VAKSIN PADA HEWAN

Vaksin adalah suatu  produk biologis terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan untuk menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu pada hewan maupun manusia. Vaksin merupakan bahan, alat dan cara untuk mencegah penyakit tertentu  yang sangat efisien.

Vaksin digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif (mekanisme respon immun) dengan cara memasukkan (melalui mulut, hidung, mata, penyuntikan dll) kuman patogen yang mati atau dilemahkan atau dengan produk metabolismenya kedalam tubuh hewan maupun manusia. Vaksin dapat digolongkan menurut: jenis, viabilitas, komposisi dan cara pembuatannya.

Golongan vaksin menurut Jenisnya:
1. Vaksin bakterial. Adalah golongan vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh penyakit bakterial, vaksin ini terdiri dari bakteri hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan, polisakarida dari kapsel bakteri atau fragmennya yang memiliki sifat antigen;

2. Vaksin Viral. Adalah golongan vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh penyakit virus, vaksin ini terdiri dari virus hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan, juga fragmen virus yang memilik sifat antigen;

3 Vaksin parasiter. Adalah golongan vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh penyakit parasit, vaksin ini terdiri dari suatu protein yang terdapat dipermukaan sporozoit.

Golongan Vaksin menurut Viabilitasnya:
1. Vaksin hidup (Live attenuated vaccine). Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu: 1.a. Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen; 1.b. Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda; 1.c. Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu pemberiannya tidak tepat; 1.d. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik; 1.e. Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah; 1.f Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai 95%; 1.g. Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosisi asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan. Contoh : vaksin anthrax, vaksin hog cholera, vaksin rabies (tunggal), vaksin parvo, vaksin distemper, vaksin gumboro, vaksin newcastle disease (ND), dll.

2. Vaksin mati (Killed vaccin) / Inactivated vaccine. Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu: 2.a. Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam bentuk antigen; 2.b. Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler; 2.c. Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga; 2.d. Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody; 2.e. Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik; 2.f. Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah. Contoh : vaksin Pasteurella multocida (penyakit Haemorrhagic septicaemia = SE), vaksin rabies, vaksin avian influenza (flu burung), vaksin newcastel disease (ND), dll.
Golongan vaksin menurut komposisi antigen /atau  dan cara pembuatannya:
1. Whole vaccine. Terdiri dari mikroba utuh.

2. Split /sub unit vaccine. Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe.

3. Vaksin toksoid. Vaksin yang dibuat dari eksotoksin bakteri yang diisolasi atau dibuat secara biosentesis dan kemudian dinetralisasi dengan formaldehida.

4. Vaksin Idiotipe. Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

5. Vaksin Rekombinan. Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.

6. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines). Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir  penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi effektifitas (keberhasilan) vaksinasi pada hewan:
1. Vaksin: Bentuk sediaan; Jenis vaksin (tunggal, kombinasi); Mutu vaksin (keutuhan kemasan, masa kadaluarsa, penanganan terhadap vaksin saat penyimpanan, penanganan saat transportasi, penanganan saat aplikasi di lapangan).

2. Aplikasi: Cara pemberian vaksin (Injeksi SC atau IM, tetes, spray); kwalitas alat suntik /sarana vaksinasi; Ketepatan jadwal pemberian vaksin ulangan.

3. Hewan: Jenis kelamin; umur; kondisi kesehatan hewan.


VAKSIN VAKSIN UNTUK HEWAN YANG TERSEDIA DIPASARAN

Vaksin Pada Hewan Mamalia:
1. Anthravak.  Bentuk sediaan cair. Vaksin anthrax aktif, untuk pencegahan penyakit antrax pada sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan babi. Pemberian dengan cara penyuntikan / injeksi sub cutan (SC) /dibawah kulit dosis 1 ml (sapi, kerbau, kuda), 0,5 ml (domba, kambing, babi). Kemasan botol 250 ml. Vaksindo satwa Nusantara.

2. Anthravet. Bentuk sediaan cair. Vaksin anthrax aktif, untuk pencegahan penyakit antrax pada sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan babi. Pemberian dengan cara injeksi SC dosis 1 ml (sapi, kerbau, kuda), 0,5 ml (domba, kambing, babi). Penggunaan pada domba dan kambing dapat mengakibatkan kebengkakan pada tempat penyuntuikan dan bisa berkembang menjadi edema yang progresif, keras dan dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu untuk memvaksin kambing untuk daerah yang belum pernah divaksin lakukan vaksinasi pendahuluan sebagai percobaan dengan beberapa dosis. Pusat veterinaria varma.

3. Brucella abortus RB-51. Sediaan serbuk kering beku. Vaksin Brucella abortus, untuk mencegah penyakit keguguran / keluron / abortus pada sapi yang disebabkan oleh penyakit Brucella abortus. Pemberian dengan cara injeksi SC. Kemasan vial 5 dosis. Colorado serum company, USA. Paeco agung.

4. Brucivet. Sediaan serbuk kering beku. Vaksin Brucella abortus, untuk mencegah penyakit keguguran / keluron / abortus pada sapi yang disebabkan oleh penyakit Brucella abortus. Pemberian dengan cara injeksi SC. Dosis sapi betina umur 3 – 8 bulan 2 ml. Kemasan vial 10 dosis. Pusat veterinaria Farma.

5. Hyoresp. Sediaan cair. Vaksin Mycoplasma hyopneumonia inaktif. Untuk pencegahan penyakit mycoplasma hyoneumonia pada babi. Pemberian secara injeksi intra muskuler (IM) daerah otot leher 2 ml per ekor. Merila / Romindo Primavetcom.

6. Live Hog Cholera Vaccine. Sediaan kering beku. Vaksin aktif hog cholera (Sampar babi). Injeksi 1 ml / ekor. Kemasan 20 dosis. Kitasato Institue. Surya Hidup Satwa.
Orivet. Sediaan kering. Untuk pencegahan penyakit orf (Contagious Ecthyema, Contagiuos Dermatitis) pada domba dan kambing. Dalam tiap kit terdapat 1 vial untuk 20 dosis dan 1 vial pelarut jarum penoreh (scarificator). Pusta Vetrinaria Varma.

7. Pest Vac. Sediaan serbuk. Untuk pencegahan penyakit Hog Cholera pada babi. Pemberian secara injeksi IM / SC dosis 2 ml per ekor. Vial untuk 10 dosis, 25 dosis, 50 dosis. Fort dotge S. A,  Brasil / Paeco Agung.

8. Pestiffa. Sediaan kering beku. Untuk pencegahan penyakit hog cholera pada babi. Pemberian secara Injeksi IM pada otot eher 2 ml per ekor. Merial / Romindo Prima Vetcom.
Porcilis Art. Vaksin in aktif bakteri Pasteurella multocida dan Bordetella brochiseptica. Untuk pencegahan penyakit Atropic rhinitis pada babi. Pemberian dengan cara injeksi IM 2 ml per ekor. Kemasan vial 10 ml dan 50 ml. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia. 

9. Porcilis Ery. Vaksin in aktif untuk mencegah penyakit Erysipelas pada babi. Pemberian dengan cara injeksi IM 2 ml per ekor. Kemasan vial 10, 25 dan 50 dosis. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

10. Septivak. Bentuk emulsi minyak. Vaksin in aktif kuman Pasteurella multocida. Untuk mencegah penyakit SE (Haemorrhagic septicaemia) pada sapi, kerbau dan babi. Pemberian secara Injeksi IM per ekor 3 ml. Kemasan botol 240 ml. Vaksindo Satwa Nusantara.

11. Septivet. Bentuk emulsi minyak. Vaksin in aktif kuman Pasteurella multocida. Untuk mencegah penyakit SE (Haemorrhagic septicaemia) pada sapi, kerbau. Pemberian dengan cara Injeksi SC per ekor 3 ml. Sebaiknya pada saat vaksinasi sediakan antidota shock anafilaksis seperti adrenalin, antihistamin atau kortison. Kemasan botol 150 ml. Pusat Veterinaria Farma.
12. Siuvaxyn KBL. Sediaan cair. Vaksin aktif untuk mengatasi penyakit Hog Cholera pada babi. Pemberian dengan cara injeksi SC aatau IM 1 ml per ekor. Kemasan 20 dosis. Kyoto biken Lab., jepang / Agro Makmur Sentosa.

13. Suvaxyn E. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Erysipelas pada babi. Pemberian dengan cara injeksi SC / IM 2 ml per ekor. Kemasan botol 100 ml. Fort Dotge Animal Health, USA / Paeco Agung.

14. Suvaxyn EC – 4. Sediaan serbuk. Untuk mencegah diare yang disebabkan oleh escherichia coli. Pemberian dengan cara injeksi IM 2 ml per ekor. Kemasan 20 ml. Fort Dotge Animal Health, USA / Paeco Agung.

15. Vira Shield 2. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Bovine Viral Diarhea (BVD) tipe 1-2 pada sapi. Pemberian secara injeksi SC / IM 2 ml per ekor. Kemasan botol 20 ml dan 100 ml. Novartis animal health US, Inc / Paeco Agung.

16. Vira Shiel 4. Sediaan serbuk. Untuk mencegah penyakit IBR (Infectous Bovine Rhinotracheitis), BVD tipe 1 -2 dan para influenza tipe 3. Pemberian secara injeksi SC / IM 5 ml per ekor. Kemasan 50 ml, 100 ml dan 250 ml. Novartis animal health US, Inc / Paeco Agung.

17. Vira shiel 5. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit IBR (Infectous Bovine Rhinotracheitis), BVD tipe 1 -2, para influenza tipe dan BRSV (Bovine Respiratory Syncitial Virus). Pemberian secara injeksi SC / IM 5 ml per ekor. Kemasan 50 ml, 100 ml dan 250 ml. Novartis animal health US, Inc / Paeco Agung.

Vaksin Pada Hewan Kesayangan:
1. Caniffa. Sediaan kering bekudan cair. Untuk mencegah penyakit distemper, hepatitis dan leptospirosis. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksinasi pertama pada umur 6 – 7 minggu, vaksinasi kedua (booster) umur 11 – 12 minggu, booster berikutnya setahun sekali. Merial / Romindo Primavetcom.

2. Canigen DHA2PL.  Sediaan kering beku. Mencegah penyakit distemper, hepatitis, parvo dan leptospira pada anjing. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksinasi pertama pada umur 12 minggu diberikan 2 dosis dengan interval 2 minggu, booster diberikan tiap tahun. Verbac S. A. / Kalbe farma Tbk.

3. Canigen DHA2Ppil. Sediaan kering beku. Untuk mencegah penyakit distemper, hepatitis, parvo, parainfluenza dan leptospira pada anjing. Pemberian secara injeksi SC / IM. Vaksinasi pertama pada umur 12 minggu diberikan 2 dosis dengan interval 2 minggu, booster diberikan tiap tahun. Verbac S. A. / Kalbe farma Tbk.

4. Duramune DA2L. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit distemper, hepatitis, adenovirosis dan leptospirosis pada anjing. Pemberian secara injeksi SC / IM. Pemberian pertama pada anjing umur 6 minggu dan di ulang setiap 2 – 3 minggu sampai umur 12 minggu dan ulangi setiap tahun. Antidota: epinephrin. Fort dodge Laboratories, Inc USA / Paeco Agung.

5. Duramune Max Pv. Untuk mencegah penyakit parvovirosis yang disebabkan oleh canine parvovirus. Pemberian secara injeksi SC.  Vaksinasi pertama pada umur 6 – 7 minggu, di ulang setiap 2 – 3 minggu sampai umur 12 minggu, booster berikutnya setahun sekali. Fort dodge Laboratories, Inc USA / Paeco Agung.

6. Duramune Max 5 / 4 L. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Parvovirosis, Hepatitis, Parainfluenza, Adenovirosis, Distemper dan Leptospirosis pada anjing dan untuk mencegah penyakit Feline rhinotracheitis, Feline calicivirosis dan panleucopenia pada kucing. Pemberian secara injeksi SC.  Vaksinasi pertama pada umur 6 – 7 minggu, di ulang setiap 2 – 3 minggu sampai umur 12 minggu, booster berikutnya setahun sekali. Antidota: epinephrine. Fort dodge Laboratories, Inc USA / Paeco Agung.

7. Duramune Max5 – CvK / 4L. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Parvovirosis, Hepatitis, Parainfluenza, Adenovirosis, Distemper, Coronavirosis dan Leptospirosis untuk anjing. Vaksinasi pertama pada umur 6 – 7 minggu, di ulang setiap 2 – 3 minggu sampai umur 12 minggu, booster berikutnya setahun sekali. Fort dodge Laboratories, Inc USA / Paeco Agung.

8. Eurican DHPPi-2. Sediaan kering beku. Vaksin virus aktif. Untuk mencegah penyakit Distemper, Hepatitis, Parvo virus, dan Parainfluenza pada anjing. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksiniasi pertama aning umur 8 minggu vaksinaasi ke dua umur 12 minggu, booster pertama umur 1 tahun, booster berikutnya  setiap tahun. Merial / Romindo primavetcom.

9. Eurican DHPPi-2L. Sediaan kering beku. Vaksin Virus aktif dan inaktif (pelarut). Untuk mencegah penyakit Distemper, Hepatitis, Parvovirus, Parainfluenza, Leptospirosis pada anjing. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksinasi pertama aning umur 8 minggu vaksinaasi ke dua umur 12 minggu, booster pertama umur 1 tahun, booster berikutnya  setiap tahun. Merial / Romindo primavetcom.

10. Eurican DHPPi-2LR. Sediaan kering beku. Vaksin Virus aktif dan inaktif (pelarut). Untuk mencegah penyakit Distemper, Hepatitis, Parvovirus, Parainfluenza, Leptospirosis dan Rabies pada anjing. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksiniasi pertama aning umur 8 minggu vaksinaasi ke dua umur 12 minggu, booster pertama umur 1 tahun, booster berikutnya  setiap tahun. Merial / Romindo primavetcom.

11. Fel-o-Guard Plus3. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Feline Rhinotracheitis, Feline Calicivirosis, dan Panleucopenia pada kucing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml 1 ekor. Vaksin pertama pada kucing umur 8 minggu diulang 3 - 4 minggu kemudian dan booster setiap 1 tahun sekali. 1 vial 1 dosis, setiap kotak ada 25 vial. Fort dodge Laboratories, Inc USA / Paeco Agung.

12. Felinifa. Sediaan kering beku. Untuk mencegah penyakit Panlucopenia opada kucing. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksiniasi pertama kucing umur 6 - 8 minggu vaksinaasi ke dua umur 12 minggu, booster pertama umur 1 tahun, booster berikutnya  setiap tahun. Merial / Romindo primavetcom.

13. Hexadog. Sedian kering beku. Untuk mencegah penyakit Distemper, HCC, Parvovirosis,  Leptospirosis dan Rabies. Pemberian secara injeksi SC / IM pada umur 12 minggu booster dilakukan setiap tahun sekali. Merial / Romindo primavetcom.

14. Leucorifeline. Sediaan kering beku. Untuk mencegah penyakit Panleucopenia, Herpesvirus, dan Calcivirus. Pemberian secara injeksi IM / SC. Vaksiniasi pertama kucing umur 6 - 8 minggu vaksinaasi ke dua umur 12 minggu, booster pertama umur 1 tahun, booster berikutnya  setiap tahun. Merial / Romindo primavetcom.

15. Nobivac D. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit distemper pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

16. Nobivac DH. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Distemper dan Adenovirus pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

17. Nobivac DHP. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Distemper, Adenovirus dan Parvovirus pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

18. Nobivac DHP+L. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Distemper, Hepatitis, Parvo virus dan Leptospirosis pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial + 10 vial pelarut. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

19. Nobivac DHPPi. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Distemper, Adeno virus, Parvo virus dan Parainfluenza virus pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial + 10 vial pelarut. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

20. Nobivac Lepto. Sediaan cair. Vaksin inaktif,  Untuk mencegah penyakit Leptospirasis pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

21. Nobivac Parvo-C. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Canine Parvo Virus (CVP) pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

22. Nobivac Ppi. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Canine Parvo Virus (CVP) dan canine Parainfluenza Virus (Cpi) pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

23. Nobivac Puppy DP. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Canine Parvo Virus (CVP) dan Canine Ditemper Virus (CDV) pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

24. Nobivac RL. Sediaan cair. Vaksin inaktif,  Untuk mencegah penyakit rabies dan Leptospirasis pada anjing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

25. Nobivac Rabies. Sediaan cair. Vaksin inaktif,  Untuk mencegah penyakit rabies pada anjing dan kucing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 10 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

26. Nobivac Tricat. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Feline Herpes Virus, Feline Calici Virus dan Feline Panleucopenia pada kucing. Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Kemasan vial 1 ml  karton isi 5 vial. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.

27. Parvigen. Sediaan kering beku. Vaksin aktif,  Untuk mencegah penyakit Canine Parvo Virus (CPV) pada anjing. Pemberian secara injeksi SC / IM. Virbac S.A. / Kalbe Farma Tbk.

28. Pentadog. Sedian kering beku. Untuk mencegah penyakit Distemper, Contagious Canine Hepatitis (HCC), Leptospirosis dan Rabies. Pemberian secara injeksi SC / IM 1 ml per ekor. Merial / Romindo primavetcom.
29. Pneumodog. Sedian kering beku. Untuk mencegah penyakit Bordetella bronchiseptica dan Parainfluenza. Pemberian secara injeksi SC / IM 1 ml per ekor. Merial / Romindo primavetcom.

30. Primodog. Sedian kering beku. Vaksin aktif. Untuk mencegah penyakit Canine Parvo Virus (CPV). Pemberian secara injeksi SC 1 ml per ekor. Merial / Romindo primavetcom.

31. Rabigen Mono. Sedian kering beku. Vaksin aktif. Untuk mencegah penyakit Rabies. Pemberian secara injeksi SC / IM 1 ml per ekor. Virbac S.A. / Kalbe Farma Tbk.

32. Rabisin. Sedian cair. Vaksin inaktif. Untuk mencegah penyakit Rabies. Pemberian secara injeksi SC / IM 1 ml per ekor. Merial / Romindo primavetcom.

33. Rabivet Supra ‘92. Sedian cair. Untuk mencegah penyakit Rabies. Pemberian secara injeksi SC / IM 1 ml per ekor. Pusat Veterinaria Farma.

34. Rabvac - 3. Sedian cair. Untuk mencegah penyakit Rabies. Pemberian secara injeksi SC / IM 1 ml per ekor. Fort Dotge Animal Health, USA / Paeco Agung.

Vaksin Pada Unggas:
Terdapat banyak vaksin untuk mencegah penyakit penyakit pada unggas yang tersedia di pasaran Indonesia, seperti vaksin untuk mencegah penyakit: AE / Avian encephalomyelitis / Epidemik tremor, AI / avian influenza / flu burung, Avian Reovirus / penyakit malabsorbsi pada ayam, Avian viral arthritis / radang sendi / tenosynovitis, CRD / Chronic respiratori disease (Mycoplasma gallisepticum), EDS / Egg drop syndrome/ Adenovirus, Fowl cholera (Pasteurella multocida), Fowl pox / cacar unggas, IBD / Infektious bursal disease / Gumboro , IB / Infectious bronchitis,  Infectious Coryza / Snot / pilek (Haemophilus paragallinarum), ILT / Infectious Laryngotracheitis, Kolibasilosis (Escherichia coli), Koksidiosis / berak darah (Eimeria tenella. E necatrix, E maxima, E mitis, E acervulina, E praecox), Marek’s disease, ND / Newcastle disease / Tetelo, Pullorum (Salmonella pullorum), Salmonella enteritidis, SHS / Swollen head syndrome.

Ditulis oleh drh. Giyono Trisnadi – dari berbagai sumber

*********

PENTING UNTUK PETERNAKAN: