PERSAYARATAN EKSPOR SARANG BURUNG WALET INDONESIA KE CINA, TERKAIT ADANYA ISU CEMARAN NITRIT

Sampai akhir tahun 2014, ekspor produk sarang burung walet ke Tiongkok belum bisa dilakukan secara langsung dan masih dalam negosiasi walaupun protokol kerjasama sudah ditanda tangani sejak bulan April 2012. Beberapa hal yang menjadi hambatan yaitu adanya masalah teknis yang belum disepakati antara lain terkait dengan peninjauan ke rumah burung walet dan tempat proses  oleh tim dari Tiongkok (CNCA)


******

PERKEMBANGAN EKSPOR SARANG BURUNG WALET INDONESIA
TERKAIT ADANYA ISU CEMARAN NITRIT


Heru Susilo
Medik Veteriner Muda
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani


ABSTRAK
Sarang burung walet dipercaya mempunyai banyak khasiat bagi kesehatan. Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia. Hampir sebagian sarang burung walet yang dihasilkan diekspor ke luar negeri, terutama ke Tiongkok. Adanya isu cemaran nitrit dan virus flu burung pada sarang burung walet dari Indonesia membuat Tiongkok melarang sarang burung walet dari Indonesia masuk ke Tiongkok. Hal ini mempengaruhi ekspor sarang burung walet Indonesia secara global. Ekspor sarang burung walet Indonesia tidak bisa langsung ke Tiongkok namun harus melalui negara ketiga. Pada tanggal 24 April 2012 telah ditandatangani Protokol yang telah disepakati bersama antara Kementerian Pertanian RI dengan The General Administration of Quality Supervision Inspection and Quarantine of the People’s Republic of China (AQSIQ). Namun, ekspor sarang burung walet Indonesia langsung ke Tiongkok baru dapat dilakukan pada tahun 2015atau 3 tahun sejak penandatanganan Protokol. Ekspor sarang burung walet ke Tiongkok  menyumbang 2 % dari total ekspor sarang burung walet Indonesia.

Kata kunci: sarang burung walet, nitrit, ekspor


I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Walet (Collocalia fuciphaga) merupakan spesies burung yang membuat sarang dari air liurnya (Novelina et al. 2010). Air liur walet dihasilkan oleh sepasang kelenjar sublingualis (Lim dan Cranbrook 2002; Nguyen et al. 2002) yang berukuran besar di sepanjang musim berkembang biak. Secara alami walet bersarang di dalam gua-gua yang banyak terdapat di daerah berkapur. Selain di gua, walet juga menempatkan sarangnya di dalam rumah-rumah yang memiliki kondisi habitat mikro menyerupai gua. Rumah-rumah ini memiliki ruang yang gelap dengan suhu 26-28o C dan kelembaban 85-98% (Mardiastuti et al. 1998).

Sarang yang terbuat dari air liur burung walet dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan (Kew et al. 2014; Ma dan Liu 2012) terutama oleh etnis Tionghoa (Mardiastuti et al. 1998; Lim dan Cranbrook 2002; Nguyen et al. 2002). Hasil analisis laboratorium membuktikan bahwa sarang walet mengandung zat-zat makanan berkualitas tinggi (Marcone 2005). Sarang walet mempunyai kandungan protein tinggi, lemak yang rendah, mineral dan asam lemak omega-6 tinggi yang bermanfaat untuk kebugaran tubuh (Huda et al. 2008). Sarang walet dipercaya dapat menjaga kesegaran tubuh, menyembuhkan penyakit pernafasan, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, dan memelihara kecantikan. Sebagian orang lagi percaya bahwa sarang walet berkhasiat menghambat pertumbuhan kanker, menghilangkan pengaruh alkohol dan meningkatkan konsentrasi (Mardiastuti et al. 1998) serta dapat menghambat infeksi virus influenza (Guo et al. 2006).

Indonesia merupakan penghasil sarang walet terbesar di dunia. Ekspor Indonesia sudah merambah ke berbagai negara, antara lain Hongkong, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Sarang walet yang diekspor meliputi sarang walet yang masih kotor atau belum dibersihkan maupun sarang walet bersih yang sudah dibersihkan dari kotoran berupa bulu maupun kotoran yang lain. Total produksi sarang burung walet Indonesia ± 80% dari seluruh produksi dunia dengan produksi rata-rata lebih dari 100 ton per tahun.

Sampai akhir tahun 2014, ekspor produk sarang burung walet ke Tiongkok belum bisa dilakukan secara langsung dan masih dalam negosiasi walaupun protokol kerjasama sudah ditanda tangani sejak bulan April 2012. Beberapa hal yang menjadi hambatan yaitu adanya masalah teknis yang belum disepakati antara lain terkait dengan peninjauan langsung ke rumah burung walet dan tempat proses sarang walet oleh tim dari Tiongkok (CNCA) serta masalah kandungan nitrit (NO2) dalam sarang walet yang ditetapkan maksimum 30 ppm. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan,

Bachrul Chairi, menjelaskan alasan Tiongkok menolak produk sarang burung walet adalah bahwa produk burung walet Indonesia saat ini tidak sesuai dengan standar sehingga tidak dapat diterima dan produk burung walet Indonesia telah dicampur dengan zat pewarna. Akibat dari ditolaknya produk sarang burung walet Indonesia oleh Tiongkok ini adalah terjadinya penurunan harga jual produk burung walet yang biasanya dihargai US$ 2000/kg, sekarang hanya US$ 500-700/kg. Sarang walet tidak dapat diekspor secara langsung ke Tiongkok melainkan harus melalui pihak ketiga yaitu Malaysia, Kanada, Amerika Serikat, dan Hongkong padahal Tiongkok adalah tujuan ekspor utama produk sarang walet Indonesia. Hal ini disebabkan oleh boikot yang dilakukan oleh Tiongkok akibat merebaknya isu flu burung dan dikhawatirkan produk sarang walet Indonesia diduga mengandung virus flu burung. Selain itu boikot yang dilakukan oleh Tiongkok juga disebabkan oleh kualitas produk sarang walet Indonesia yang berada di bawah standar internasional dan dinilai mengandung nitrit yang tinggi (Rahmawati dan Vanany 2014)

Tujuan
Memberikan informasi kepada pembaca tentang perkembangan ekspor sarang walet Indonesia terkait adanya cemaran nitrit pada sarang walet, terutama ekspor ke Tiongkok.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sarang Burung Walet
Spesies burung walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu, bahan yang dipakai dan ditambahkan dalam pembuatan sarang (Chantler dan Driessens 1995). Ada tiga spesies walet yang sarangnya dapat dikonsumsi, yaitu burung walet putih (C. fuciphaga), burung walet hitam (C. maxima), dan burung walet linchi (C. esculenta). Burung walet putih menghasilkan sarang walet putih yang seluruhnya terbuat dari saliva. Burung walet hitam menghasilkan sarang walet hitam yang terbuat dari saliva bercampur dengan bulu-bulunya yang berwarna hitam. Hal ini disebabkan jumlah bulu lebih banyak dibandingkan saliva maka sarangnya menjadi berwarna hitam. Burung walet hitam biasanya membuat sarang di gua-gua kapur di pantai. Burung walet linchi menghasilkan sarang yang merupakan campuran saliva dengan bahan lain seperti daun pinus, ranting atau ijuk sehingga dinamakan sarang tipe rumput (Soehartono dan Mardiastuti 2003).

Menurut Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 374/Kpts /KH.210 /L/5/2010 tentang Petunjuk Teknis dan Pemeriksaan Sarang Burung Walet dan Sriti, sarang burung walet dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:

1. Sarang putih (Edible-nest Swiftlet)
Sarang walet ini dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fuchipagus dengan ciri-ciri berbentuk seperti mangkuk dibelah, warnanya putih, bening, utuh, tidak retak maupun cacat, serta bersih dari kotoran dan bulu. Ukuran dari sarang walet jenis ini adalah berkisar antara 6-10 cm dan tinggi mangkukan kurang lebih 4-5 cm (Gambar 1).


Gambar 1. Sarang putih

2. Sarang hitam (Black-nest Swiftlet)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus maximus dengan cirri-ciri sarang walet yang dilapisi oleh liur dan tampak berwarna hitam karena bulu-bulu direkatkan pada dinding gua dengan liur. Ukuran dari sarang jenis ini adalah berkisar antara 5-7 cm (Gambar 2).


Gambar 2. Sarang hitam

3. Sarang rumput (White Bellied Swiftlet)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Collocalia esculanta,  Aerodramus fuchipagus atau Aerodramus maximus. Sarang walet jenis ini cenderung berwarna kehijauan karena bercampur dengan lumut, rumput kering, daun pinus, dan cemara (Gambar 3).


Gambar 3. Sarang rumput

4. Sarang sriti lumut (Most-nest Swiftlet)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Collocalia vanikorensis dengan cirri-ciri berwarna hijau dan sarang yang telah lama akan mempunyai warna cokelat kehitaman dan kering (Gambar 4).


Gambar 4. Sarang sriti lumut

5. Sarang merah (Red nest)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fushipagus yang merupakan sarang yang memiliki harga yang paling mahal. Sarang merah yang memiliki kualitas yang baik tidak terdapat noda dan kotoran pada sarangnya. Ukuran dari sarang walet jenis ini adalahh sekitar 9 cm dengan bobot mencapai 9 gram (Gambar 5).


Gambar 5. Sarang merah

Kualitas sarang burung walet yang dipanen dibedakan berdasarkan warna, bentuk, ukuran, kebersihan, dan struktur rajutan. Kualitas sarang burung walet dipengaruhi oleh musim, cara pemetikan, gangguan hama, dan lingkungan (Soehartono dan Mardiastuti 2003). Sarang burung walet dianggap bermutu baik jika mempunyai bentuk yang sempurna seperti mangkok, tidak pecah atau rusak, bersih dari bulu, warna putih bersih atau kemerahan, sarang tebal dan berukuran besar (Nazaruddin dan Widodo 2008).

Adiwibawa (2000) menyatakan bahwa menurut fungsinya sarang walet dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian pondasi dan kaki sarang, bibir  sarang, dinding sarang, dan lapisan berongga. Pondasi sarang adalah sarang bagian bawah yang menempel pada sirip, berbentuk setengah lingkaran yang menghubungkan dua kaki sarang, terbentuk dari gumpalan masa atau serat air liur walet yang saling melekat dan menempel pada sirip. Fungsi pondasi sarang adalah untuk merekatkan dinding sarang. Kaki sarang adalah sarang bagian atas yang menempel pada sirip, terbuat dari air liur kering yang tidak berbentuk serat, tetapi berupa gumpalan atau lembaran tipis yang bertumpuk.

Bibir sarang adalah bagian atas dinding sarang, merupakan tempat untuk mengaitkan kaki walet ketika menggantung pada sarang. Bibir sarang awal akan menjadi bagian dari dinding sarang jika burung walet memperbesar sarangnya dengan menambah ketinggian bibir sarang. Dinding sarang adalah bagian luar sarang yang berbentuk bidang lengkung (mangkok), dibatasi oleh pondasi dan bibir sarang. Dinding sarang berfungsi melindungi telur atau anak walet agar tidak terjatuh dari sarang dan menjaga telur dan anak walet dari pengaruh udara dingin waktu pengeraman, terutama di malam hari (Adiwibawa, 2000).

Lapisan berongga adalah bagian dalam mangkok sarang yang berada dekat pondasi sarang. Lapisan ini tersusun atas serat-serat bulat membujur dan melintang sehingga terbentuk rongga udara di antara serat tersebut. Jalinan antar serat yang tidak padat menyebabkan terbentuknya rongga udara. Fungsi lapisan berongga adalah sebagai bantalan udara ketika masa pengeraman dan pengasuhan anak. Adanya lapisan berongga dapat menjaga ruang di dalam sarang tetap hangat dan lembab (Adiwibawa, 2000).

Nitrit dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Menurut Ruse (1999), nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. Di alam, nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya.

Struktur kimia dari nitrat:





Berat molekul: 62.05  

Struktur kimia dari nitrit:

O == N -- O-

Berat molekul: 46.006

Pada kondisi yang normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion klorida, bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan nitrat dan nitrit menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan nitrit maupun nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari nitrat dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa. Bersifat higroskopis.

Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah  ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Nitrit secara luas dipakai sebagai pengawet, agen anti mikrobial terutama untuk Clostridium botulinum, pemberi warna dan rasa pada daging dan produk lain (Chan et al. 2013). Konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan baik hewan maupun manusia. Ternak ruminansia yang mengkonsumsi hijauan yang mengandung nitrat tinggi dapat keracunan karena di dalam  rumen nitrat akan direduksi menjadi nitrit yang toksik (Yuningsih 2007).

Efek racun akut dari nitrit adalah methemoglobinemia (Nur dan Suryani 2012), dimana nitrit dapat bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen sehingga terjadi penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Di Inggris, keracunan nitrit pernah ditemukan pada manusia dengan gejala methemoglobinemia. Penyebabnya adalah mengkonsumsi sayuran yang ditanam pada lahan yang dipupuk nitrogen secara berlebihan sehingga terjadi akumulasi nitrat pada batang, akar, dan daun (Yuningsih 2007).

Kandungan methemoglobin normal pada darah adalah 0-3%, jika kandungan methemoglobin meningkat sampai 15-20% akan menimbulkan sianosis. Kandungan methemoglobin pada darah yang mencapai 20-45% dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan pingsan, sedangkan kandungan methemoglobin yang mencapai 55-65% dapat menyebabkan koma, kejang, dan gagal jantung. Kandungan methemoglobin di atas 65% dapat menyebabkan kematian (Ruse 1999).

Nitrit dapat membentuk senyawa nitrosamin di dalam saluran pencernaan yang bersifat karsinogenik. Kanker yang berhubungan nitrosamin termasuk kanker kolorektal, kanker perut, dan kanker pankreas (Chan et al. 2013).

Kelompok individu tertentu yaitu bayi dan orang yang mengalami defisiensi glucose 6 phosphate dehydrogenase lebih sensistif terhadap keracunan nitrit dimana konsumsi nitrit dalam jumlah sedikit sudah dapat menyebabkan keracunan. Apabila nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka banyaknya zat makanan akan menghambat absorbsi dari kedua zat ini dan baru akan diabsorbsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus mengubah nitrat menjadi nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu, pembentukan nitrit pada intestinum mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Nitrit dapat mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini mungkin diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO) atau NO- yang mengandung molekul yang berperan dalam membuat relaksasi otot-otot polos (Ruse 1999).

Selain itu, nitrit di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk N-nitroso, komponen ini juga dapat terbentuk bila  daging yang mengandung nitrat atau nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Sementara itu, komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu bahan karsinogenik seperti timbulnya kanker perut pada manusia (Parrot 2002).

Gunajaya dan Arhana (2000),  molekul NO dibentuk oleh 5 elektron nitrogen dan 6 elektron O, sehingga ada 1 elektron yang tak berpasangan, menjadikan NO sebagai molekul reaktif yang bersifat radikal bebas.

Aktifitas biologis nitrit lebih rendah dibandingkan NO, sedangkan nitrat relatif tidak mempunyai aktifitas biologis. Akibat waktu paruhnya yang pendek itu, NO hanya memiliki aktifitas biologis di sekitar tempat biosintesisnya saja. Sebagai contoh sintesis NO di sel endotel vaskular, hanya mengakibatkan relaksasi otot polos vaskular di dekatnya. Reaksi kimia NO dan O2 membentuk ion nitrit dan nitrat sebagai berikut:



Selain dengan O2, radikal bebas NO juga mudah bereaksi dengan molekul lain yang mempunyai elektron tak berpasangan, misalnya anion superoksida (O2-) dan ferrum.8 Berbagai molekul yang mengan-dung O2 di intra atau ekstraselular mampu mengkatalisasi oksidasi inaktif NO menjadi nitrat, diantaranya oksihemoglobin (HbO2). Hemoglobin memiliki afinitas yang tinggi terhadap NO daripada CO (Gunajaya dan Arhana 2000).

Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena efek vasodilatasinya. Gejala klinis yang timbul dapat berupa nausea, vomitus, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, penurunan tekananan darah dan takikardi, selain itu sianosis dapat muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang ringan, sianosis hanya tampak disekitar bibir dan membran mukosa. Adanya sianosis sangat tergantung dari jumlah total hemoglobin dalam darah, saturasi oksigen, pigmentasi kulit dan pencahayaan saat pemeriksaan. Bila mengalami keracunan yang berat, korban dapat tidak sadar seperti stupor, koma atau kejang sebagai akibat hipoksia berat. Prognosis sangat tergantung dari terapi yang diberikan. Mula-mula timbul gangguan gastrointestinal dan sianosis tanpa sebab akan sering dijumpai. Pada kasus yang berat, koma dan kematian dapat terjadi dalam satu jam pertama akibat timbulnya hipoksia dan kegagalan sirkulasi. Akibatnya, terjadi iskemia terutama organ-organ yang vital. Efek vasodilatasi ini tidak dapat di blok oleh atropin atau obat-obatan lain. Tubuh seharusnya mengkompensasinya dengan takikardi tetapi karena pada korban dapat terjadi vasovagal reflex yang mengakibatkan bradikardi. Pada sistem pernafasan mulai tampak takipneu dan hiperventilasi disertai dengan sianosis. Apabila dibiarkan maka akan timbul koma dan kejang sebagai akibat anoksia serebri (Ruse 1999).

Nitrit pada Sarang Burung Walet
Nitrit pada sarang burung walet dapat berasal dari liur walet itu sendiri dan kontaminasi dari lingkungan (Hamzah et al. 2013; Ramli dan Azmi 2012). Air liur burung walet secara alami sudah mengandung nitrit, sedangkan nitrit pada sarang walet dari kontaminasi lingkungan berasal dari proses oksidasi natrium nitrat (NaNO3) dari kotoran walet oleh oksigen di udara. Pengaruh lingkungan dapat menyebabkan meningkatnya kadar nitrit pada sarang burung walet. Perbedaan kadar nitrit sarang burung walet yang dipanen dari goa dan rumah dipengaruhi oleh perbedaan manajemen selama proses produksi. Sarang walet yang dipanen dari goa mempunyai kandungan nitrit lebih tinggi dari sarang yang berasal dari rumah disebabkan kondisi rumah walet dapat diatur kondisi suhu, kelembaban dan kepadatannya, sedangkan kondisi goa tidak bisa diatur. Dari segi warna, sarang walet putih mempunyai kadar nitrit lebih rendah dibanding sarang walet kuning maupun merah (Chan et al. 2013).

Menurut Paydar et al. (2013) semakin gelap warna sarang burung walet maka kadar nitritnya semakin tinggi. Hamzah et al. (2013) menyatakan bahwa sarang burung walet yang dipanen dari goa mempunyai kandungan nitrit dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dibanding sarang burung walet yang dipanen dari rumah. Sarang burung walet putih di goa dapat berubah menjadi kuning akibat mineral dari dinding goa yang masuk ke dalam sarang dan didukung kelembaban goa yang tinggi. Nitrit secara alami sudah terdapat dalam sarang burung walet. Nitrit terbentuk dari kotoran yang ada dalam kandang maupun yang terdapat dalam sarang burung walet itu sendiri yaitu antara lain kotoran burung dan asam urat yang membusuk yang menimbulkan amoniak (NH3) dan akan teroksidasi oleh oksigen menjadi NO2 (nitrit) yang kemudian teroksidasi lagi menjadi nitrat (NO3). Perubahan ammonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat difasilitasi oleh bakteri nitrifikasi.

Batas maksimal kadar nitrit pada sarang burung walet adalah 200 mg/kg (BPOM 2012). Khusus sarang burung walet yang akan diekspor ke Tiongkok kadar nitrit maksimal adalah 30 ppm, sesuai protokol kerjasama yang telah disepakati antara pemerintah Tiongkok dan Indonesia (Barantan 2013).

Ekspor Sarang Burung Walet Indonesia
Budidaya sarang burung walet adalah usaha yang istimewa untuk beberapa orang di Indonesia. Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet.

Habitat bersarang alami dari burung walet adalah gua-gua kapur, baik gua-gua kapur yang terletak di tepianpantai maupun gua darat. Di dalam gua-gua ini burung walet tidur, bersarang dan memelihara anaknya. Sedangkan habitat mencari makan merupakan kombinasi dari kebun, sawah, hutan, dan habitat lahan basah (sawah, danau, sungai), dimana banyak ditemukan serangga. Sekitar seratus tahun yang lalu, secara tidak sengaja diketahui bahwa rumah-rumah tua ternyata dapat dipakai untuk bersarang walet sarang putih. Sejak itu perlahan-lahan. Walet sarang putih ini mulai “diternakkan” di rumah-rumah, dengan melakukan modifikasi agar habitat mikro di dalam rumah mirip dengan habitat alaminya. Seperti halnya dengan  lebah madu, walet hanya disediakan tempat untuk bersarang. Mereka bebas pergi mencari makan dan memilih rumah yang cocok. Jenis walet yang berhasil“dirumahkan” adalah C. fuciphagadan seriti. Dalam suatu rumah walet, umumnya kedua jenis ini ditemukan bersarang bersama-sama dan membentuk suatu  koloni yang cukup besar. Jenis  C. maxima hingga kini tidak/belum berhasil diusahakan di dalam rumah Mardiastuti 1997).

Menurut Kurniati dan Dolorosa (2012), sarang burung walet memiliki tiga penggolongan kelas berdasarkan warna dan bentuk sarang walet, yaitu:
1. Kelas A, yakni sarang yang berwarna putih, berbentuk setengah lingkaran atau mangkuk, bersih ukurannya 3,5  –  4 jari, tidak  pecah, dan punggungnya mulus

2. Kelas B, yakni sarang yang berwarna putih kekuningan, bulu agak dominan sedikit kotor, ukuran kurang dari 3,5 jari, bentuknya menyudut atau segitiga dan kurang mulus

3. Kelas C, yakni sarang yang memiliki bentuk yang tidak utuh, penyebabnya mungkin kurang hati-hati dalam melakukan panen atau pemrosesan. Ukurannya beragam, dari pecahan 1 cm hingga yang patah menjadi dua bagian.

Adanya penggolongan kelas berdasarkan warna dan bentuk sarang walet, dimaksudkan untuk menentukan nilai jual atau harga dari sarang walet yang dihasilkan. Menurut Mardiastuti (1997), sarang yang termahal (mencapai 7-8 juta rupiah per kg; ± 120 keping) dihasilkan oleh C.fuciphaga. Mutu sarang yang dihasilkanoleh C. fuciphaga tergantung dari warna, kebersihan sarang, bentuk dan ukuran. Sarang yang bermutu tinggi berwarna putih, bersih dari kotoran atau bulu yang menempel pada sarang, bentuk mangkukan sempurna, tidak cacat  atau pecah dan berukuran lebar minimal 3 jari. Untuk mendapatkan sarang yang bermutu baik ini dilakukan pembersihan, pembentukan ulang dan penyortiran. Sarang hitam yang dihasilkan oleh C.maxima sebagian besar (85% atau kurang) terbuat dari bulu burung yang berwarna hitam, dan direkatkandengan air lir (15% atau kurang). Untuk mendapatkan air liur, dilakukan proses yang kompleks dan melibatkan banyak tenaga terampil, dimana bulu dipisahkan dari air liurnya. Hasil akhir dari proses ini dapat berupa butiran air liur kering berwarna keputihan atau dicetak dengan bentuk tertentu (bulat, bola, bentuk daun). Harga sarang jenis ini lebih rendah dari sarang putih, yaitu sekitar 600 ribu hingga 1 juta per kg (± 100 keping) sebelum diproses.

Menurut majalah bisnis online, harga sarang walet dapat dibedakan dibedakan dari asal dan bentuk sarang walet, yaitu:
a. Harga sarang walet rumahan:
1. Mangkok, Rp. 10- 12 Juta/ Kg.
2. Sudut, Rp. 8 Juta/ Kg
3. Patahan, Rp. 4 - 6 Juta/ Kg
4. Campur, Rp. 9,6 Juta/ Kg

b. Harga sarang walet Gua
1. Mangkok, Rp. 6-7 Juta / Kg.
2. Patahan, Rp. 4-5 Juta/ Kg.
3. Campur, Rp. 8-9 Juta/ Kg

Harga tersebut sewaktu waktu bisa berubah, tergantung stabilitas perkembangan ekonomi global, terutama negara pengimpor seperti Tiongkok. Harga diatas itu bukan sepenuhnya acuan, melainkan kisaran harga yang biasa digunakan karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti kualitas sarang dan jenis waletnya sendiri (diambil dari: http://majalahbisnes. blogspot.co.id /2016/01 /harga-sarang -walet-terbaru -2016.html, diakses 31 Agustus 2016).

Menurut Mardiastuti (1997), rantai perdagangan sarang burung melibatkan beberapa agen pelaku, yakni (1) petani/peternak walet, (2) tengkulak atau makelar, (3) pedagang pengumpul, (4) pedagang besar atau pedagang antar pulau, dan (5) pengusaha atau eksportir. Rantai perdagangan yang mungkin terjadi bisa pendek (petani →pengusaha) atau panjang dan melibatkan kelima agen tersebut. Rantai perdagangan untuk sarang rumahan umumnya pendek, melibatkan hanya 2 atau 3 agen pelaku. Sedangkan rantai perdagangan untuk sarang gua-khususnya gua-gua yang letaknya jauh dari sumatera- biasanya panjang, melibatkan tengkulak dan pedagang antarpulau, kecuali bila pengusaha kebetulan merupakan pemilik konsesi gua. Para pengusaha/eksportir sarang burung walet kebanyakan berkedudukan di Jakarta (sebagian besar), Semarang, Surabaya dan Medan. Para pengusaha ini telah memiliki pasar tetap di negara pemesan/ pengimpor. Pemesan menentukan bentuk-bentuk cetakan sarang olahan (sarang hitam) sesua dengan peruntukannyaatau proses lebih lanjut (tonik minuman, sup, dan seterusnya).

Sarang walet yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan negara tujuan. Khusus sarang walet yang akan diekspor ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) harus memenuhi persyaratan yang disepakati oleh Indonesia dan RRT yang tertuang dalam  Protokol Persyaratan Higenitas, Karantina dan Pemeriksaan Untuk Importasi Produk Sarang Burung Walet dari Indonesia ke Tiongkok Antara Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Administrasi Umum  Pengawasan Mutu, Inspeksi dan Karantina Republik Rakyat Tiongkok. Dalam protokol tersebut ada beberapa persyaratan teknis yang dipersyaratkan RRT tapi tidak dipersyaratkan oleh lain yaitu batas maksimal kandungan nitrit sebesar 30 ppm, pemanasan sarang burung walet 70 0C selama 3,5 detik dan ketelusuran asal sarang walet. Pemerintah dalam hal ini Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian telah mengeluarkan peraturan sebagai pedoman untuk memastikan persyaratan tersebut terpenuhi. Aturan tersebut terdiri atas:

1. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 832/Kpts /OT.140 /L/3/2013 Tentang Pedoman Persyaratan Dan Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pengeluaran Sarang Walet Dari Wilayah Negara Republik Indonesia Ke Republik Rakyat Tiongkok

2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 395/Kpts /OT.160/L /4/2014 Tentang Pedoman Pemantauan Karantina Terhadap Pengeluaran Sarang Walet Ke Negara Republik Rakyat Tiongkok

3. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 406/Kpts /OT.160 /L/4/2014 Tentang Pedoman Pemanasan Sarang Walet Untuk Pengeluaran Ke Negara Republik Rakyat Tiongkok

4. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 416/Kpts /OT.160 /L/4/2014 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kandungan Nitrit Sarang Walet Untuk Pengeluaran Ke Negara Republik Rakyat Tiongkok

Persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan ekspor sarang walet selain Tiongkok berbeda untuk setiap negara. Persyaratan dari Tiongkok dianggap paling ketat dibanding negara lain. Untuk dapat ekspor, ada beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum ekspor sarang burung walet yaitu:

1. Surat Penetapan Tempat Pemrosesan sebagai Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH) atau Tempat Pemeriksaan Karantina (khusus ekspor ke RRT harus mempunyai Sertifikat HACCP)

2. Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV)

3. Pengakuan Eksportir Terdaftar Sarang Burung Walet (ET-SBW)

4. Sumber sarang walet berasal dari rumah walet yang teregistrasi (khusus ekspor ke RRT)

5. Tindakan karantina hewan terhadap pengeluaran sarang walet dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian (UPT KP) tempat pengeluaran sarang walet

Ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi untuk ekspor sarang burung walet ke Tiongkok menyebabkan sampai saat ini baru 6 (enam) perusahaan yang teregistrasi dan dapat melakukan ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok. Untuk dapat teregistrasi di Tiongkok, selain memenuhi persyaratan verifikasi dokumen juga dilakukan penilaian tempat pemrosesan dan rumah walet oleh Tiongkok. Selain Indonesia, beberapa negara juga melakukan ekspor sarang burung walet ke Tiongkok (Tabel 1).

Tabel 1 Data negara pengekspor sarang walet ke Tiongkok menurut Kementerian Perdagangan

Berdasarkan data ITC Comtrade, sampai dengan tahun 2014 tercatat bahwa negara pengekspor terbesar sarang burung walet ke Tiongkok adalah Malaysia dengan kontribusi nilai ekspor sebesar 99,81% (Kemendag 2015).

III. PEMBAHASAN

Cara Menurunkan Kadar Nitrit pada Sarang Burung Walet
Sarang burung walet secara alami sudah mengandung cemaran nitrit. Konsentrasi nitrit pada sarang burung walet tergantung dari umur sarang, lokasi sumber walet apakah dari goa atau rumah walet, dan kondisi lingkungan tempat tinggal burung walet. Sarang burung walet yang dipanen pada umur tua, warna kuning atau merah, dan berasal dari lingkungan yang kotor dan tidak pernah dibersihkan cenderung mengandung nitrit yang tinggi. Ada beberapa cara untuk menurunkan kadar nitrit pada sarang burung walet, antara lain pencucian dengan air mengalir dan perendaman. Selain itu, ada yang menggunakan bahan kimia unruk menurunkan kadar nitrit pada sarang burung walet namun hal ini tidak direkomendasikan.

Proses produksi sarang burung walet dari panen sampai diperoleh sarang burung walet yang bersih dan siap dikonsumsi harus melalui beberapa tahapan proses produksi. Tahapan produksi yang dilakuan secara tidak langsung dapat menurunkan kadar nitrit sarang burung walet seperti pencucian atau perendaman jika perusahaan melakukan tahapan ini. Tahapan produksi sarang burung walet tidak sama setiap perusahaan. Mereka mempunyai teknik pemrosesan yang menjadi rahasia setiap perusahaan sesuai kebiasaan yang selama ini dilakukan.

Jong et al. (2013) secara umum membagi proses produksi sarang burung walet menjadi lima bagian yaitu peternakan walet, pemanenan, pembersihan, pengeringan dan pembentukan kembali, dan penyimpanan dan pengemasan sarang burung walet. Ma dan Liu (2012) menyatakan bahwa sarang burung walet mentah yang telah dipanen harus diproses terlebih dahulu sebelum dijual meliputi perendaman, pembersihan, pemutihan, pencabutan bulu, dan pengemasan.

Menurut Jong et al. (2013) pembersihan sarang burung walet dimulai dengan pencucian sarang burung walet sambil disikat. Sarang burung walet dilunakkan dengan direndam ke dalam air dan dibersihkan dengan cara menjepit menggunakan pinset untuk secara manual menghilangkan bulu-bulu walet. Sprayer digunakan untuk mempercepat proses pembersihan selama proses pembersihan berlangsung. Selanjutnya dilihat apakah sarang burung walet sudah bersih, jika belum proses pembersihan diulang sampai sarang burung walet benar-benar bersih. Selanjutnya proses pengeringan dan pembentukan kembali sarang burung walet yang merupakan proses rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Sarang burung walet (basah dan lembut) dikeringkan untuk dilakukan proses pembentukkan kembali, kemudian sarang burung walet disemprot dengan sedikit air untuk mempermudah proses pembentukkan kembali (dilunakkan dan ditekuk).

Setelah melunak kemudian sarang burung walet dibentuk kembali dengan menggunakan bantuan benang untuk memperbaiki sarang burung walet menjadi bentuk tertentu, sarang burung walet ditekan dengan hati-hati untuk mengurangi celah (gap) antar struktur sarang burung walet. Sarang burung walet kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan dilakukan pengeringan. Setelah kering perlu kehati-hatian untuk mengeluarkan sarang burung walet dari cetakan agar tidak rusak. Sarang burung walet yang kering menjadi rapuh, oleh karena itu perlu disemprot dengan sedikit air untuk membasahi permukaannya agar mengurangi risiko retak selama proses melepas ikatan benang.

Proses pengeringan menggunakan oven yang didesain khusus. Oven terdiri dari casing, kipas angin, lampu dan jaring. Casing merupakan perangkap panas dalam oven, kipas digunakan untuk memungkinkan sirkulasi udara internal dan memastikan keseimbangan distribusi panas dalam oven. Lampu menghasilkan panas dan jaring yang digunakan untuk menahan cetakan (Gambar 6).


Gambar 6 Alur pencucian sarang walet menurut Jong et al. 2013

Pencucian dengan air mengalir dapat menurunkan kadar nitrit pada sarang burung walet, hal ini telah dibuktikan oleh Susilo (2015) dengan melakukan pencucian sarang burung walet dengan air mengalir selama 30 detik untuk setiap pencucian. Menurut Susilo (2015), sarang burung walet yang diberi perlakuan satu kali, dua kali, dan tiga kali pencucian dengan air mengalir memiliki kandungan nitrit 29.93%, 31.70%, dan 66.84% lebih rendah dibandingkan kontrol tanpa pencucian. Pencucian sebanyak tiga kali dengan air mengalir mampu menurunkan 66.84% kadar nitrit. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan nitrit pada sarang burung walet dipengaruhi oleh lamanya sarang walet terpapar oleh air. Semakin lama sarang burung walet terpapar oleh air maka kandungan nitritnya akan semakin turun.

Menurut Chan et al. (2013) perendaman 3-15 jam dapat menghilangkan kandungan nitrit sampai 98%. Nitrit memiliki sifat yang mudah larut dengan air (Ramli dan Azmi 2012) sehingga nitrit yang ada pada sarang burung walet akan terbawa oleh air saat pencucian. Proses pencucian satu kali dengan air mengalir sambil disikat membuat nitrit yang ada di permukaan dan sela-sela struktur sarang ikut terlarut air. Proses pencucian dua kali membuat struktur rajutan mulai terbuka sehingga dimungkinkan nitrit yang ada di dalam struktur rajutan terbawa air saat pencucian. Proses pencucian tiga kali membuat struktur rajutan tidak hanya terbuka namun ada yang lepas sehingga nitrit yang tadinya masih berada dalam struktur sarang dapat terlarut dalam air.

Menurut Utomo et al. (2015), sarang burung walet hitam sebelum pencucian memiliki kandungan nitrit yang paling tinggi bila dibandingkan dengan sarang burung walet putih dan sarang seriti yang belum dicuci. Nitrit terbentuk oleh kotoran yang membusuk menjadi ammonia yang kemudian dirubah oleh bakteri nitrifikasi menjadi nitrit. Kotoran yang terdapat dalam sarang burung walet hitam jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan kotoran pada sarang putih dan pada sarang seriti. Sarang seriti sebelum dicuci memiliki kandungan nitrit yang paling rendah.

Menurut Mardiastuti (1997) sarang seriti tersusun atas rerumputan atau daun pinus dan daun cemara yang dilekatkan dengan liur dari burung seriti, sehingga liur dari burung seriti sangat sedikit dan penyerapan terhadap nitrit juga sedikit. Ketiga jenis sarang burung walet mengalami penurunan kandungan nitrit dengan adanya pencucian dengan asam askorbat. Reaksi Asam Nitrit dan Asam Askorbat menurut Liao, M-L dan Serb, D.A, dalam Utomo et al. (2015) adalah sebagai berikut:

Kandungan nitrit sarang burung walet yang merupakan salah satu syarat kualitas sarang burung walet yang diminta Tiongkok dapat dikendalikan dengan menggunakan asam askorbat yang dapat mereduksi kandungan nitrit menjadi nitrit oksid sehingga kandungan nitrit dalam sarang burung walet dapat menurun. Penurunan kandungan nitrit dengan asam askorbat dapat dilakukan pada sarang putih, sarang hitam dan sarang seriti (Utomo et al. 2015).

Perendaman dalam air juga dapat menurunkan kadar nitrit dalam sarang burung walet, hal ini dibuktikan oleh Helmi (2012), dimana sarang walet merah sebanyak 20 gram dengan kadar nitrit 5120 ppm dibagi masing-masing 10 gram dan diberi perlakuan perendaman dalam air. Sarang walet yang direndam dalam satu liter air selama dua jam diperoleh kadar nitrit menurun dari 5120 ppm menjadi 47 ppm, sedangkan sarang walet yang direndam dalam satu liter air selama dua jam kemudian airnya diganti lalu direndam kembali dalam satu liter air selama dua jam diperoleh hasil kadar nitrit lebih rendah lagi yaitu dari 5120 ppm menjadi 12 ppm.

Perkembangan Ekspor Sarang Burung Walet Indonesia
Sarang burung walet pertama kali dipopulerkan oleh etnis Tionghoa, dan juga banyak dikonsumsi oleh etnis Tionghoa, sehingga tidak heran pada saat perayaan-perayaan atau festival-festival etnis Tionghoa seperti perayaan imlek, akhir tahun dan Moon Cake Festival permintaan akan sarang burung walet meningkat sangat pesat.

Indonesia dan RRT pada tanggal 24 April 2012 telah menandatangani Protokol Persyaratan Higenitas, Karantina dan Pemeriksaan untuk Importasi Produk Sarang Burung Walet dari Indonesia ke Tiongkok antara Kementerian Pertanian RI dan Administrasi Umum Pengawasan Mutu, Inspeksi dan Karantina RRT. Faktanya setelah ditandatangani protokol kerjasama perdagangan sarang burung walet antara Indonesia dan Tiongkok, Indonesia baru dapat melakukan ekspor pada tahun 2015 (Tabel 2). Ekspor sarang burung walet ke negara tujuan Tiongkok dilakukan perdana pada tanggal 29 Januari 2015. Sampai saat ini ada 6 (enam) perusahaan yang terdaftar dapat melakukan ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok.

Tabel 2 Data Ekspor Sarang Burung Walet Indonesia
Negara Tujuan Ekspor
Volume Ekspor (Kg) dan Presentase Peningkatan/Penurunan
2013
2014
2015
Jumlah P8 (kg)
Frek P8 (kali)
Jumlah P8 (kg)
Frek P8 (kali)
Jumlah P8 (kg)
Frek P8 (kali)
HONGKONG
108.975,30
2.856
304.072,70

7.984

387.643,10

8.489

SINGAPORE
23.580,00

580

86.511,02

2.036

78.777,12

2.220

MALAYSIA
2.040,00

180
3.970,00

297

7.788,38

465

TAIWAN
1.784
144
14.954,59

889

17.034,5

1.285

THAILAND
52
9
14.307,20

52

4.804,80

66

VIETNAM
6.310,00
54
51.308,94

275

162.233,80

488

TIONGKOK




14.222,19

NEGARA LAIN
6.646,00
214
24.472,05

1.374

41.279,70

1.022
-
TOTAL
149.387,3
4.037
499.596,5

12.907

699.561,40

14.035

(Sumber: Laporan Tahunan Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian Tahun 2015)
           
Negara tujuan ekspor terbesar untuk pengeluaran sarang walet Indonesia di tahun 2015 secara berurutan adalah Hongkong, Vietnam, Singapura, Taiwan, Tiongkok, Malaysia dan Thailand. Ekspor ke negara tujuan Tiongkok apabila dibandingkan dengan volume ekspor keseluruhan di tahun 2015 masih sekitar 2 %  (14.222,19 kg) dari total keseluruhan volume ekspor sarang walet 2015 (699.561,40 kg). Nilai ekspor ke Tiongkok tampak kecil, namun apabila dilihat dari volume ekspor tiap negara yang menjadi negara kedua sebelum Tiongkok, terjadi penurunan volume ekspor tujuan Hongkong dari tahun 2014 – 2015 sebesar 27,5% dibanding tahun 2013-2014 sebesar 176% , Singapura -9% dibanding sebelumnya 240%. Hal ini dapat dimungkinkan karena di tahun 2015, kran ekspor sarang walet Indonesia secara langsung ke Tiongkok telah dibuka oleh pemerintah Tiongkok untuk 6 (enam) perusahaan untuk tujuan diperdagangkan, menindaklanjuti Protokol yang telah disepakati bersama antara Kementerian Pertanian RI dengan AQSIQ pada 24 April 2012.  Negara ketiga selain Hongkong dan Singapura, yaitu Malaysia, terjadi sebaliknya yaitu kenaikan walau tidak signifikan, dari 95% (2013-2014) menjadi 96% (2014-2015). 

Malaysia merupakan negara lain selain Indonesia dimana beberapa perusahaannya telah mendapatkan persetujuan sebagai perusahaan eksportir sarang walet ke Tiongkok (Barantan 2015). Menurut data Karantina Hewan  yang diunduh dari e-QVet, ekspor sarang burung walet semester pertama 2016 ke negara Tiongkok mencapai 7,1 ton dan ke negara selain Tiongkok mencapai 368 ton.

Sarang burung walet masih menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Potensi pasar di luar negeri masih terbuka luas. Sejak Tiongkok dapat menerima sarang burung walet dari Indonesia, berdampak pada kepercayaan negara-negara lain akan kualitas sarang burung walet Indonesia. Ekspor sarang burung walet Indonesia ke negara tujuan Tiongkok sampai saat ini hanya dapat dilakukan oleh 6 (enam) perusahaan yang sudah terdaftar dan dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan Tiongkok. Kapasitas produksi dari 6 (enam) perusahaan tersebut masih belum memenuhi kebutuhan pasar Tiongkok sehingga masih terbuka pasar untuk perusahaan lain memasuki pasar Tiongkok. Diharapkan banyak perusahaan walet yang menyusul melakukan registrasi untuk dapat ekspor langsung ke Tiongkok dan pemerintah selalu mendukung untuk akselerasi ekspor.

Menurut Kurniati dan Dolorosa (2012), beberapa strategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas sarang walet sehingga para pengusaha dapat mengoptimalkan keuntungannya di masa depan adalah:
1. Membudidayakan Populasi Burung walet.
Agar kekayaan alam yang ada tidak punah maka para penangkar harus tetap menjaga dan melestarikan populasi dari sarang burung walet tersebut, dengan menggunakan teknik pembudidayaan yang benar hingga proses pemanenan yang berazas melestarikan populasi sarang burung walet maka populasi dari sarang walet akan tetap terjaga dan produksi sarang burung walet akan meningkat.

2. Mengoptimalkan teknik pembudidayaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Strategi ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil produk yang berkualitas dengan teknik pembudidayaan yang benar. Syarat utama meningkatkan produksi dari sarang burung walet adalah teknik pembudidayaan yang benar, diantaranya :
a. Sempurnakan syarat-syarat baku budidaya walet meliputi: faktor kelembapan, sinar yang masuk ke dalam ruangan tidak boleh lebih dari 0,02 lux, serta pemasangan sirip yang benar;

b. Gunakan sarana penunjang budidaya walet antara lain : SWO-2, hujan kabut buatan, PW-Cair,bibit lamtoro mini dan thermohygrometer;

c. Pahami sifat-sifat asli walet, misalnya : pengaturan arus terbang burung walet, arus terbang walet bersifat monoton sehingga selama hidupnya tidak akan berubah;

d. Hilangkan hambatan perkembangan produksi sarang antara lain: hambatan pada lobang masuk seperti adanya pohon atau tiang yang menghalangi lubang masuk, hambatan arus terbang di dalam ruangan rumah walet seperti penggunaan tiang penunjang yang berlebihan serta hambatan adanya lubang yang berada diantara ruangan.

3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan para pengumpul
Strategi ini bermanfaat untuk meningkatkan pola hubungan kerjasama yang intensif dan memberikan dampak yang baik dalam pengembangan dan pemasaran produk sarang burung walet. Hubungan kerjasama yang baik antara penangkar dengan pedagang pengumpul sangat membantu dalam proses pemasaran.

4. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi
Strategi ini bermanfaat untuk perlindungan hukum bagi para penangkar dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Masih banyak para penangkar yang belum menjalin kerjasama dengan intansi-instansi terkait pembudidayaan sarang burung walet sehingga banyak pula dari penangkar yang belum mengetahui peraturan-peraturan dari pembudidayaan sarang burung walet, inilah salah satu penyebab terjadinya tindakan kriminal  yaitu pemerasan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, oleh karena itu hubungan kerjasama dengan berbagai instansi harus terjalin dengan baik, sehingga pembudidayaan sarang burung walet dan proses pemasaran dapat berjalan dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan.

5. Mengoptimalkan pengolahan produk sarang walet
Sarang walet yang kotor akan menurunkan nilai jualnya, semakin bersih dan putih sarang walet maka semakin tinggi nilai jualnya, agar nilai jual dari sarang burung walet bisa tinggi produk tersebut harus diolah kembali. Proses pengolahan diantaranya yaitu pencucian sarang walet, dalam proses pencucian sarang tidak hanya dibersihkan tetapi juga dicetak dan ditambal sehingga bentuknya menjadi sempurna, setelah melalui proses tersebut maka nilai jual arang burung walet akan naik dan penangkar memperoleh profit yang besar.

6. Mengoptimalkan kegiatan promosi produk sarang walet
Strategi ini bermanfaat untuk mempromosikan produk sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas. Media promosi yang dapat digunakan adalah dengan mengikutsertakan para penangkar dalam kegiatan pameran atau perayaan festival-festival. Kegiatan promosi yang berkesinambungan akan membuat pemasaran produk sarang walet menjadi lebih luas.

Kualitas sarang burung walet Indonesia terkenal bagus dibandingkan sarang brung walet dari negara lain. Kualitas yang bagus harus tetap dijaga untuk mempertahankan pasar agar tidak diambil alih negara lain. Promosi dan pameran di luar negeri merupakan salah satu sarana untuk mengenalkan sarang burung walet Indonesia. Khasiat dan kegunaan sarang burung walet untuk kesehatan merupakan daya tarik tersendiri untuk mengkonsumsi sarang burung walet. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam meningkatkan ekspor sarang burung walet. Regulasi yang mudah dan tidak berbelit-belit mendorong pengusaha untuk berinvestasi dalam industri sarang burung walet. Hal ini akan meningkatkan produksi sarang burung walet dan menambah lapangan pekerjaan dalam industri sarang burung walet.

IV. KESIMPULAN

Isu adanya cemaran nitrit dan virus flu burung pada sarang walet Indonesia membuat Indonesia tidak bisa langsung ekspor sarang burung walet langsung ke Tiongkok. Pemerintah berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan memenuhi persyaratan Tiongkok dengan menandatangani Protokol yang berisi sarang burung walet dari Indonesia harus bebas virus flu burung dengan melakukan pemanasan 70 oC selama 3,5 detik, adanya ketelusuran asal sarang burung walet dan kadar nitrit sarang burung walet harus dibawah 30 ppm. Perlu 3 tahun bagi Indonesia untuk dapat langsung eskpor sarang burung walet ke Tiongkok sejak penandatanganan Protokol pada tahun 2012. Ekspor sarang burung walet ke Tiongkok saat ini menyumbang 2% dari total ekspor sarang burung walet Indonesia dari 6 (enam) perusahaan yang teregistrasi. Ekspor sarang burung walet Indonesia masih sangat potensial dan sangat berpeluang untuk ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
(Ada pada penulis)

Tanpa merubah maksud dan mengurangi isinya, tulisan telah diedit ulang oleh:
drh. Giyono Trisnadi

******

PENTING UNTUK PETERNAKAN: