Karena
saya ini orang kampung “wong ndeso” maka saya juga akrab dengan orang kampung,
dan dengan mereka bergaul dan bersosialisasi. Suatu saat ketika berkunjung ke
tempat “saudara” saya yang tidak beruntung (miskin) yang kebetulan baru ngumpul
lengkap satu keluarga, di ruangan sempit yang pengab dan penuh asap rokok yang
mengepul saya tanya mereka:
“Wah
kayaknya masak besar, masak apa ini”?
“Hanya sayur sama tempe goreng aja Mas” Jawab
mereka.
”Sekali
sekali sama telur kan”? Tanya saya
”Ga
pernah makan telur apalagi daging Mas, kalo ga tempe-tahu ya ikan asin ato
kerupuk saja, kecuali ada yang ngasih ato ada rejeki nomplok, Jawab ”saudara
saya" sang bapak sambil kempas-kempus ngisap rokoknya.
Prihatin
perasaan saya mendengar hal ini, dan yang lebih membuat saya prihatin adalah
”saudara” saya ini tidak kuat beli telur 1 kg setiap minggu tuk anak istrinya,
tapi kuat beli rokok 2 bungkus setiap hari tuk dirinya sendiri. Kalau nanti
anaknya menderita gizi buruk tentu yang disalahkan hanyalah keadaan (Dan
merokoknya jalan terus).
Bagi
perokok, tidak orang kaya tidak orang miskin bisa menghabiskan rokok antara 1 –
3 bungkus sehari, atau bahkan lebih pada suatu saat tertentu. Bahkan menurut
data BPS orang miskin membelanjakan rokok lebih banyak dari pada orang kaya.
Ini fakta yang sangat ironis dan memprihatinkan.
Tidak
gampang menerangkan atau mengajak saudara-saudara kita perokok walaupun
golongan orang miskin (Orang kecil/kaum lemah) ini untuk berhitung. Coba
seandainya merokoknya dikurangi dalam satu hari satu bungkus saja, uang yang
biasanya untuk beli 1 bungkus rokok itu kemudian untuk beli telur misalnya,
atau beli buku untuk sekolah anaknya maka keluarganya setidak-tidaknya
mendapatkan gizi yang cukup dan tambahan modal pendidikan. Namun kenyataannya
kebanyakan dari mereka akan keberatan membagi jatah 1 bungkus saja dari jatah
2-3 bungkus uang rokoknya untuk keperluan lain buat anak isterinya sendiri.
Sungguh
egois......
Kebanyakan
dari kita memang nilai matematikanya jeblok, tidak saja orang kecil bahkan
orang besar dan pintarpun tidak bisa berhitung dengan benar. Biasanya
untuk perkalian perkalian saja kita ini
jago, nilainya bisa mencapai 10 (Sepuluh), tetapi kalau untuk pembagian
nilainya 0 (nol besar).
Sungguh
menyedihkan......
Kalau
dihitung dari sisi kesehatan, merokok sangat merugikan baik bagi perokok
sendiri maupun bagi orang lain yang ikut mengisap asap rokok dari para perokok.
Merokok dapat merusak paru-paru, jantung, kehamilan, janin dan..... membunuh
sperma.
Sungguh
kasihan para istri dan anak perokok, selain jatah hidupnya sudah dikurangi
(Atau dikorupsi) bapaknya untuk merokok, mereka secara tidak sengaja diracuni
oleh bapaknya sendiri dengan asap rokoknya. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi
sejak dari kandungan (Janin) anak-anaknya telah diracuni sehingga kalupun bisa
lahir dengan normal, wajar kalau menjadi anak yang bodoh karena otak dan banyak
organ tubuhnya telah rusak dari dalam kandungan.
Apakah
ini bentuk korupsi dalam rumah tangga?......
Dan
bagi pasangan suami istri yang belum punya anak harus ingat bahwa dari
penelitian terakhir ternyata rokok dapat membunuh sperma.....
Amit
- amit deh......
Bila
sepertiga saja dari belanja rokok orang - orang dinegeri ini dialihkan untuk
beli telur atau daging maka peternakan kita akan lebih bertumbuh karena
banyaknya permintaan telur atau daging. Pabrik rokok menjadi pabrik roti atau
pabrik pembuat tepung telur, petani tembakau beralih profesi menjadi
peternak., Alangkah indahnya hidup ini..............,
*** Penulis: drh. Giyono Trisnadi.