EPIDEMIOLOGI
Kejadian Penyakit
Kejadian Penyakit
Jauh beberapa waktu yang
lalu (sebelum 1984) di Indonesia pernah terjadi wabah penyakit PMK tetapi sejak beberapa saat kemudian
Indonesia telah terbebas dari penyakit ini. Oleh karena itu para peternak
jangan terlalu kawatir dengan penyakit ini. Namun demikian PMK adalah penyakit
yang endemik di sebagian Asia, Afrika, Asia timur tengah dan Amerika Selatan
(terdapat wabah yang sporadik di daerah bebas). Oleh karena itu PMK harus
selalu kita waspadai. Penyakit ini adalah penyakit paling menular dari penyakit
penyakit hewan lain, dengan kerugian ekonomi yang sangat berarti. Dengan
tingkat kematian yang rendah pada hewan dewasa, tetapi sering dengan tingkat
kematian yang tinggi pada hewan muda.
Inang /Hospes:
Bovidae (sapi, sebu, kerbau, yak, /bangsa sapi),
domba, kambing, babi, semua ruminansia liar dan golongan babi liar. Camelidae
(unta, lama, /bangsa unta).
Cara
Penularan:
- Kontak langsung maupun tidak langsung (droplet).
- Vektor hidup (manusia dll).
- Bukan vektor hidup (mobil, peralatan dll).
- Tersebar melalui angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di darat dan 300 km di laut).
Sumber virus:
- Hewan hewan yang terkena baik yang terinkubasi maupun klinis.
- Leleran mulut, leleran hidung, tahi dan air kencing, susu dan sperma (diatas 4 hari sebelum gejala klinis).
- Daging dan produknya yang ber pH di atas 6,0.
- Karier: sebagian sapi atau kerbau hewan sembuh dan yang tervaksin (virus tahan di oropharynk di atas 30 bulan di sapi atau lebih lama di kerbau, 9 bulan di domba), kerbau afrika adalah tempat tinggal alami dari serotype SAT.
ETIOLOGY
Klasifikasi
agen penyebab penyakit:
- Virus tipe A dari family Picornaviridae, genus Aphthovirus.
- Tujuh serotype immunology: A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, Asia 1
Ketahanan terhadap tantangan
pisik dan kimia:
- Temperatur: Tertekan oleh pendinginan ataupun pembekuan dan sangat tidak aktif pada temperatur di atas 50 derajad Celsiuc.
- pH: Tidak Aktif pada pH <6.0 atao >9.0.
- Desinfektan: Tidak aktif oleh sodium hydroxide (2 %), sodium carbonate (4 %), and citric acid (0,2 %). Resistant terhadap iodophores, quaternary mmonium compounds, hypoclorite and phenol, khususnya pada bahan organik.
- Daya tahan hidup: Hidup di kelenjar limpa dan bone marrow pada suhu netral, tetapi lemah pada otot ketika pH < 6.0 setelah rigor mortis. Bisa tahan di alam di atas satu bulan tergantung pada temperatur dan kondisi pH.
DIAGNOSIS
Masa inkubasinya 2 – 14 hari.
Diagnosa
klinis:
Sapi.
- Perexia, anorexia, menggigil, penurunan produksi susu untuk 2 - 3 hari, kemudian:
- Menggosokkan bibir, mengeretakkan gigi, leleran mulut, suka menendangkan kaki: disebabkan oleh vesikula membran mukosa hidung dan bukal dan antara kuku.
- Setelah 24 jam: vesikulanya ruptur setelah terjadi erosi.
- Vesikula bisa juga terjadi pada kelenjar susu.
- Rekoveri umumnya terjadi antara 8 – 15 hari.
- Komplikasi: Erosi di lidah, superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen, myocarditis, aboersi kematian pada hewan muda, kehilangan berat badab permanen, kehilangan kontrol panas..
Domba dan kambing.
Lesi kurang terlihat. Lesi kaki barangkali tidak
terlihat. Lesi pada sekitar gigi domba. kematian pada hewan muda.
Babi.
Mungkin berkembang beberapa
sebagian lesi kaki ketika dikadangkan di tempat keras. Kematian tinggi anak
babi adalah kejadian yang frekwen.
Lesi:
- Vesikula atau lepuh pada lidah, sela gigi, gusi, pipi, palatum molle dan palatum durum, bibir, nostril, moncong, koronary band, puting, ambing, moncong, ujung kuku, sela antar kuku.
- Lesi setelah kematian pada dinding rumen, lesi di miokardium, sebagian hewan muda (tiger heart).
Diagnosa banding:
- Vesicular Stomatitis
- Swine vesicular disease
- Vesicularn exanthema of swine
Diagnosa Laboratorium.
Identifikasi agen penyakit:
- ELISA
- Complement fixation test
- Isolation virus: inokulasi dari kelenjar tyroid bangsa sapi, babi, sapi dan sel ginjal domba: inokulasi BHK-21 dan sel IB-RS: inokulasi pada tikus.
Test
serologis:
- ELISA
- Virus neutralisation test
Sample:
- 1 g jaringan dari kelupasan (bukan) dari vesikula. Sampel epithel dapat ditempatkan media transport dengan pH 7,2 – 7,4 dan jaga tetap dingin.
- Kumpulkan cairan esophagus – pharynk sebagai sampel bisa pada suhu beku dibawah 40 derajad Celsius.
PENCEGAHAN
Pencegahan
dengan cara Sanitasi:
- Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan dan surveilance.
- Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan hewan yang kemungkinan kontak dengan PMK.
- Desinfeksi aset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju dll).
- Musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
- Tindakan karantina.
Pencegahan dengan cara
medis:
- Vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant.
- Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang mewabah.
*** penulis: drh Giyono Trisnadi - dari berbagai sumber.
English Version
Long time ago in Indonesia was occur out break of
FMD but in lates time Indonesia was Free from FMD, therefore the breeders do
not necessery worry to this disease. However FMD is endemic in part of Asia,
Africa, the Midle east and South Amirica (Sporadic Outbreaks in free areas).
One of the most contagious animal diseases, with important economic losses. Low
mortality rate in adult animals, but often high mortality in young due to
myocarditis.
Host:
Bovidae (catle, Zezebus, domestic buffaloes, yaks),
sheep, goats, swine, all wild ruminants and suidae. Camelidae (camels,
dromedaries, llamas, vicunas) have low susceptibility.
Transmission:
- Direct or indirect contact (droplets)
- Animate vectors (humans, etc)
- Inanimate vector (Vehicles, implements)
- Airborne, especially temperate zones (up to 60 km overland and 300 km by sea)
Sources of virus:
- Incubating and clinically affected animals
- Breath, saliva, faeces, and urine, milk and semen (up to 4 days before clinical sign)
- Meat and by-products in wich pH has remained above 6.0
- Carriers: particularly cattle and water buffalo: convalescent animals and exposed vaccinates (Virus persists in the oropharynx for up to 30 months in the cattle or longer in buffalo, 9 moths in sheep). African buffalo are major maintenance host of SAT serotypes
AETIOLOGY
Classification of
causative agent:
- A virus of the family Picornaviridae, genus Aphthovirus
- Seven immunologically distinct serotypes: A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, Asia 1
Resistance to physical
and chemical action:
- Temperature: Preserved by refrigeration and freezing and progressively inactivated by temperatures above 50 degree C.
- pH: Inactived by pH < 6.0 or > 9.0
- Disinfectants: Inactivated by sodium hydroxide (2 %), sodium carbonate (4 %), and citric acid (0,2 %). Resistant to iodophores, quaternary mmonium compounds, hypoclorite and phenol, especially in the presence of organic matter.
- Survival: Survives in lymph nodes and bone marrow at neutral pH, but destroyed in muscle when is pH < 6.0 i. e. after rigor mortis. Can persist in contaminated fodder and the environment for up to 1 moth, depending on temperature and pH conditions.
DIAGNOSIS
Incubation period is 2 - 14 days.
Clinical diagnosis:
Cattle.
- Perexia, anorexia, shivering, reduction in milk production for 2 - 3 days, then:
- Smacking of the lips, grinding of the teeth, drooling, lameness, stamping of kicking of the feet: caused by vesicles (aphthae) on buccal and nasal mucous membranes and/or between the claws and coronary band
- After 24 hours: rupture of vesicles leaving erosions
- vesicles can also occur on the mammary glands
- Recovery generally occurs within 8 - 15 days
- Complication: tongue erosions, superinfection of lesions, hoof deformation, mastitis and permanent impairment of milk production, myocarditis, abortion, death of young animals, permanent loss weight, loss of heat control ('panters')
Sheep and Goats.
Lesions are less pronounced. Foot lesions may go
unrecognised. Lesion in dental pad of sheep. Agalactia in milking sheep and
goats is a feature. death of young stock.
Pigs.
May develop severe foot lesions particularly when
housed on concrete. High mortality in piglets a frequent occurrence
Lesion:
- Vesicles or blisters on the tongue, dental pad, gum, cheek, hard and soft palate, lips, nostrils, muzzle, coronary band, teats, udder, snout of pigs, corium of dewclaws and interdigital spaces.
- Post-mortem lesion on rumen pillars, in the miocardium, particularly of young animals (tiger heart)
Differential diagnosis:
- Vesicular Stomatitis
- Swine vesicular disease
- Vesicularn exanthema of swine
Laboratory diagnosis.
Identification of the
agent:
- ELISA
- Complement fixation test
- Virus isolation: inoculation of primary bovine thyroid and primary pig, calf and lamb kidney cells: inoculation of BHK-21 and IB-RS cells ines: inoculation of mice
Serological test:
- ELISA
- Virus neutralisation test
Samples:
- 1 g of tissue from unruptured or recently ruptured vesicles. Ephithelial samples should be placed in a transport medium wich maintains a pH of 7.2 - 7.4 and kept cool.
- Oesophageal-pharyngeal fluid collected by mean of a probang samples should be a frozen to below - 40 degree C
PREVENTION AND CONTROL
Sanitary prophylaxis:
- Protection of free zones by border animal movement control and surveilance
- Slaughter of infected, recovered, and FMD susceptible contact animals
- Desinfection of premises and all infected material (implements, cars, clotheed, etc)
- Destruction of cadaver, litter, and susceptible animal product in the infected area
- Quarantine measures
Medical prophylaxis:
- Inactivated virus vaccine containing an adjuvant
- immunity 6 months after two initial vaccinations, 1 moth apart, depending on the antigenic relationship between vaccine and outbreak strains.
Ø
Carefully there are many diseases that be able to
contagious to the people (Zoonosis)
Ø
Keep animal health and environment health the meaning
is build people health
Ø
References: oie, etc and job experience
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar