Sampai
akhir tahun 2014, ekspor produk sarang burung walet ke Tiongkok belum bisa
dilakukan secara langsung dan masih dalam negosiasi walaupun protokol kerjasama
sudah ditanda tangani sejak bulan April 2012. Beberapa hal yang menjadi
hambatan yaitu adanya masalah teknis yang belum disepakati antara lain terkait
dengan peninjauan ke rumah burung walet dan tempat proses oleh tim dari Tiongkok (CNCA)
******
PERKEMBANGAN
EKSPOR SARANG BURUNG WALET INDONESIA
TERKAIT
ADANYA ISU CEMARAN NITRIT
Heru
Susilo
Medik
Veteriner Muda
Pusat
Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
ABSTRAK
Sarang
burung walet dipercaya mempunyai banyak khasiat bagi kesehatan. Indonesia
merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Hampir sebagian
sarang burung walet yang dihasilkan diekspor ke luar negeri, terutama ke
Tiongkok. Adanya isu cemaran nitrit dan virus flu burung pada sarang burung
walet dari Indonesia membuat Tiongkok melarang sarang burung walet dari
Indonesia masuk ke Tiongkok. Hal ini mempengaruhi ekspor sarang burung walet
Indonesia secara global. Ekspor sarang burung walet Indonesia tidak bisa
langsung ke Tiongkok namun harus melalui negara ketiga. Pada tanggal 24 April
2012 telah ditandatangani Protokol yang telah disepakati bersama antara
Kementerian Pertanian RI dengan The General Administration of Quality
Supervision Inspection and Quarantine of the People’s Republic of China
(AQSIQ). Namun, ekspor sarang burung walet Indonesia langsung ke Tiongkok baru
dapat dilakukan pada tahun 2015atau 3 tahun sejak penandatanganan Protokol.
Ekspor sarang burung walet ke Tiongkok
menyumbang 2 % dari total ekspor sarang burung walet Indonesia.
Kata
kunci: sarang burung walet, nitrit, ekspor
I. PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Walet
(Collocalia fuciphaga) merupakan spesies burung yang membuat sarang dari air
liurnya (Novelina et al. 2010). Air liur walet dihasilkan oleh sepasang
kelenjar sublingualis (Lim dan Cranbrook 2002; Nguyen et al. 2002) yang
berukuran besar di sepanjang musim berkembang biak. Secara alami walet
bersarang di dalam gua-gua yang banyak terdapat di daerah berkapur. Selain di gua,
walet juga menempatkan sarangnya di dalam rumah-rumah yang memiliki kondisi
habitat mikro menyerupai gua. Rumah-rumah ini memiliki ruang yang gelap dengan
suhu 26-28o C dan kelembaban 85-98% (Mardiastuti et al. 1998).
Sarang
yang terbuat dari air liur burung walet dipercaya memiliki khasiat bagi
kesehatan (Kew et al. 2014; Ma dan Liu 2012) terutama oleh etnis Tionghoa
(Mardiastuti et al. 1998; Lim dan Cranbrook 2002; Nguyen et al. 2002). Hasil
analisis laboratorium membuktikan bahwa sarang walet mengandung zat-zat makanan
berkualitas tinggi (Marcone 2005). Sarang walet mempunyai kandungan protein
tinggi, lemak yang rendah, mineral dan asam lemak omega-6 tinggi yang
bermanfaat untuk kebugaran tubuh (Huda et al. 2008). Sarang walet dipercaya
dapat menjaga kesegaran tubuh, menyembuhkan penyakit pernafasan, meningkatkan
vitalitas, obat awet muda, dan memelihara kecantikan. Sebagian orang lagi
percaya bahwa sarang walet berkhasiat menghambat pertumbuhan kanker,
menghilangkan pengaruh alkohol dan meningkatkan konsentrasi (Mardiastuti et al.
1998) serta dapat menghambat infeksi virus influenza (Guo et al. 2006).
Indonesia
merupakan penghasil sarang walet terbesar di dunia. Ekspor Indonesia sudah
merambah ke berbagai negara, antara lain Hongkong, Vietnam, Malaysia, Thailand,
Singapura, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Sarang walet yang
diekspor meliputi sarang walet yang masih kotor atau belum dibersihkan maupun
sarang walet bersih yang sudah dibersihkan dari kotoran berupa bulu maupun
kotoran yang lain. Total produksi sarang burung walet Indonesia ± 80% dari
seluruh produksi dunia dengan produksi rata-rata lebih dari 100 ton per tahun.
Sampai
akhir tahun 2014, ekspor produk sarang burung walet ke Tiongkok belum bisa
dilakukan secara langsung dan masih dalam negosiasi walaupun protokol kerjasama
sudah ditanda tangani sejak bulan April 2012. Beberapa hal yang menjadi
hambatan yaitu adanya masalah teknis yang belum disepakati antara lain terkait
dengan peninjauan langsung ke rumah burung walet dan tempat proses sarang walet
oleh tim dari Tiongkok (CNCA) serta masalah kandungan nitrit (NO2) dalam sarang
walet yang ditetapkan maksimum 30 ppm. Direktur Jenderal Perdagangan Luar
Negeri Kementerian Perdagangan,
Bachrul
Chairi, menjelaskan alasan Tiongkok menolak produk sarang burung walet adalah
bahwa produk burung walet Indonesia saat ini tidak sesuai dengan standar
sehingga tidak dapat diterima dan produk burung walet Indonesia telah dicampur
dengan zat pewarna. Akibat dari ditolaknya produk sarang burung walet Indonesia
oleh Tiongkok ini adalah terjadinya penurunan harga jual produk burung walet
yang biasanya dihargai US$ 2000/kg, sekarang hanya US$ 500-700/kg. Sarang walet
tidak dapat diekspor secara langsung ke Tiongkok melainkan harus melalui pihak
ketiga yaitu Malaysia, Kanada, Amerika Serikat, dan Hongkong padahal Tiongkok
adalah tujuan ekspor utama produk sarang walet Indonesia. Hal ini disebabkan
oleh boikot yang dilakukan oleh Tiongkok akibat merebaknya isu flu burung dan
dikhawatirkan produk sarang walet Indonesia diduga mengandung virus flu burung.
Selain itu boikot yang dilakukan oleh Tiongkok juga disebabkan oleh kualitas
produk sarang walet Indonesia yang berada di bawah standar internasional dan
dinilai mengandung nitrit yang tinggi (Rahmawati dan Vanany 2014)
Tujuan
Memberikan
informasi kepada pembaca tentang perkembangan ekspor sarang walet Indonesia
terkait adanya cemaran nitrit pada sarang walet, terutama ekspor ke Tiongkok.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Sarang
Burung Walet
Spesies
burung walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu, bahan yang
dipakai dan ditambahkan dalam pembuatan sarang (Chantler dan Driessens 1995).
Ada tiga spesies walet yang sarangnya dapat dikonsumsi, yaitu burung walet
putih (C. fuciphaga), burung walet hitam (C. maxima), dan burung walet linchi
(C. esculenta). Burung walet putih menghasilkan sarang walet putih yang
seluruhnya terbuat dari saliva. Burung walet hitam menghasilkan sarang walet
hitam yang terbuat dari saliva bercampur dengan bulu-bulunya yang berwarna
hitam. Hal ini disebabkan jumlah bulu lebih banyak dibandingkan saliva maka
sarangnya menjadi berwarna hitam. Burung walet hitam biasanya membuat sarang di
gua-gua kapur di pantai. Burung walet linchi menghasilkan sarang yang merupakan
campuran saliva dengan bahan lain seperti daun pinus, ranting atau ijuk
sehingga dinamakan sarang tipe rumput (Soehartono dan Mardiastuti 2003).
Menurut
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 374/Kpts /KH.210 /L/5/2010
tentang Petunjuk Teknis dan Pemeriksaan Sarang Burung Walet dan Sriti, sarang
burung walet dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:
1. Sarang
putih (Edible-nest Swiftlet)
Sarang
walet ini dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fuchipagus dengan ciri-ciri
berbentuk seperti mangkuk dibelah, warnanya putih, bening, utuh, tidak retak
maupun cacat, serta bersih dari kotoran dan bulu. Ukuran dari sarang walet
jenis ini adalah berkisar antara 6-10 cm dan tinggi mangkukan kurang lebih 4-5
cm (Gambar 1).
Gambar
1. Sarang putih
2. Sarang
hitam (Black-nest Swiftlet)
Sarang
burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus maximus dengan
cirri-ciri sarang walet yang dilapisi oleh liur dan tampak berwarna hitam
karena bulu-bulu direkatkan pada dinding gua dengan liur. Ukuran dari sarang
jenis ini adalah berkisar antara 5-7 cm (Gambar 2).
Gambar
2. Sarang hitam
3. Sarang
rumput (White Bellied Swiftlet)
Sarang
burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Collocalia esculanta, Aerodramus fuchipagus atau Aerodramus
maximus. Sarang walet jenis ini cenderung berwarna kehijauan karena bercampur
dengan lumut, rumput kering, daun pinus, dan cemara (Gambar 3).
Gambar
3. Sarang rumput
4. Sarang
sriti lumut (Most-nest Swiftlet)
Sarang
burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Collocalia vanikorensis dengan
cirri-ciri berwarna hijau dan sarang yang telah lama akan mempunyai warna
cokelat kehitaman dan kering (Gambar 4).
Gambar
4. Sarang sriti lumut
5. Sarang
merah (Red nest)
Sarang
burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fushipagus yang
merupakan sarang yang memiliki harga yang paling mahal. Sarang merah yang
memiliki kualitas yang baik tidak terdapat noda dan kotoran pada sarangnya.
Ukuran dari sarang walet jenis ini adalahh sekitar 9 cm dengan bobot mencapai 9
gram (Gambar 5).
Gambar
5. Sarang merah
Kualitas
sarang burung walet yang dipanen dibedakan berdasarkan warna, bentuk, ukuran,
kebersihan, dan struktur rajutan. Kualitas sarang burung walet dipengaruhi oleh
musim, cara pemetikan, gangguan hama, dan lingkungan (Soehartono dan
Mardiastuti 2003). Sarang burung walet dianggap bermutu baik jika mempunyai
bentuk yang sempurna seperti mangkok, tidak pecah atau rusak, bersih dari bulu,
warna putih bersih atau kemerahan, sarang tebal dan berukuran besar (Nazaruddin
dan Widodo 2008).
Adiwibawa
(2000) menyatakan bahwa menurut fungsinya sarang walet dibagi menjadi empat
bagian yaitu bagian pondasi dan kaki sarang, bibir sarang, dinding sarang, dan lapisan berongga.
Pondasi sarang adalah sarang bagian bawah yang menempel pada sirip, berbentuk
setengah lingkaran yang menghubungkan dua kaki sarang, terbentuk dari gumpalan
masa atau serat air liur walet yang saling melekat dan menempel pada sirip.
Fungsi pondasi sarang adalah untuk merekatkan dinding sarang. Kaki sarang
adalah sarang bagian atas yang menempel pada sirip, terbuat dari air liur
kering yang tidak berbentuk serat, tetapi berupa gumpalan atau lembaran tipis
yang bertumpuk.
Bibir
sarang adalah bagian atas dinding sarang, merupakan tempat untuk mengaitkan
kaki walet ketika menggantung pada sarang. Bibir sarang awal akan menjadi
bagian dari dinding sarang jika burung walet memperbesar sarangnya dengan
menambah ketinggian bibir sarang. Dinding sarang adalah bagian luar sarang yang
berbentuk bidang lengkung (mangkok), dibatasi oleh pondasi dan bibir sarang.
Dinding sarang berfungsi melindungi telur atau anak walet agar tidak terjatuh
dari sarang dan menjaga telur dan anak walet dari pengaruh udara dingin waktu
pengeraman, terutama di malam hari (Adiwibawa, 2000).
Lapisan
berongga adalah bagian dalam mangkok sarang yang berada dekat pondasi sarang.
Lapisan ini tersusun atas serat-serat bulat membujur dan melintang sehingga
terbentuk rongga udara di antara serat tersebut. Jalinan antar serat yang tidak
padat menyebabkan terbentuknya rongga udara. Fungsi lapisan berongga adalah sebagai
bantalan udara ketika masa pengeraman dan pengasuhan anak. Adanya lapisan
berongga dapat menjaga ruang di dalam sarang tetap hangat dan lembab (Adiwibawa,
2000).
Nitrit
dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Menurut
Ruse (1999), nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui
proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus
nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan
nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen,
nitrat mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen.
Di alam, nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya.
Struktur
kimia dari nitrat:
Berat
molekul: 62.05
Struktur
kimia dari nitrit:
O ==
N -- O-
Berat
molekul: 46.006
Pada
kondisi yang normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang stabil,
tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada suhu
yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion klorida,
bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan nitrat dan nitrit
menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan nitrit
maupun nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas
beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat
dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa. Bersifat
higroskopis.
Aktifitas
mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik
pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan
nitrat. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah
ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen.
Nitrit secara luas dipakai sebagai pengawet, agen anti mikrobial terutama untuk
Clostridium botulinum, pemberi warna dan rasa pada daging dan produk lain (Chan
et al. 2013). Konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan baik
hewan maupun manusia. Ternak ruminansia yang mengkonsumsi hijauan yang
mengandung nitrat tinggi dapat keracunan karena di dalam rumen nitrat akan direduksi menjadi nitrit
yang toksik (Yuningsih 2007).
Efek
racun akut dari nitrit adalah methemoglobinemia (Nur dan Suryani 2012), dimana
nitrit dapat bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin yang tidak
mampu mengikat oksigen sehingga terjadi penurunan kapasitas darah yang membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Di Inggris, keracunan nitrit pernah
ditemukan pada manusia dengan gejala methemoglobinemia. Penyebabnya adalah
mengkonsumsi sayuran yang ditanam pada lahan yang dipupuk nitrogen secara
berlebihan sehingga terjadi akumulasi nitrat pada batang, akar, dan daun
(Yuningsih 2007).
Kandungan
methemoglobin normal pada darah adalah 0-3%, jika kandungan methemoglobin
meningkat sampai 15-20% akan menimbulkan sianosis. Kandungan methemoglobin pada
darah yang mencapai 20-45% dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan
pingsan, sedangkan kandungan methemoglobin yang mencapai 55-65% dapat
menyebabkan koma, kejang, dan gagal jantung. Kandungan methemoglobin di atas
65% dapat menyebabkan kematian (Ruse 1999).
Nitrit
dapat membentuk senyawa nitrosamin di dalam saluran pencernaan yang bersifat
karsinogenik. Kanker yang berhubungan nitrosamin termasuk kanker kolorektal,
kanker perut, dan kanker pankreas (Chan et al. 2013).
Kelompok
individu tertentu yaitu bayi dan orang yang mengalami defisiensi glucose 6
phosphate dehydrogenase lebih sensistif terhadap keracunan nitrit dimana
konsumsi nitrit dalam jumlah sedikit sudah dapat menyebabkan keracunan. Apabila
nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka banyaknya zat
makanan akan menghambat absorbsi dari kedua zat ini dan baru akan diabsorbsi di
traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus
mengubah nitrat menjadi nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena
itu, pembentukan nitrit pada intestinum mempunyai arti klinis yang penting
terhadap keracunan. Nitrit dapat mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh
darah, hal ini mungkin diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi
nitrit oksida (NO) atau NO- yang mengandung molekul yang berperan dalam membuat
relaksasi otot-otot polos (Ruse 1999).
Selain
itu, nitrit di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk N-nitroso,
komponen ini juga dapat terbentuk bila
daging yang mengandung nitrat atau nitrit dimasak dengan panas yang
tinggi. Sementara itu, komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu bahan
karsinogenik seperti timbulnya kanker perut pada manusia (Parrot 2002).
Gunajaya
dan Arhana (2000), molekul NO dibentuk
oleh 5 elektron nitrogen dan 6 elektron O, sehingga ada 1 elektron yang tak
berpasangan, menjadikan NO sebagai molekul reaktif yang bersifat radikal bebas.
Aktifitas
biologis nitrit lebih rendah dibandingkan NO, sedangkan nitrat relatif tidak
mempunyai aktifitas biologis. Akibat waktu paruhnya yang pendek itu, NO hanya
memiliki aktifitas biologis di sekitar tempat biosintesisnya saja. Sebagai
contoh sintesis NO di sel endotel vaskular, hanya mengakibatkan relaksasi otot
polos vaskular di dekatnya. Reaksi kimia NO dan O2 membentuk ion nitrit dan
nitrat sebagai berikut:
Selain
dengan O2, radikal bebas NO juga mudah bereaksi dengan molekul lain yang
mempunyai elektron tak berpasangan, misalnya anion superoksida (O2-) dan
ferrum.8 Berbagai molekul yang mengan-dung O2 di intra atau ekstraselular mampu
mengkatalisasi oksidasi inaktif NO menjadi nitrat, diantaranya oksihemoglobin
(HbO2). Hemoglobin memiliki afinitas yang tinggi terhadap NO daripada CO
(Gunajaya dan Arhana 2000).
Nitrit
juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena efek vasodilatasinya.
Gejala klinis yang timbul dapat berupa nausea, vomitus, nyeri abdomen, nyeri
kepala, pusing, penurunan tekananan darah dan takikardi, selain itu sianosis
dapat muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang
ringan, sianosis hanya tampak disekitar bibir dan membran mukosa. Adanya
sianosis sangat tergantung dari jumlah total hemoglobin dalam darah, saturasi
oksigen, pigmentasi kulit dan pencahayaan saat pemeriksaan. Bila mengalami
keracunan yang berat, korban dapat tidak sadar seperti stupor, koma atau kejang
sebagai akibat hipoksia berat. Prognosis sangat tergantung dari terapi yang
diberikan. Mula-mula timbul gangguan gastrointestinal dan sianosis tanpa sebab
akan sering dijumpai. Pada kasus yang berat, koma dan kematian dapat terjadi
dalam satu jam pertama akibat timbulnya hipoksia dan kegagalan sirkulasi.
Akibatnya, terjadi iskemia terutama organ-organ yang vital. Efek vasodilatasi
ini tidak dapat di blok oleh atropin atau obat-obatan lain. Tubuh seharusnya
mengkompensasinya dengan takikardi tetapi karena pada korban dapat terjadi
vasovagal reflex yang mengakibatkan bradikardi. Pada sistem pernafasan mulai
tampak takipneu dan hiperventilasi disertai dengan sianosis. Apabila dibiarkan
maka akan timbul koma dan kejang sebagai akibat anoksia serebri (Ruse 1999).
Nitrit
pada Sarang Burung Walet
Nitrit
pada sarang burung walet dapat berasal dari liur walet itu sendiri dan
kontaminasi dari lingkungan (Hamzah et al. 2013; Ramli dan Azmi 2012). Air liur
burung walet secara alami sudah mengandung nitrit, sedangkan nitrit pada sarang
walet dari kontaminasi lingkungan berasal dari proses oksidasi natrium nitrat
(NaNO3) dari kotoran walet oleh oksigen di udara. Pengaruh lingkungan dapat
menyebabkan meningkatnya kadar nitrit pada sarang burung walet. Perbedaan kadar
nitrit sarang burung walet yang dipanen dari goa dan rumah dipengaruhi oleh
perbedaan manajemen selama proses produksi. Sarang walet yang dipanen dari goa
mempunyai kandungan nitrit lebih tinggi dari sarang yang berasal dari rumah
disebabkan kondisi rumah walet dapat diatur kondisi suhu, kelembaban dan
kepadatannya, sedangkan kondisi goa tidak bisa diatur. Dari segi warna, sarang
walet putih mempunyai kadar nitrit lebih rendah dibanding sarang walet kuning
maupun merah (Chan et al. 2013).
Menurut
Paydar et al. (2013) semakin gelap warna sarang burung walet maka kadar
nitritnya semakin tinggi. Hamzah et al. (2013) menyatakan bahwa sarang burung
walet yang dipanen dari goa mempunyai kandungan nitrit dua sampai tiga kali
lipat lebih tinggi dibanding sarang burung walet yang dipanen dari rumah. Sarang
burung walet putih di goa dapat berubah menjadi kuning akibat mineral dari
dinding goa yang masuk ke dalam sarang dan didukung kelembaban goa yang tinggi.
Nitrit secara alami sudah terdapat dalam sarang burung walet. Nitrit terbentuk
dari kotoran yang ada dalam kandang maupun yang terdapat dalam sarang burung
walet itu sendiri yaitu antara lain kotoran burung dan asam urat yang membusuk
yang menimbulkan amoniak (NH3) dan akan teroksidasi oleh oksigen menjadi NO2
(nitrit) yang kemudian teroksidasi lagi menjadi nitrat (NO3). Perubahan ammonia
menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat difasilitasi oleh bakteri
nitrifikasi.
Batas
maksimal kadar nitrit pada sarang burung walet adalah 200 mg/kg (BPOM 2012).
Khusus sarang burung walet yang akan diekspor ke Tiongkok kadar nitrit maksimal
adalah 30 ppm, sesuai protokol kerjasama yang telah disepakati antara
pemerintah Tiongkok dan Indonesia (Barantan 2013).
Ekspor
Sarang Burung Walet Indonesia
Budidaya
sarang burung walet adalah usaha yang istimewa untuk beberapa orang di
Indonesia. Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung
walet yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan
serta teknik memancing walet.
Habitat
bersarang alami dari burung walet adalah gua-gua kapur, baik gua-gua kapur yang
terletak di tepianpantai maupun gua darat. Di dalam gua-gua ini burung walet
tidur, bersarang dan memelihara anaknya. Sedangkan habitat mencari makan
merupakan kombinasi dari kebun, sawah, hutan, dan habitat lahan basah (sawah,
danau, sungai), dimana banyak ditemukan serangga. Sekitar seratus tahun yang
lalu, secara tidak sengaja diketahui bahwa rumah-rumah tua ternyata dapat
dipakai untuk bersarang walet sarang putih. Sejak itu perlahan-lahan. Walet
sarang putih ini mulai “diternakkan” di rumah-rumah, dengan melakukan
modifikasi agar habitat mikro di dalam rumah mirip dengan habitat alaminya.
Seperti halnya dengan lebah madu, walet
hanya disediakan tempat untuk bersarang. Mereka bebas pergi mencari makan dan
memilih rumah yang cocok. Jenis walet yang berhasil“dirumahkan” adalah C.
fuciphagadan seriti. Dalam suatu rumah walet, umumnya kedua jenis ini ditemukan
bersarang bersama-sama dan membentuk suatu
koloni yang cukup besar. Jenis C.
maxima hingga kini tidak/belum berhasil diusahakan di dalam rumah Mardiastuti
1997).
Menurut
Kurniati dan Dolorosa (2012), sarang burung walet memiliki tiga penggolongan
kelas berdasarkan warna dan bentuk sarang walet, yaitu:
1. Kelas
A, yakni sarang yang berwarna putih, berbentuk setengah lingkaran atau mangkuk,
bersih ukurannya 3,5 – 4 jari, tidak
pecah, dan punggungnya mulus
2. Kelas
B, yakni sarang yang berwarna putih kekuningan, bulu agak dominan sedikit
kotor, ukuran kurang dari 3,5 jari, bentuknya menyudut atau segitiga dan kurang
mulus
3. Kelas
C, yakni sarang yang memiliki bentuk yang tidak utuh, penyebabnya mungkin
kurang hati-hati dalam melakukan panen atau pemrosesan. Ukurannya beragam, dari
pecahan 1 cm hingga yang patah menjadi dua bagian.
Adanya
penggolongan kelas berdasarkan warna dan bentuk sarang walet, dimaksudkan untuk
menentukan nilai jual atau harga dari sarang walet yang dihasilkan. Menurut
Mardiastuti (1997), sarang yang termahal (mencapai 7-8 juta rupiah per kg; ±
120 keping) dihasilkan oleh C.fuciphaga. Mutu sarang yang dihasilkanoleh C.
fuciphaga tergantung dari warna, kebersihan sarang, bentuk dan ukuran. Sarang
yang bermutu tinggi berwarna putih, bersih dari kotoran atau bulu yang menempel
pada sarang, bentuk mangkukan sempurna, tidak cacat atau pecah dan berukuran lebar minimal 3
jari. Untuk mendapatkan sarang yang bermutu baik ini dilakukan pembersihan,
pembentukan ulang dan penyortiran. Sarang hitam yang dihasilkan oleh C.maxima
sebagian besar (85% atau kurang) terbuat dari bulu burung yang berwarna hitam,
dan direkatkandengan air lir (15% atau kurang). Untuk mendapatkan air liur,
dilakukan proses yang kompleks dan melibatkan banyak tenaga terampil, dimana
bulu dipisahkan dari air liurnya. Hasil akhir dari proses ini dapat berupa
butiran air liur kering berwarna keputihan atau dicetak dengan bentuk tertentu
(bulat, bola, bentuk daun). Harga sarang jenis ini lebih rendah dari sarang
putih, yaitu sekitar 600 ribu hingga 1 juta per kg (± 100 keping) sebelum
diproses.
Menurut
majalah bisnis online, harga sarang walet dapat dibedakan dibedakan dari asal
dan bentuk sarang walet, yaitu:
a. Harga
sarang walet rumahan:
1. Mangkok,
Rp. 10- 12 Juta/ Kg.
2. Sudut,
Rp. 8 Juta/ Kg
3. Patahan,
Rp. 4 - 6 Juta/ Kg
4. Campur,
Rp. 9,6 Juta/ Kg
b. Harga
sarang walet Gua
1. Mangkok,
Rp. 6-7 Juta / Kg.
2. Patahan,
Rp. 4-5 Juta/ Kg.
3. Campur,
Rp. 8-9 Juta/ Kg
Harga
tersebut sewaktu waktu bisa berubah, tergantung stabilitas perkembangan ekonomi
global, terutama negara pengimpor seperti Tiongkok. Harga diatas itu bukan
sepenuhnya acuan, melainkan kisaran harga yang biasa digunakan karena banyak
faktor yang mempengaruhi seperti kualitas sarang dan jenis waletnya sendiri
(diambil dari: http://majalahbisnes. blogspot.co.id /2016/01 /harga-sarang -walet-terbaru
-2016.html, diakses 31 Agustus 2016).
Menurut
Mardiastuti (1997), rantai perdagangan sarang burung melibatkan beberapa agen
pelaku, yakni (1) petani/peternak walet, (2) tengkulak atau makelar, (3)
pedagang pengumpul, (4) pedagang besar atau pedagang antar pulau, dan (5)
pengusaha atau eksportir. Rantai perdagangan yang mungkin terjadi bisa pendek
(petani →pengusaha) atau panjang dan melibatkan kelima agen tersebut. Rantai
perdagangan untuk sarang rumahan umumnya pendek, melibatkan hanya 2 atau 3 agen
pelaku. Sedangkan rantai perdagangan untuk sarang gua-khususnya gua-gua yang
letaknya jauh dari sumatera- biasanya panjang, melibatkan tengkulak dan
pedagang antarpulau, kecuali bila pengusaha kebetulan merupakan pemilik konsesi
gua. Para pengusaha/eksportir sarang burung walet kebanyakan berkedudukan di
Jakarta (sebagian besar), Semarang, Surabaya dan Medan. Para pengusaha ini
telah memiliki pasar tetap di negara pemesan/ pengimpor. Pemesan menentukan
bentuk-bentuk cetakan sarang olahan (sarang hitam) sesua dengan
peruntukannyaatau proses lebih lanjut (tonik minuman, sup, dan seterusnya).
Sarang
walet yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan negara
tujuan. Khusus sarang walet yang akan diekspor ke Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) harus memenuhi persyaratan yang disepakati oleh Indonesia dan RRT yang
tertuang dalam Protokol Persyaratan
Higenitas, Karantina dan Pemeriksaan Untuk Importasi Produk Sarang Burung Walet
dari Indonesia ke Tiongkok Antara Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan
Administrasi Umum Pengawasan Mutu,
Inspeksi dan Karantina Republik Rakyat Tiongkok. Dalam protokol tersebut ada
beberapa persyaratan teknis yang dipersyaratkan RRT tapi tidak dipersyaratkan
oleh lain yaitu batas maksimal kandungan nitrit sebesar 30 ppm, pemanasan
sarang burung walet 70 0C selama 3,5 detik dan ketelusuran asal sarang walet.
Pemerintah dalam hal ini Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian telah
mengeluarkan peraturan sebagai pedoman untuk memastikan persyaratan tersebut
terpenuhi. Aturan tersebut terdiri atas:
1. Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 832/Kpts /OT.140 /L/3/2013 Tentang
Pedoman Persyaratan Dan Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pengeluaran Sarang
Walet Dari Wilayah Negara Republik Indonesia Ke Republik Rakyat Tiongkok
2. Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 395/Kpts /OT.160/L /4/2014 Tentang
Pedoman Pemantauan Karantina Terhadap Pengeluaran Sarang Walet Ke Negara
Republik Rakyat Tiongkok
3. Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 406/Kpts /OT.160 /L/4/2014 Tentang
Pedoman Pemanasan Sarang Walet Untuk Pengeluaran Ke Negara Republik Rakyat
Tiongkok
4. Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 416/Kpts /OT.160 /L/4/2014 Tentang
Pedoman Pemeriksaan Kandungan Nitrit Sarang Walet Untuk Pengeluaran Ke Negara
Republik Rakyat Tiongkok
Persyaratan
yang ditetapkan oleh negara tujuan ekspor sarang walet selain Tiongkok berbeda
untuk setiap negara. Persyaratan dari Tiongkok dianggap paling ketat dibanding
negara lain. Untuk dapat ekspor, ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum
ekspor sarang burung walet yaitu:
1. Surat
Penetapan Tempat Pemrosesan sebagai Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH)
atau Tempat Pemeriksaan Karantina (khusus ekspor ke RRT harus mempunyai
Sertifikat HACCP)
2. Sertifikat
Nomor Kontrol Veteriner (NKV)
3. Pengakuan
Eksportir Terdaftar Sarang Burung Walet (ET-SBW)
4. Sumber
sarang walet berasal dari rumah walet yang teregistrasi (khusus ekspor ke RRT)
5. Tindakan
karantina hewan terhadap pengeluaran sarang walet dilakukan oleh Unit Pelaksana
Teknis Karantina Pertanian (UPT KP) tempat pengeluaran sarang walet
Ketatnya
persyaratan yang harus dipenuhi untuk ekspor sarang burung walet ke Tiongkok
menyebabkan sampai saat ini baru 6 (enam) perusahaan yang teregistrasi dan
dapat melakukan ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok. Untuk dapat
teregistrasi di Tiongkok, selain memenuhi persyaratan verifikasi dokumen juga
dilakukan penilaian tempat pemrosesan dan rumah walet oleh Tiongkok. Selain
Indonesia, beberapa negara juga melakukan ekspor sarang burung walet ke
Tiongkok (Tabel 1).
Tabel
1 Data negara pengekspor sarang walet ke Tiongkok menurut Kementerian
Perdagangan
Berdasarkan
data ITC Comtrade, sampai dengan tahun 2014 tercatat bahwa negara pengekspor
terbesar sarang burung walet ke Tiongkok adalah Malaysia dengan kontribusi
nilai ekspor sebesar 99,81% (Kemendag 2015).
III.
PEMBAHASAN
Cara
Menurunkan Kadar Nitrit pada Sarang Burung Walet
Sarang
burung walet secara alami sudah mengandung cemaran nitrit. Konsentrasi nitrit
pada sarang burung walet tergantung dari umur sarang, lokasi sumber walet
apakah dari goa atau rumah walet, dan kondisi lingkungan tempat tinggal burung
walet. Sarang burung walet yang dipanen pada umur tua, warna kuning atau merah,
dan berasal dari lingkungan yang kotor dan tidak pernah dibersihkan cenderung
mengandung nitrit yang tinggi. Ada beberapa cara untuk menurunkan kadar nitrit
pada sarang burung walet, antara lain pencucian dengan air mengalir dan
perendaman. Selain itu, ada yang menggunakan bahan kimia unruk menurunkan kadar
nitrit pada sarang burung walet namun hal ini tidak direkomendasikan.
Proses
produksi sarang burung walet dari panen sampai diperoleh sarang burung walet
yang bersih dan siap dikonsumsi harus melalui beberapa tahapan proses produksi.
Tahapan produksi yang dilakuan secara tidak langsung dapat menurunkan kadar
nitrit sarang burung walet seperti pencucian atau perendaman jika perusahaan
melakukan tahapan ini. Tahapan produksi sarang burung walet tidak sama setiap
perusahaan. Mereka mempunyai teknik pemrosesan yang menjadi rahasia setiap
perusahaan sesuai kebiasaan yang selama ini dilakukan.
Jong
et al. (2013) secara umum membagi proses produksi sarang burung walet menjadi
lima bagian yaitu peternakan walet, pemanenan, pembersihan, pengeringan dan
pembentukan kembali, dan penyimpanan dan pengemasan sarang burung walet. Ma dan
Liu (2012) menyatakan bahwa sarang burung walet mentah yang telah dipanen harus
diproses terlebih dahulu sebelum dijual meliputi perendaman, pembersihan,
pemutihan, pencabutan bulu, dan pengemasan.
Menurut
Jong et al. (2013) pembersihan sarang burung walet dimulai dengan pencucian
sarang burung walet sambil disikat. Sarang burung walet dilunakkan dengan
direndam ke dalam air dan dibersihkan dengan cara menjepit menggunakan pinset
untuk secara manual menghilangkan bulu-bulu walet. Sprayer digunakan untuk
mempercepat proses pembersihan selama proses pembersihan berlangsung. Selanjutnya
dilihat apakah sarang burung walet sudah bersih, jika belum proses pembersihan
diulang sampai sarang burung walet benar-benar bersih. Selanjutnya proses
pengeringan dan pembentukan kembali sarang burung walet yang merupakan proses
rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Sarang burung walet (basah dan lembut)
dikeringkan untuk dilakukan proses pembentukkan kembali, kemudian sarang burung
walet disemprot dengan sedikit air untuk mempermudah proses pembentukkan
kembali (dilunakkan dan ditekuk).
Setelah
melunak kemudian sarang burung walet dibentuk kembali dengan menggunakan
bantuan benang untuk memperbaiki sarang burung walet menjadi bentuk tertentu,
sarang burung walet ditekan dengan hati-hati untuk mengurangi celah (gap) antar
struktur sarang burung walet. Sarang burung walet kemudian dimasukkan ke dalam
cetakan dan dilakukan pengeringan. Setelah kering perlu kehati-hatian untuk
mengeluarkan sarang burung walet dari cetakan agar tidak rusak. Sarang burung
walet yang kering menjadi rapuh, oleh karena itu perlu disemprot dengan sedikit
air untuk membasahi permukaannya agar mengurangi risiko retak selama proses
melepas ikatan benang.
Proses
pengeringan menggunakan oven yang didesain khusus. Oven terdiri dari casing,
kipas angin, lampu dan jaring. Casing merupakan perangkap panas dalam oven,
kipas digunakan untuk memungkinkan sirkulasi udara internal dan memastikan
keseimbangan distribusi panas dalam oven. Lampu menghasilkan panas dan jaring
yang digunakan untuk menahan cetakan (Gambar 6).
Gambar
6 Alur pencucian sarang walet menurut Jong et al. 2013
Pencucian
dengan air mengalir dapat menurunkan kadar nitrit pada sarang burung walet, hal
ini telah dibuktikan oleh Susilo (2015) dengan melakukan pencucian sarang
burung walet dengan air mengalir selama 30 detik untuk setiap pencucian.
Menurut Susilo (2015), sarang burung walet yang diberi perlakuan satu kali, dua
kali, dan tiga kali pencucian dengan air mengalir memiliki kandungan nitrit
29.93%, 31.70%, dan 66.84% lebih rendah dibandingkan kontrol tanpa pencucian.
Pencucian sebanyak tiga kali dengan air mengalir mampu menurunkan 66.84% kadar
nitrit. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan nitrit pada
sarang burung walet dipengaruhi oleh lamanya sarang walet terpapar oleh air.
Semakin lama sarang burung walet terpapar oleh air maka kandungan nitritnya
akan semakin turun.
Menurut
Chan et al. (2013) perendaman 3-15 jam dapat menghilangkan kandungan nitrit
sampai 98%. Nitrit memiliki sifat yang mudah larut dengan air (Ramli dan Azmi
2012) sehingga nitrit yang ada pada sarang burung walet akan terbawa oleh air
saat pencucian. Proses pencucian satu kali dengan air mengalir sambil disikat
membuat nitrit yang ada di permukaan dan sela-sela struktur sarang ikut
terlarut air. Proses pencucian dua kali membuat struktur rajutan mulai terbuka
sehingga dimungkinkan nitrit yang ada di dalam struktur rajutan terbawa air
saat pencucian. Proses pencucian tiga kali membuat struktur rajutan tidak hanya
terbuka namun ada yang lepas sehingga nitrit yang tadinya masih berada dalam
struktur sarang dapat terlarut dalam air.
Menurut
Utomo et al. (2015), sarang burung walet hitam sebelum pencucian memiliki
kandungan nitrit yang paling tinggi bila dibandingkan dengan sarang burung
walet putih dan sarang seriti yang belum dicuci. Nitrit terbentuk oleh kotoran
yang membusuk menjadi ammonia yang kemudian dirubah oleh bakteri nitrifikasi
menjadi nitrit. Kotoran yang terdapat dalam sarang burung walet hitam jauh
lebih banyak bila dibandingkan dengan kotoran pada sarang putih dan pada sarang
seriti. Sarang seriti sebelum dicuci memiliki kandungan nitrit yang paling
rendah.
Menurut
Mardiastuti (1997) sarang seriti tersusun atas rerumputan atau daun pinus dan
daun cemara yang dilekatkan dengan liur dari burung seriti, sehingga liur dari
burung seriti sangat sedikit dan penyerapan terhadap nitrit juga sedikit.
Ketiga jenis sarang burung walet mengalami penurunan kandungan nitrit dengan
adanya pencucian dengan asam askorbat. Reaksi Asam Nitrit dan Asam Askorbat
menurut Liao, M-L dan Serb, D.A, dalam Utomo et al. (2015) adalah sebagai
berikut:
Kandungan
nitrit sarang burung walet yang merupakan salah satu syarat kualitas sarang
burung walet yang diminta Tiongkok dapat dikendalikan dengan menggunakan asam
askorbat yang dapat mereduksi kandungan nitrit menjadi nitrit oksid sehingga
kandungan nitrit dalam sarang burung walet dapat menurun. Penurunan kandungan
nitrit dengan asam askorbat dapat dilakukan pada sarang putih, sarang hitam dan
sarang seriti (Utomo et al. 2015).
Perendaman
dalam air juga dapat menurunkan kadar nitrit dalam sarang burung walet, hal ini
dibuktikan oleh Helmi (2012), dimana sarang walet merah sebanyak 20 gram dengan
kadar nitrit 5120 ppm dibagi masing-masing 10 gram dan diberi perlakuan
perendaman dalam air. Sarang walet yang direndam dalam satu liter air selama
dua jam diperoleh kadar nitrit menurun dari 5120 ppm menjadi 47 ppm, sedangkan
sarang walet yang direndam dalam satu liter air selama dua jam kemudian airnya
diganti lalu direndam kembali dalam satu liter air selama dua jam diperoleh
hasil kadar nitrit lebih rendah lagi yaitu dari 5120 ppm menjadi 12 ppm.
Perkembangan
Ekspor Sarang Burung Walet Indonesia
Sarang
burung walet pertama kali dipopulerkan oleh etnis Tionghoa, dan juga banyak
dikonsumsi oleh etnis Tionghoa, sehingga tidak heran pada saat
perayaan-perayaan atau festival-festival etnis Tionghoa seperti perayaan imlek,
akhir tahun dan Moon Cake Festival permintaan akan sarang burung walet
meningkat sangat pesat.
Indonesia
dan RRT pada tanggal 24 April 2012 telah menandatangani Protokol Persyaratan
Higenitas, Karantina dan Pemeriksaan untuk Importasi Produk Sarang Burung Walet
dari Indonesia ke Tiongkok antara Kementerian Pertanian RI dan Administrasi
Umum Pengawasan Mutu, Inspeksi dan Karantina RRT. Faktanya setelah
ditandatangani protokol kerjasama perdagangan sarang burung walet antara
Indonesia dan Tiongkok, Indonesia baru dapat melakukan ekspor pada tahun 2015
(Tabel 2). Ekspor sarang burung walet ke negara tujuan Tiongkok dilakukan
perdana pada tanggal 29 Januari 2015. Sampai saat ini ada 6 (enam) perusahaan
yang terdaftar dapat melakukan ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok.
Tabel
2 Data Ekspor Sarang Burung Walet Indonesia
Negara
Tujuan Ekspor
|
Volume
Ekspor (Kg) dan Presentase Peningkatan/Penurunan
|
|||||
2013
|
2014
|
2015
|
||||
Jumlah P8 (kg)
|
Frek P8 (kali)
|
Jumlah P8 (kg)
|
Frek P8 (kali)
|
Jumlah P8 (kg)
|
Frek P8 (kali)
|
|
HONGKONG
|
108.975,30
|
2.856
|
304.072,70
|
7.984
|
387.643,10
|
8.489
|
SINGAPORE
|
23.580,00
|
580
|
86.511,02
|
2.036
|
78.777,12
|
2.220
|
MALAYSIA
|
2.040,00
|
180
|
3.970,00
|
297
|
7.788,38
|
465
|
TAIWAN
|
1.784
|
144
|
14.954,59
|
889
|
17.034,5
|
1.285
|
THAILAND
|
52
|
9
|
14.307,20
|
52
|
4.804,80
|
66
|
VIETNAM
|
6.310,00
|
54
|
51.308,94
|
275
|
162.233,80
|
488
|
TIONGKOK
|
14.222,19
|
|||||
NEGARA
LAIN
|
6.646,00
|
214
|
24.472,05
|
1.374
|
41.279,70
|
1.022
-
|
TOTAL
|
149.387,3
|
4.037
|
499.596,5
|
12.907
|
699.561,40
|
14.035
|
(Sumber:
Laporan Tahunan Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan
Karantina Pertanian Tahun 2015)
Negara
tujuan ekspor terbesar untuk pengeluaran sarang walet Indonesia di tahun 2015
secara berurutan adalah Hongkong, Vietnam, Singapura, Taiwan, Tiongkok,
Malaysia dan Thailand. Ekspor ke negara tujuan Tiongkok apabila dibandingkan
dengan volume ekspor keseluruhan di tahun 2015 masih sekitar 2 % (14.222,19 kg) dari total keseluruhan volume
ekspor sarang walet 2015 (699.561,40 kg). Nilai ekspor ke Tiongkok tampak
kecil, namun apabila dilihat dari volume ekspor tiap negara yang menjadi negara
kedua sebelum Tiongkok, terjadi penurunan volume ekspor tujuan Hongkong dari
tahun 2014 – 2015 sebesar 27,5% dibanding tahun 2013-2014 sebesar 176% ,
Singapura -9% dibanding sebelumnya 240%. Hal ini dapat dimungkinkan karena di
tahun 2015, kran ekspor sarang walet Indonesia secara langsung ke Tiongkok
telah dibuka oleh pemerintah Tiongkok untuk 6 (enam) perusahaan untuk tujuan
diperdagangkan, menindaklanjuti Protokol yang telah disepakati bersama antara
Kementerian Pertanian RI dengan AQSIQ pada 24 April 2012. Negara ketiga selain Hongkong dan Singapura,
yaitu Malaysia, terjadi sebaliknya yaitu kenaikan walau tidak signifikan, dari
95% (2013-2014) menjadi 96% (2014-2015).
Malaysia
merupakan negara lain selain Indonesia dimana beberapa perusahaannya telah
mendapatkan persetujuan sebagai perusahaan eksportir sarang walet ke Tiongkok
(Barantan 2015). Menurut data Karantina Hewan
yang diunduh dari e-QVet, ekspor sarang burung walet semester pertama
2016 ke negara Tiongkok mencapai 7,1 ton dan ke negara selain Tiongkok mencapai
368 ton.
Sarang
burung walet masih menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Potensi pasar di
luar negeri masih terbuka luas. Sejak Tiongkok dapat menerima sarang burung
walet dari Indonesia, berdampak pada kepercayaan negara-negara lain akan kualitas
sarang burung walet Indonesia. Ekspor sarang burung walet Indonesia ke negara
tujuan Tiongkok sampai saat ini hanya dapat dilakukan oleh 6 (enam) perusahaan
yang sudah terdaftar dan dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan Tiongkok.
Kapasitas produksi dari 6 (enam) perusahaan tersebut masih belum memenuhi
kebutuhan pasar Tiongkok sehingga masih terbuka pasar untuk perusahaan lain
memasuki pasar Tiongkok. Diharapkan banyak perusahaan walet yang menyusul
melakukan registrasi untuk dapat ekspor langsung ke Tiongkok dan pemerintah
selalu mendukung untuk akselerasi ekspor.
Menurut
Kurniati dan Dolorosa (2012), beberapa strategi yang dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan produktivitas sarang walet sehingga para pengusaha dapat
mengoptimalkan keuntungannya di masa depan adalah:
1. Membudidayakan
Populasi Burung walet.
Agar
kekayaan alam yang ada tidak punah maka para penangkar harus tetap menjaga dan
melestarikan populasi dari sarang burung walet tersebut, dengan menggunakan
teknik pembudidayaan yang benar hingga proses pemanenan yang berazas
melestarikan populasi sarang burung walet maka populasi dari sarang walet akan
tetap terjaga dan produksi sarang burung walet akan meningkat.
2. Mengoptimalkan
teknik pembudidayaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Strategi
ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil produk yang berkualitas dengan teknik
pembudidayaan yang benar. Syarat utama meningkatkan produksi dari sarang burung
walet adalah teknik pembudidayaan yang benar, diantaranya :
a. Sempurnakan
syarat-syarat baku budidaya walet meliputi: faktor kelembapan, sinar yang masuk
ke dalam ruangan tidak boleh lebih dari 0,02 lux, serta pemasangan sirip yang
benar;
b. Gunakan
sarana penunjang budidaya walet antara lain : SWO-2, hujan kabut buatan,
PW-Cair,bibit lamtoro mini dan thermohygrometer;
c. Pahami
sifat-sifat asli walet, misalnya : pengaturan arus terbang burung walet, arus
terbang walet bersifat monoton sehingga selama hidupnya tidak akan berubah;
d. Hilangkan
hambatan perkembangan produksi sarang antara lain: hambatan pada lobang masuk
seperti adanya pohon atau tiang yang menghalangi lubang masuk, hambatan arus
terbang di dalam ruangan rumah walet seperti penggunaan tiang penunjang yang
berlebihan serta hambatan adanya lubang yang berada diantara ruangan.
3. Menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan para pengumpul
Strategi
ini bermanfaat untuk meningkatkan pola hubungan kerjasama yang intensif dan
memberikan dampak yang baik dalam pengembangan dan pemasaran produk sarang
burung walet. Hubungan kerjasama yang baik antara penangkar dengan pedagang
pengumpul sangat membantu dalam proses pemasaran.
4. Menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi
Strategi
ini bermanfaat untuk perlindungan hukum bagi para penangkar dari pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Masih banyak para penangkar yang belum menjalin
kerjasama dengan intansi-instansi terkait pembudidayaan sarang burung walet
sehingga banyak pula dari penangkar yang belum mengetahui peraturan-peraturan
dari pembudidayaan sarang burung walet, inilah salah satu penyebab terjadinya
tindakan kriminal yaitu pemerasan dari
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, oleh karena itu hubungan kerjasama
dengan berbagai instansi harus terjalin dengan baik, sehingga pembudidayaan
sarang burung walet dan proses pemasaran dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
pihak yang dirugikan.
5. Mengoptimalkan
pengolahan produk sarang walet
Sarang
walet yang kotor akan menurunkan nilai jualnya, semakin bersih dan putih sarang
walet maka semakin tinggi nilai jualnya, agar nilai jual dari sarang burung
walet bisa tinggi produk tersebut harus diolah kembali. Proses pengolahan
diantaranya yaitu pencucian sarang walet, dalam proses pencucian sarang tidak
hanya dibersihkan tetapi juga dicetak dan ditambal sehingga bentuknya menjadi
sempurna, setelah melalui proses tersebut maka nilai jual arang burung walet
akan naik dan penangkar memperoleh profit yang besar.
6. Mengoptimalkan
kegiatan promosi produk sarang walet
Strategi
ini bermanfaat untuk mempromosikan produk sehingga dapat dikenal oleh
masyarakat luas. Media promosi yang dapat digunakan adalah dengan
mengikutsertakan para penangkar dalam kegiatan pameran atau perayaan
festival-festival. Kegiatan promosi yang berkesinambungan akan membuat
pemasaran produk sarang walet menjadi lebih luas.
Kualitas
sarang burung walet Indonesia terkenal bagus dibandingkan sarang brung walet
dari negara lain. Kualitas yang bagus harus tetap dijaga untuk mempertahankan
pasar agar tidak diambil alih negara lain. Promosi dan pameran di luar negeri
merupakan salah satu sarana untuk mengenalkan sarang burung walet Indonesia.
Khasiat dan kegunaan sarang burung walet untuk kesehatan merupakan daya tarik
tersendiri untuk mengkonsumsi sarang burung walet. Peran pemerintah sangat
diperlukan dalam meningkatkan ekspor sarang burung walet. Regulasi yang mudah
dan tidak berbelit-belit mendorong pengusaha untuk berinvestasi dalam industri
sarang burung walet. Hal ini akan meningkatkan produksi sarang burung walet dan
menambah lapangan pekerjaan dalam industri sarang burung walet.
IV. KESIMPULAN
Isu
adanya cemaran nitrit dan virus flu burung pada sarang walet Indonesia membuat
Indonesia tidak bisa langsung ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok.
Pemerintah berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan memenuhi persyaratan
Tiongkok dengan menandatangani Protokol yang berisi sarang burung walet dari
Indonesia harus bebas virus flu burung dengan melakukan pemanasan 70 oC selama
3,5 detik, adanya ketelusuran asal sarang burung walet dan kadar nitrit sarang
burung walet harus dibawah 30 ppm. Perlu 3 tahun bagi Indonesia untuk dapat
langsung eskpor sarang burung walet ke Tiongkok sejak penandatanganan Protokol
pada tahun 2012. Ekspor sarang burung walet ke Tiongkok saat ini menyumbang 2%
dari total ekspor sarang burung walet Indonesia dari 6 (enam) perusahaan yang
teregistrasi. Ekspor sarang burung walet Indonesia masih sangat potensial dan
sangat berpeluang untuk ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
(Ada pada penulis)
Tanpa
merubah maksud dan mengurangi isinya, tulisan telah diedit ulang oleh:
drh.
Giyono Trisnadi
******