PENYAKIT ANTHRAX PADA HEWAN


EPIDEMIOLOGI

Kejadian Penyakit
Anthrax adalah suatu penyakit pada hewan menyusui dan manusia, yang disebabkan oleh spora bakteri yang disebut Bacillus anthracis, Anthrax telah dan hampir menyebar di seluruh dunia dan bersifat penyakit zoonosis, yang berarti bisa ditularkan dari hewan ke pada manusia. Anthrax merupakan penyakit yang indemik di Indonesia, kejadian sporadis di seluruh negara mengikuti kondisi lingkungan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur telah dilaporkan terjadi wabah anthrax pada hewan ternak pada tahun 2011 dan sebelumnya.

Inang / Hospes:
  • Hewan memamah biak seperti sapi, domba dan kambing.
  • Kuda.
  • Babi.
Cara Penularan:
  • Melalui kontak langsung maupun tidak langsung
  • Anthrax masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan (Ingesti), Paru paru (inhalasi) atau kulit (cutaneouse).
  • Walaupun kejadiannya jarang, tetapi mungkin anthrax masuk ke dalam tubuh dengan cara penularan mekanik / tidak langsung. Gigitan lalat dan serangga lain yang mungkin membawa anthrax stadium vegetatip.
Sumber dari bacteri:
  • Kotoran dari pencernaan. Hewan biasanya terinfeksi oleh spora yang berasal saluran pencernaan,  seperti melalui pakan atau  air yang terkontaminasi. Spora dapat termakan langsung dari tanah melalui hewan saat merumput atau dari pakan yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi.
  • Ingus atau leleran dari mulut.
  • Darah atau daging/jaringan yang terinfeksi sebelum atau setelah munculnya gejala klinis.
  • Kulit hewan yang terinfeksi, rambut atau bulu, kulit telah disamak atau tanah yang terkontaminasi. Manusia dapat terinfeksi anthrax dari barang barang ini.
  • Bangkai.
PENYEBAB PENYAKIT
Klasifikasi Dari Agen Penyebab Penyakit:
Baccillus anthracis adalah bakteri gram positip, di dalam tubuh hewan atau manusia dia adalah bakteri yang bersifat aerob.

bakteri anthrax









Ketahanan terhadap tantangan pisik dan kimia:
  • Temperature:     Spora bakteri tidak aktip dalam pemanasan basah pada suhu 100 ºC - 120 ºC selama 15 menit, tidak aktip dalam pemanasan kering pada suhu 140 ºC selama 3 jam dan 150 ºC selama 15 menit.   Anthrax bentuk vegetatip mati dengan pemanasan 58 ºC selama 15 menit.
  • pH:  Spora tidak tahan terhadap pH tinggi.
  • Bahan kimia:  Tidak aktip oleh sodium hydroxide 5 % selama 1,5 jam.
  • Disinfectants: Peka terhadap desinfektan golongan oksidasi seperti peroxides, ethylene oxide, chlorine dioxide.
  • Ketahanan hidup: Spora tetap bertahan hidup selama 50 tahun atau lebih di tanah.
DIAGNOSA
Masa inkubasi adalah 3 - 7 hari, dengan kisaran 1 - 14 hari atau lebih.

Diagnosa Klinis:
Jalan masuknya penyakit menjadi ciri khas gejala klinis (pada manusia dan hewan):
1. Anthrax tipe penafasan/paru-paru (pneumonic, respirasi, atau inhalasi) (biasanya pada manusia):
  • Anthrax tipe inhalasi adalah fatal , dengan angka kematian mendekati 100 %.
  • Demam tinggi, gelisah, susah bernafas, kegagalan bernafas, kejang, mati.
2.  Anthrax tipe pencernaan (pad manusia dan hewan):
  • Infeksi pencernaan dapat diobati tetapi angka kematiannya biasanya  adalah 25 - 60 % tergantung dari pengobatan yang segera datang atau lambat.
  • Demam, gelisah, tidak ada nafsu makan, diare, kejang, mati.
3.  Anthrax tipe kulit (biasanya pada manusia):
  • Anthrax tipe kulit adalah bentuk yang kurang fatal jika diobati. Tetapi tanpa pengobatan mendekai 20 % kasus infeksi bentuk kulit menimbulkan  toksemia dan mati.
  • Infeksi antrax pada kulit terlihat seperti luka bakar yang pada akhirnya membentuk ulcer dengan warna hitam di tengahnya.

Bentuk gejala anhrax juga tergantung dari kefatalan infeknya (pada heawan):
1.  Bentuk Perakut.
Demam tinggi (40 - 42 ºC) hewan tiba-tiba sukar bernapas, gemetaran dan mati. bentuk ini terjadi paling sering pada hewan yang masih muda.

2.  Bentuk Akut.
·         Demam tinggi (40 - 42 ºC).
·         Hewan gelisah, susah bernafas dan diare berdarah.
·         Detak jantung lemah.
·         Hewan kejang dan segera mati.

3.  Bentuk Kronik.
Bentuk kronis biasanya jika anthrax menginfeksi babi.

Gejala klinis juga tergantung dari jenis hewannya:
1.  Sapi, domba.
Jalannya rasa sakit barangkali kurang dari 1- 2 jam. Gejala klinis, seperti demam di atas 41 ºC, gemetaran pada otot, pernafasan tertekan, kejang, sering pergi tidak diketahui. Setelah mati terdapat perdarahan dari lubang alami, pembengkakan yang cepat, kurangnya rigor mortis, dan menunjukkan tidak terjadi pembekuan darah. Kegagalan pembekuan darah sehubungan dengan toksin yang dilepaskan oleh bakteri anthrax.

2.  Kuda.
  • Anthrax pada kuda dan binatang yang sejenisnya adalah akut lamanya 96 jam, gejala klinis tergantung dari bagaimana infeksi terjadi.
  • Jika infeksi pada kuda sehubungan dengan termakanya spora, gejala: seperti pada sapi, septikemia, demam, kolik dan radang usus.
  • Jika infeksi sehubungan dengan gigitan nyamuk (trasnmisi mekanik) menciri dengan panas lokal, rasa sakit, bengkak, dan pembengkakan di bawah kulit pada lokasi gigitan yang disebarkan ke tenggorokan, bawah leher, dasar dada, perut, kelenjar susu. Kuda ini barangkali demam dan susah bernafas sehubungan dengan kebengkakan di kerongkongan atau kolik bila berhubungan dengan usus.
3.  Babi, anjing dan kucing.
Tidak ada nafsu makan, biasanya memperlihatkan kebengkakan yang menciri pada lymponodes di leher. Yang menyebabkan susah menelan dan bernafas karena termakannya bakteri.

Luka yang menciri:
  • Keluarnya darah dari lubang alami, kebengkakan yang cepat, kurangnya kekakuan otot setelah kematian /rigor mortis, dan memperlihatkan tidak adanya pembekuan darah.
  • pembesaran semua kelenjar lymphe
  • Pembesaran karkas yang kaku
Diagnosa banding:
1.     Peracute blackleg.
2.     Malignant edema.
3.     Bacillary hemoglobinuria.
4.     Hypomagnesemic tetany.
5.     Enterotoxaemia

Diagnosa Laboratorium:

1.     Identifikasi pada agent openyakit:
  • Bacterial culture.
  • Ascoli test.
  • Immunofluorescent test.
  • Blood smear.
  • Polymerase chain reaction (PCR)
2.     Test Serologis
  • Enzyme-lingked immunosorbent assay (ELISA)
Sampel:
  • 1 - 2 ml darah segar dalam botol media kultur darah.
  • 1 - 2 ml darah segar dalam botol ADTA.
  • Leleran hidung atau mulut atau swab hidung atau pharing dalam amies transport media (dengan atau tanpa charcoal).
  • Swab dari luka kulit atau cairan lepuh (masukkan dalam transport media bakteri umum)
  • Isi usus.
  • Kirim semua specimen ke laboratorium pada suhu kamar
PENCEGAHAN DAN KONTROL
  • Pencegahan dengan vaksinasi.
Pencegahan dengan cara Sanitasi:
  • Isolasi dari hewan yang sakit dan hewan yang pernah kontak dengan yang sakit.
  • Musnahkan bangkai.
  • Disinfeksi.
  • Lindungi daerah bebas.
Pencegahan dengan cara medis:
  • Vaksin.
  • Umumnya  menggunakan vaksin aktip.
Pengobatan medis:
Pengobatan infeksi anthrax adalah dengan dosis besar antibiotik oral, golongan fluoroquinolone, seperti ciprofloxacin, doxycycline, erythromycin, vancomycin or penicillin. Pada banyak kasus pengobatan dengan anti biotik yang segera adalah penting sekali untuk mencegah kemungkinan kematian.

*** Penulis: drh. Giyono Trisnadi - dari berbagai sumber


English Version

ANTHRAX

EPIDEMIOLOGY
Anthrax is a disease of mammals and human, is cause by a spore-forming bacterium called Bacillus anthracis, Anthrax has and almost wordwide distribution and is a zoonotic disease. Meaning it may spread from animals to humans. Anthrax is endemic in the Indonesia, occuring sporadically throughout the country as environmental condition allow. West Java, Central Java, Yogyakarta, South Sulawesi And East Nusatenggara have reported outbreak of Anthrax at livestock in 2011 and before.

Host:
  • Ruminants such as cattle, sheep, and goat.
  • Horse.
  • Swine.
 Transmission:
  • By direct or indirect contacts.
  • Anthrax enter the body through intestine (ingestion), lungs (inhalation), or skin (cutaneous).
  •  Although rare, it is posible anthrax enter the body by mechanical transmission. Bites flies and other insects that may harbor vegetativ anthrax.

Sources of bacterium:
  • Ingesting. Animals are usually infected by ingesting soilborne spore, such as in contaminated food or water. Spore can be picked up directly from the soil through grazing or from feed grown on infected soil.
  • mucus, sputum.
  • Blood and all tissues are infectious before/after the appearance of clnical signs.
  • Infected Animal hides, fur, wool, leather or contamined soil. Human also can infected antrax by this material.
  • cadaver.

AETIOLOGY

Classification of causative agent:
Baccillus anthracis is gram positive bacteria, in body of animal or human it is aerobbic bacteria.

bakteri anthrax









Resistance to physical and chemical action:
  • Temperature: Bacterium spore inactivated by moist heat at 100 ºC to 120 ºC for 15 minutes, inactivated by dry heat at 140 ºC for 3 hours and 150 ºC for 15 minutes.
  • Vegetative form anthrax killed by heating to 58 ºC for 15 minutes.
  • pH: High pH is unfavourable for spore survival.
  • Chemical: Inactive by sodium hydroxide 5 % for 1,5 hours.
  • Disinfectants: Susceptible to disinfectants oxidizing agents such as peroxides, ethylene oxide, chlorine dioxide.
  • Survival: spore remains viable for 50 year or more in soil.

DIAGNOSIS

Incubation period is typically 3 - 7 days, with a range of 1 - 14 days. or more.

Clinical diagnosis:

Site of entry cause tipe of Clinical symtom (in human and animal):
1.  Pulmonary (pneumonic, respiratory, or inhalation) anthrax (usually in human):
  • Inhalation anthrax is fatal, with near 100 % mortality.
  • High fever, nervous, dyspnea/ difficult breathing, respyratotry collapse, convultion, death.
2.  Gastrointestinal  anthrax (in human and animal):
  • Gastrointestinal infections can be treated but usually result in fatality  rates of 25 - 60 % depending upon how soon treatement commences.
  • Fever, nervous, annorexia (lost appetite), diarrhea, convultion, death.
3.  Cutaneous (Skin) anthrax (usually in human):
  • Cutaneous anthrax is least fatal form of anthrax infection if treated. But without treatment approximately 20 % of all cutaneous skin infection cases may progress to toxemia and death.
  • Skin anthrax infection shows up as boil like skin lesion that eventually form an ulcer with black centre.
Form of anthrax symtom also depend on fatality of infection (in animals): 
1.  Peracute form
  •  High fever (40 - 42 ºC) animal suddenly dyspnea (out of breath), tremor and death. This form occurs in highly susceptible young animals.
2.  Acute form
  • High Fever (40 - 42 ºC).
  • Animals nervous, difficult to breath and bloody diarrhoea.
  • Heartbeat is low.
  • Animal spasm then soon death.
3.  Chronic form
  • Chronic symtom usually if antrax infect to swine.
Clinical sign also depend on kind of animal:
1.  Cattle, sheep.
The course of illnes may last about 1 - 2 hours. Clinical sign, as such fever up to 41 ºC, muscle tremors, respiratory distress, and convultions, often go unnoticed. After death, there may be bloody discharges from the natural opening of the bloody, rapid bloating, a lack of rigor mortis, and presence of unclotted blood.This failure of blood to clot is due to toxin released by bacteria anthracis.
2.  Horse
  • Anthrax in horses and related animals is acute and last up 96 hours, clinical manifestations depend upon how the infectation occured.
  • If infection in horse due to ingestion of spore, as in cattle, septicemia, fever, colic, and enteritis are prominention
  • In infection due to insect bite introduction (mechanical transmission) is characteristized by localized hot, painful, edematous, and subcutaneous swelling at the bite location that spread to the throat, lower neck, floor or the thorax, abdomen, prepuce, mammary gland . These horses may have a high fever and dyspnea due to swelling of the throat or colic due to intestinal involvment.
3.  Swine, dog and cat
Annorexia, usually show a characteristic swelling of neck secondary to regional lymph node involvment. which causes dysphagia and dyspnea following ingestion of the bacteria.

Lesion:
  • Bloody discharges from the natural opening of the bloody, rapid bloating, a lack of rigor mortis, and presence of unclotted blood.
  • Enlarged all of lymph gland.
  • Enlarge and stiff of carcass.
Differential diagnosis:
  • Peracute blackleg.
  • Malignant edema.
  • Bacillary hemoglobinuria.
  • Hypomagnesemic tetany.
  • Enterotoxaemia
Laboratory diagnosis

Identification of the agent:
  • Bacterial culture.
  • Ascoli test.
  • Immunofluorescent test.
  • Blood smear.
  • Polymerase chain reaction (PCR)
Serological test:
·         Enzyme-lingked immunosorbent assay (ELISA)

 Samples:
  • 1 - 2 ml of whole blood submitted in blood culture bottle.
  • 1 - 2 ml of whole blood submitted in EDTA (purple top) tube.
  • Sputum or A pharyngeal or nasal swab submitted in amies transport media (with or without charcoal).
  • Swab or aspirate of cutaneous lesion or vesicular fluid (collect in ordinary bacteriology transpor media.
  • Intestinal contents.
  • Transport all specimen to the laboratory at room temperature.

PREVENTION AND CONTROL
  • Prevention by vaccination.
Sanitary prophylaxis:
  • Isolation of sick and in contact animals.
  • Destruction of cadavers.
  • Disinfection
  • protection of free zone
Medical prophylaxis:
  • Vaccine.
  • The commonly used vaccine is an active vaccine.
Medical treatment:

The treatment for anthrax infection is large doses of intravena or oral antibiotic, such as fluoroquinolones, like ciprofloxacin, doxycycline, erythromycin, vancomycin or penicillin. In many cases early antibiotic propylaxis treatment is crucial to prevent posible death.

Ø  Carefully there are many diseases that be able to contagious to the people (Zoonosis)
Ø  Keep animal health and environment health  the meaning  is build people health
Ø  References: oie, etc and job experience

******

Tidak ada komentar:

PENTING UNTUK PETERNAKAN: