. Namun bila dana itu untuk membuat suatu sistem jaringan dan
program komputer dalam kementan kiranya cukup untuk mendapatkan
data apa saja yang dibutuhkan dari dinas terkait beserta jajaran petugas
dilapangan.
Sungguh menggelikan Pemerintah
- BPS memakai cara menyelesaikan
pekerjaaan jaman batu di jaman internet, tentu saja memerlukan biaya besar, biaya
1,3 triliun tuk Sensus Pertanian mungkin kurang....
*** Penulis: drh. Giyono Trisnadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar