FAKTA, Abses adalah benjolan di kulit, di bawah kulit ataupun di kelenjar yang merupakan akumulasi timbunan cairan nanah maupun cairan bening yang dikelilingi oleh bentukan jaringan ikat (fibrosa). Abses dapat terjadi di bagian badan di mana saja yang mana bakteri pembentuk nanah (piogenik) dapat berkembang biak, makin lama nanah sebagian besar digantikan oleh jaringan fibrosa.
PENYEBAB ABCES,
Abses kelenjar getah bening (lympo glandula) di daerah kepala, leher,
kulit dan di bawah kulit, bisa terjadi pada proses transportasi sebagai akibat
dari abrasi atau karena penetrasi duri tanaman (karena merumput) di orofaring
atau kulit, penetrasi biji tanaman yang tajam ataupun jarum vaksinasi.
Abses di pipi dan rahang biasanya disebabkan oleh penetrasi pada kulit dari duri tanaman atau benda tajam lainnya saat makan atau menggosokan gosokkan kepala ke kandang (dinding /tempat pakan /tempat minum) ataupun ke pagar.
Abses di bawah kulit dapat terjadi di tempat vaksinasi ketika vaksinasi dilakukan dalam kondisi suboptimal (jarum basah, kotor atau tumpul). Benjolan di leher bagian samping biasanya merupakan abses tempat vaksinasi. Sebagian besar ternak divaksinasi di sisi ini oleh karena itu sebagian besar tempat vaksinasi abses pada sapi berada di sisi dekat leher. Abses kulit juga lebih sering terjadi pada vaksin yang mengandung adjuvant berminyak.
Abses di bawah kulit juga dapat terjadi ketika larutan kalsium disuntikkan di bawah kulit saat mengobati sapi ambruk karena kasus Milk Fever. Sedangkan Hematoma adalah benjolan berisi darah (dalam jumlah yang banyak) dan serum yang terjadi pada daerah tonjolan pinggul dan pantat pada sapi setelah trauma (memar), dan dapat menjadi abses seiring waktu jika terkontaminasi bakteri. Ini terjadi jika bakteri piogenik menginfeksi tempat tersebut melalui aliran darah atau melalui jarum terkontaminasi yang dimasukkan untuk mengeringkannya.
PROSES TERJADINYA ABCES,
Abses biasanya disertai peradangan (panas, nyeri, bengkak, kemerahan),
sulit bergerak, sulit menelan dan gangguan pencernaan, ini tergantung dari
letak dan besarnya absesnya. Secara umum abses adalah akibat dari trauma (luka
goresan, gosokan, cabikan, tusukan, sayatan ataupun pembedahan), bisa juga
akibat dari perkembangan pembusukan kondisi adanya patahan tulang atau benda
asing atau karena infeksi sistemik.
Pada tahap awal, abses bisa disertai radang (rasa sakit, panas, dan bengkak). Pada tahap selanjutnya, dingin dan dikelilingi oleh “kapsul berserat” atau jaringan fibrosa. Pembengkakan yang membulat dan tegang di bawah kulit leher bagian bawah, pipi atau di bawah telinga mungkin merupakan abses tetapi bisa jadi karena ada kotoran yang tersangkut di antara pipi dan gigi, saluran air liur yang tersumbat atau pembengkakan di bawah rahang (rahang botol /bottle jaw). Pembengkakan di samping atau atas leher hampir selalu merupakan abses akibat vaksinasi. Pada domba & kambing, abses kelenjar sering terjadi di leher bawah dan di bawah telinga (Caseous Lymphadenitis /CLA )
** Bottle jaw adalah kebengkakan atau benjolan berbentuk seperti botol karena penumpukan cairan (edema) di kulit rahang bawah (kelenjar submandibularis), bila diraba terasa seperti jeli /cairan lembek, kebanyakan terjadi pada domba dan kambing namun hal itu juga bisa terjadi pada sapi (pedet). Disebabkan oleh banyak kondisi, tetapi biasanya karena infeksi cacing hati kronis (Fasciola hepatica), cacing lambung /abomasum (Haemonchus Contortus /cacing pengisap darah), penyakit Johne’s disease, kondisi anemia dan hypoproteinemia. Penanganan bottle jaw obati penyebabnya, jangan lakukan penanganan pada kebengkakannya.
** Caseous lymphadenitis (CL) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium pseudotuberculosis yang mempengaruhi sistem limfatik yang mengakibatkan abses pada kelenjar getah bening superficial (parotidea, retropharyngeal, mandibuaris, prescapularis, prefemoralis dan poplitea) dan organ dalam, biasanya pada kambing dan domba.
Abses pecah dikenali dengan keluarnya nanah. Jika tidak pecah, abses dikonfirmasi dengan menusuk /mengiris /menyayat pembengkakan pada titik yang paling berfluktuasi atau menonjol, atau memasukkan jarum dan menemukan nanah. Isi nanah biasanya adalah bakteri sekunder dari pada penyebab utama.
Kejadian luka di kulit perlu segera ditutup (dengan obat atau dibalut), jika luka terbuka akan berproses terlalu cepat menutup, ini akan menjebak adanya infeksi di dalamnya. Begitu pula dengan luka yang terkontaminasi atau terinfeksi yang tidak ditutup /dibalut atau setidaknya tidak tertutup sempurna sampai infeksi dapat mengering.
CARA PENANGANAN,
Jika abses tidak mempengaruhi kesehatan hewan, tidak terlihat jelek
performannya dan tidak menyebabkan penolakan di tempat tujuan (penjualan) atau
penyembelihan, maka tidak perlu tindakan (penanganan /pengobatan) apa pun. Ini
karena tindakan mengoperasi /menyayat /menusuk dan mengeringkan abses dapat
menyebabkan hewan menjadi tidak enak
dilihat, atau menyebabkan komplikasi seperti infeksi sekunder atau bekas
sayatan dikeroyok banyak lalat. Selain itu, abses yang dilakukan operasi
(drainase) mungkin memerlukan pembilasan yang berkelanjutan untuk memastikan mudahnya
penyembuhan dan penyembuhan dapat memakan waktu beberapa minggu.
Dalam beberapa kasus, abses dapat menyusut secara spontan dari waktu ke waktu, namun penyusutan bisa memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Abses besar kelenjar getah bening kepala dan leher sulit diobati dengan baik, kalaupun dilakukan pengobatan memerlukan operasi pengeluaran nanah yang hati hati, dan pengobatan antibiotik selama berminggu-minggu, tanpa jaminan penyembuhan total. Hewan yang terkena sebaiknya dipotong saja.
Abses di bawah kulit dapat diobati dengan penyayatan /penusukan dan drainase. Sebelum menusuk, periksa dahulu apakah pembengkakan berisi cairan, dan bukan benjolan fibrosa, hernia, atau hematoma yang mengeras. handling hewan (sapi) mungkin memerlukan kandang jepit, obat penenang, dan obat bius jika hewan liar, nakal atau susah diatur. Bersihkan sekitar abces dan gunakan pisau skalpel steril untuk membuat sayatan pada bagian yang paling menonjol (mata abces) dari pembengkakan, atau pada bagian paling bawah (ventral) dari abses. Perluas sayatan secukupnya agar lubang sayatan tidak menutup terlalu cepat, jika tidak, abses dapat terbentuk kembali. Membuat lubang drainase di bagian bawah (ventral) dapat membantu pada kasus abses besar. Cuci /bilas dengan menyemprotkan cairan infus Ringer lactat steril atau Ringer saline steril dengan selang atau jarum suntik, gunakan jari yang bersarung tangan menekan abces untuk membantu mengeluarkan nanah pelan pelan.
Prinsip utama penanganan abses adalah drainase ventral (bawah). Jika abses tidak dibuka atau jika lubangnya berada di atas dasar abses maka abses umumnya tidak akan sembuh .
TATA LAKSANA PENANGANAN ABCES,
Setelah abses ditusuk, perlu penyembuhan dari dalam ke luar. Luka
dapat dibiarkan terbuka dengan pembilasan atau pembalutan (kasa, dll).
Solusi untuk kontaminan adalah pembilasan. Siram /bilas dengan cairan isotonik dalam jumlah banyak, Infus Ringer lactat steril ataupun Ringer saline steril bisa digunakan. Larutan hipotonik dan hipertonik harus dihindari karena menyebabkan kerusakan sel. Menambahkan antibiotik pada larutan bilasan biasanya tidak membantu karena akan dikeluarkan kembali.
- Larutan berbasis yodium encer lebih efektif daripada larutan yodium kuat
- tingtur yodium terlalu kuat dan racun pada jaringan
- contoh larutan berbasis yodium – betadine, povidone iodine
- Sebagian besar larutan betadine dan chlorhexidine bersifat toksik terhadap jaringan kecuali sangat encer
- Betadine dan chlorhexidine hanya boleh diinfus jika dapat mengalir kembali, terlepas dari pengenceran
- Air suling bersifat hipotonik dan merusak sel.
- Pembilasan dua kali sehari sering diperlukan untuk menjaga agar abses tidak menutup sebelum waktunya
- Jauhkan hidrogen peroksida dari luka. Itu merusak.
- Luka dapat dibalut dengan kasa kering atau yang direndam betadine yang akan dengan sendirinya tertarik keluar perlahan seiring waktu
PENANGANAN DENGAN ANTIBIOTIK,
Antibiotik umumnya tidak diperlukan jika drainase (pengeluaran cairan
dengan penusukan, pengeluaran cairan dan pembilasan) dapat dilakukan. Dan tindakan
medis lanjutan dapat dilakukan jika terjadi /infeksi menyebar (atau cenderung
menyebar setelah drainase ventral) melalui jaringan lunak di sekitar abses atau
jika abses menyebabkan rasa sakit yang parah (hewan lehernya kaku dan kesulitan
makan dan minum) atau jika drainase ventral tidak memungkinkan atau jika bisa
mengakibatkan adanya struktur vital berisiko (misalnya rongga pleura,
mediastinum, rongga perut, sendi). Dalam kasus ini, obat antiinflamasi
(flunixin meglumine, tolfenamic acid, meloxicam, ketoprofen dll), dan
antibiotik (prokain penisilin, eritromisin dll) perlu diberikan.
Lakukan tindakan biosekurity saat menangani abses karena mungkin ada bakteri yang dapat menginfeksi manusia dan mungkin kebal terhadap antibiotik.
Kesalahan Penanganan Terjadi Bila:
Ø
Drainase ventral Kurang bagus: Tidak
dikeringkan, tidak ventral atau tidak cukup lebar /besar
Ø
Pembilasan dengan cairan yang memperburuk
keadaan (merusak kulit /jaringan)
Ø
Hindari larutan hidrogen peroksida, yodium pekat,
dan klorheksidin
Ø
Cairan abces (mikro organisme) mengkontaminasi
lingkungan (pada saat mengeluarkan cairan jangan sampai berceceran ke
lingkungan /tempatkan pada wadah untuk dimusnahkan)
PENCEGAHAN
Pakan yang kasar, berduri, berbiji rumput tajam harus dihindari jika sering
terjadi kasus abses kelenjar getah bening di kepala dan leher.
Bila memasukan domba dan kambing baru, harus yang sudah divaksinasi terhadap penyakit Caseous lymphadenitis (CLA)
Vaksinasi dan injeksi lainnya harus diberikan sesuai dengan rekomendasi pabrikan (tertera di label), termasuk untuk membersihkan dan mendisinfeksi peralatan, tempat injeksi dan ukuran yang direkomendasikan (dosis) serta panjang jarum.
Vaksinasi hanya bisa diberikan pada hewan yang bersih dan kering dengan jarum kecil yang tajam. Ini berarti saat memvaksinasi hindari kondisi hewan basah atau kotor, dan mengganti jarum secara teratur (setiap 10 hingga 30 hewan). Jarum sebaiknya berukuran 18g dan tidak lebih besar dari 16g, dan panjangnya tidak melebihi 0,5 inci untuk injeksi subkutan.
Semarang Juni 2023 Penulis drh Giyono Trisnadi, DHK Ahli
Madya,
Sumber: Disarikan dari berbagai sumber dan pengalaman di lapangan.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar