Berak darah adalah Keadaan keluarnya darah melalui anus, baik bersama feses (tinja /tai /kotoran) maupun darah segar saja. Darah ini bisa berasal dari perdarahan pada saluran pencernaan seperti lambung, usus, rektum, maupun dari anusnya. Kondisi hewan (ruminansia: sapi domba kambing) berak darah bisa disebabkan oleh tantangan fisik, kemis (kimiawi) maupun biologis.
Akibat dari berbagai tantangan ini bisa digolongkan menjadi 3 jenis berak darah: 1. Berak darah segar tanpa feses; 2. Berak darah segar menyertai feses yang keras (konstipasi); 3. Berak darah bersama feses lunak /encer yang berwarna merah sampai kehitaman, berbau busuk maupun sangat busuk (mencret /diare).
Penyebab
1. Tantangan Fisik:
a. Erosi Traumatik. Erosi ephitel akibat memasukkan tangan ke rectum saat melaksanakan Inseminasi buatan, Pemeriksaan kebuntingan dll, yang dilakukan dengan tehnik yang tidak benar bisa terjadi perdarahan (blooding) berupa darah segar tanpa disertai tinja atau bersama tinja.
b. Injury Traumatik. Luka tertusuk pada anus karena sebab tertentu (misal tersangkut paku /kawat) sehingga terjadi perdarahan berupa darah segar keluar dari anus tanpa disertai keluarnya tinja.
c. dll
2. Tantangan Kimiawi:
a. Hewan tidak sengaja
makan atau minum racun kimiawi.
a.1. Termakannya racun tikus jenis tertentu yang mengandung senyawa kimia Warfarin bisa menyebabkan pendarahan, racun tersebut termasuk racun antikoagulan. Adapun tanda lainnya jika keracunan racun tikus ini adalah mual, muntah dan diare, perdarahan gusi atau hidung, feses dan urine disertai darah. Dan bila parah menyebabkan kejang dan tidak sadarkan diri.
a.2. Termakannya racun herbisida arsenik (Ansar & motar) menyebabkan: Pertumbuhan berlebih pada epidermis, pengelupasan kulit, produksi cairan berlebih pada muka, kelopak mata dan pergelangan kaki, garis putih pada kuku, kehilangan kuku, rambut rontok, bercak merah pada membran mukosa. Kerusakan saluran pencernaan: radang mulut dan kerongkongan, perut rasa nyeri terbakar, haus, muntah, diare berdarah. Kerusakan sistem saraf pusat: pusing, sakit kepala, lemah, kejang otot, suhu tubuh turun, lamban, mengigau, koma, kejang-kejang.
b. Kesalahan Pakan.
b.1. Kesalahan Pakan. Akibat terlalu banyak Pakan konsentrat dengan pemberian air (intake) yang kurang, maupun pemberian pakan hijauan tua /kering saat musin kemarau dan kurang minum air bisa mengakibatkan Feses Keras dan menimbulkan konstipasi. Pada kondisi konstipasi, saat sapi berusaha mengeluarkan fesesnya dengan mengejan terlalu keras berulang ulang bisa melukai rectum dan menimbulkan perdarahan sehingga feses keras yang keluar akan disertai darah.
b.2. Kesalahan Pakan. Pakan dengan formulasi terlalu banyak kalsium (mineral) akan menghasilkan feses yang keras sehingga bisa menimbulkan Konstipasi sehingga bisa berakibat berak disertai darah.
c. dll
3. Tantangan biologis:
a. Virus:
a.1. Bovine Viral Diare (RNA virus). Infeksi yang berbentuk akut penyakit biasanya terjadi pada sapi muda umur 6 – 24 bulan. Tetapi kadang menyerang sapi muda kurang dari 6 bulan atau sapi dewasa lebih dari 2 tahun juga terserang. Masa inkubasi penyakit berjalan 1-3 minggu, gejala klinis yang biasa terlihat adalah turunnya produksi susu, kelesuan yang sangat, nafsu makan turun, dan temperatur tinggi 41 derajad Celsius, diare biasanya profuse dan berair, berbau busuk berisi mukus dan darah.
a.2. Malignant Catarrhal Fever /MCF (Herpes virus) atau biasa disebut penyakit Ingus jahat, Penyakit MCF secara umum dapat menyerang sapi dan hewan ungulata lainnya, termasuk bison, rusa dan babi. Urutan kepekaan hewan terhadap MCF berturut-turut adalah sapi Bali (Bos javanicus), sapi Bali persilangan, kerbau (Bubalus bubalis), sapi Ongole (Bos indicus) dan sapi Brahman (Bos taurus). Diagnosa MCF yang dilakukan hanya berdasarkan pada gejala klinis dan pasca-mati kurang tepat karena kasus sub-klinis dapat terjadi. Gejala klinis yang sering dijumpai berupa demam, eksudat kental dari mata dan hidung, kekeruhan kornea, diare sampai diare berdarah, pembengkakan limfoglandula superfi cial dan beberapa manifestasi gejala syaraf.
a.3. dll
b. Bakteri:
b.1. Escericia Coli.
Bakteri ini berbentuk batang termasuk bakteri Gram negatif dan tidak membentuk spora. Banyak menyerang ternak yang berumur muda seperti pada anak sapi, babi, domba, kambing. Enteric colibacillosis. Adalah bentuk penyakit dari E coli ini paling sering dijumpai pada anak sapi umur seminggu sampai 3 minggu. Feses encer atau serupa pasta, berwarna putih sampai kuning dan mengandung noda darah. Feses berbau tengik dan mengotori sekitar anus dan ekornya. Denyut nadi dan suhu tubuh naik mencapai 40,5°C. Penderita terlihat apatis, lemah, berhenti minum dan secara cepat mengalami dehidrasi. Pada palpasi perut ditemukan reaksi nyeri. Tanpa pengobatan, hewan bisa mati dalam waktu 3-5 hari. Pada kejadian colibacillosis jangan lupa untuk memperhatikan terhadap kemungkinan peradangan pusar dan jaringan sekitarnya.
b.2. Salmonella.
Ada lebih dari 1800 serotipe Salmonella ditemukan pada hewan dan manusia, termasuk hewan liar, reptilia, burung liar dan insekta. Salmonella adalah bakteri berbentuk batang langsing, Gram negatif. tidak membentuk spora, tidak berkapsel, bersifat motil kecuali S.pullorum dan S.gallinarum.
Semua spesies rentan
terhadap Salmonellosis. Derajat kerentanannya tergantung pada umur, kondisi
tubuh induk semang. Sapi dewasa yang menderita Salmonellosis akut akan
menampakkan gejala demam, lesu, kurang nafsu makan dan produksi susu menurun, diikuti
dengan diare, dimana feces encer mengandung darah dan lendir. Hewan yang sedang
bunting bisa abortus.
b.3. Clostridium.
b.3.i. Clostridium prefringens. Termasuk bakteri Gram positip, berbentik batang tunggal, non motil dapat membentuk kapsul, membentuk spora besar dan oval. Terdapat 6 tipe toksigenik yaitu A, B, C, D, E, F. Secara alami bakteri ini berada di tanah dan hidup sebagai microfloral normal usus pada hampir semua hewan berdarah panas.
Pada keadaan tertentu bakteri ini tumbuh cepat dan memproduksi sejumlah besar toksin /racun. Bisa menyerang sapi, domba kambing dan ruminansia lainya yang bersifat akut dan fatal. Gejala klinis yang menonjol yaitu: Kematian mendadak, paralisa, konvulsi, kolik, indigesti akut, diare (berdarah).
b.3.ii. Clostridum Novyi merupakan salah satu bakteri anaerob yang bersifat Gram positif berbentuk batang lurus dengan ujung tumpul, motil, membentuk spora oval dan terletak subterminal, tidak berkapsul. Infeksi primer terdapat pada usus dan ditularkan melalui rute fekal-oral. Spora Cl.novyi keluar dari usus dan masuk ke hati, tetap aktif sampai terjadi kerusakan dan tercipta kondisi anaerob bagi bakteri tersebut. Infeksi pada kulit, Cl.novyi menyebabkan nekrosis lokal dan kerusakan luas pada sistem mikrovaskuler yang mengakibatkan perdarahan subkutan dan menghitamkan kulit sehingga pada umumnya diberi nama Black Disease /“penyakit hitam”.
Black disease pada domba terjadi perakut, sering ditemukan domba dalam keadaan sudah mati tanpa gejala klinis. Hewan yang sakit terlihat bodoh dan mati dengan tenang dalam 1-2 jam setelah tanda pertama tampak. Sapi mungkin bertahan 1-2 hari sebelum akhirnya mati dengan tenang. Gejala spesifik tanda khas adalah demam tinggi dengan rasa sakit pada abdomen, pucat atau selaput lendir mengalami kekuningan/ikterik, feses berwarna merah darah sampai warna empedu dan terjadi hemoglubinuria. Kasus- kasus demikian diikuti dengan kematian.
b. 4. dll
c. Protozoa
c.1. Coccidia. Contoh Eimeria bovis, Protozoa ini masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan dapat hidup dalam kondisi dormant (suri) di tanah dan kotoran ternak selama 1 tahun. Ketika sampai di dalam usus, telur (oocyst) dari protozoa ini menetas dan berkembang biak. Menempel dan masuk ke dalam jaringan sel pada lapisan usus, menghambat pencernaan dan penyerapan makanan. Pada gejala subklinis tidak akan jelas kelihatan, biasanya ternak menderita dan mengurangi konsumsi pakan sehingga pertumbuhan terhambat. Pada Infeksi akut menyebabkan diare (biasanya disertai darah), depresi, kehilangan berat badan dan dehidrasi.
c.2. dll
d. Indoparasit
d.1. Cacing Nematoda. Cacing Oesophagostomum sp. termasuk nematoda gastrointestinal dan lebih spesifik digolongkan ke dalam cacing bungkul karena gejala yang tampak adalah timbul bungkul-bungkul di dalam kolon. Siklus hidup Oesophagostomum sp. langsung dan larva secara aktif merayap ke pucuk daun rumput yang di kemudian hari akan termakan oleh hewan.
Sapi dapat terinfeksi dengan menelan latva stadium ketiga ketika makan rumput. Larva masuk kedalam dinding usus halus dan usus besar, di tempat itu mereka menyilih menjadi larva stadium keempat dalam 5-7 hari, kembali ke lumen usus 7-14 hari sesudah infeksi, dan menyilih menjadi stadium dewasa di dalam usus besar 17-22 hari sesudah infeksi. Telur terdapat pada tinja 32-42 hari sesudah infeksi.
Gejala klinis akibat infestasi cacing ini tidak begitu jelas, namun hewan menjadi kurus, kotoran berwarna hitam, lunak bercampur lendir dan kadang-kadang terdapat darah segar. Jika dalam keadaan kronis, sapi memperlihatkan diare dengan feses berwarna kehitaman, nafsu makan menurun, kurus, anemia, hipoalbuminemia, hipoproteinemia dan busung.
d.2. dll.
Faktor
Predisposisi
Keadaan sebagai faktor pendukung
yang mempermudah dan mempercepat kejadian penyakit antara lain adalah: 1. Kandang
yang jarang dibersihkan sehingga feces menjadi lantai kandang yang becek
berair; 2. Kandang tidak pernah dilakukan desinfeksi; 3. Kadang tidak mendapat
sinar matahari; 4. Kandang yang fentilasinya kurang sehingga udaranya kurang
segar, pengab; 5. dll
Pencegahan
Untuk mengurangi terjadinya kasus berak darah yang dapat dilakukan adalah:
- Menjaga kebersihan lingkungan kandang.
- Secara rutin membersihkan kandang: tempat pakan, tempat minum, membersihkan lantai kandang dari feses dan sisa makanan yang tercecer.
- Mendesinfeksi kandang secara rutin setelah dibersihkan, minimal sebulan sekali.
- Menjaga isi kandang, diatur jangan sampai terlalu berdesakan /padat.
- Memotong secara benar dan memberi antiseptik pada tali pusar- hewan ternak yang baru lahir.
- Memberikan kolostrum paling lambat 3 jam pada ternak yang baru lahir.
- Memberikan pakan berkwalitas dan seimbang, dengan nutrisi yang cukup serta pola pemberian pakan yang baik.
- Pemberian obat cacing secara teratur setiap 3 bulan sekali.
- Jangan memasukkan hewan ternak berpenyakit (ternak kuron /kurus /sakit) pada kandang yang sudah bagus performancenya. Hindari memasukan ternak baru yang dibeli dari daerah yang sedang terjadi wabah penyakit.
- Apabila harus ada ternak baru, yang beli di pasar /dari kandang peternak lain, lakukan isolasi dikandang tersendiri untuk observasi kesehatannya (karantina) selama 14 hari untuk mencegah masuknya penyakit dan beri pakan sesuai dengan pakan dari kandang asalnya, perubahan pakan harus bertahap (untuk penyesuaian).
Penanganan
Kasus
Ternak dalam kondisi berak
darah dapat dilakukan penanganan sebagai berikut:
- Pisahkan hewan yang sakit dari hewan yang sehat pada kandang isolasi untuk dilakukan observasi dan pengobatan tersendiri.
- Beri pakan yang sesuai dengan kondisi, umur dan peruntukannya. Pakan yang berkualitas baik, pakan yang seimbang antara pakan butiran, konsentrat dan hijauannya, seimbang antara kebutuhan energi, protein, vitamin dan mineralnya.
- Lakukan pengobatan yang sesuai dengan penyebabnya
Pengobatan
Setelah dilakukan
diagnosa dan penyebabnya dapat diketahui dg pasti kemudian baru dilakukan
pengobatan (therapy) dengan prinsip pengobatan sebagai berikut: 1. Obati
(atasi) penyebab penyakitnya; 2. Ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya; 3.
Pulihkan kondisinya.
- Apabila diare berdarah karena bakteri dapat diberikan obat antibiotik yang tepat dengan jenis bakterinya atau antibiotik berspektrum luas (Oksitetrasiklin), ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya (antihistamin) dan pulihkan kondisinya (pemberian infus dan vitamin B komplek /B1bila diperlukan).
- Apabila diare berdarah karena cacing dapat diberikan obat cacing /antelmintika (albendazol, mebendazol, piperazin, pirantel dll) yang sesuai, ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya (antihistamin) dan pulihkan kondisinya (pemberian infus dan vitamin B komplek /B1bila diperlukan).
- Apabila diare berdarah karena protozoa seperti koksidiosis dapat diberikan antikoksidia seperti amprolium (AMPROLIN), toltrazuril (INTRACOX), ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya (antihistamin) dan pulihkan kondisinya (pemberian infus dan vitamin B komplek /B1bila diperlukan).
- Apabila diare berdarah karena infeksi virus tidak ada obat yg bisa mengatasi virusnya, maka usahakan ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya (antihistamin) dan pulihkan kondisinya (pemberian infus dan vitamin B komplek /B1b), dan bila perlu atasi inveksi sekundernya dengan pemberian antibiotik yang berspektrum luas (oksitetrasiklin).
- Apabila diare berdarah karena penyebab kimiawi (pakan beracun) ganti pakannya yang tercemar, ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya dengan memberi obat sesuai antidotanya atau obat penyerap racun (karbon /arang /norit) dan Pulihkan kondisinya (pemberian infus dan vitamin bila diperlukan).
- Apabila berak berdarah karena konstipasi (pakan kebanyakan kalsium, kekurangan air) ganti pakannya dengan pakan yang seimbang, ringankan penderitaannya dengan mengatasi gejala penyakitnya dengan memberi air yang cukup (sediakan air tidak terbatas pada tempat minumnya), beri perlakukan execise /jalan /keluarkan kandang barang 10 menit, atau mandikan /semprot air pada sapi (jaman dulu, sapi dimandikan di kali /berendam) agar badannya segar biasanya terapi ini cepat mengatasi masalah konstipasi.
Berak darah pada hewan ternak membutuhkan perhatian yang lebih, diperlukan diagnosa yang tepat dan pengobatan yang cepat yang sesuai dengan penyebabnya, Terlambatnya penanganan apalagi salah akibat salah diagnosa akan menumbulkan kerugian yang lebih besar.
Penulis: drh Giyono
Trisnadi, disarikan dari berbagai sumber dan dari Pengalaman penulis di
lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar